Musra Indonesia yang akan menghadirkan Presiden Jokowi, akan digelar secara simultan mulai dari Solo pada 27 Agustus 2022 dan akan dilanjutkan ke 34 kota di 34 provinsi sampai awal Maret 2023.
Musra Indonesia rencananya akan digelar untuk menjaring Capres dan Cawapres 2024-2029. Musra tersebut sah sah saja, tapi bukan seharusnya menjaring Capres-Cawapres, itu kerja imposible.
Terlalu melebar dan bias, karena relawan itu bukan partai politik (parpol). Juga penulis pastikan kelompok relawan ini sudah tidak punya daya pikat lagi di masyarakat setelah Presiden Jokowi tidak menjabat lagi sebagai presiden.
Baca juga:Â Inilah Dilematis Jokowi Vs Megawati Menuju Pilpres 2024
Jadi Musra Indonesia itu terkesan terjadi kepanikan dari elit elit relawan Jokowi dalam mendekati ahir pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Jangan sampai keluarga Presiden Jokowi juga ikut panik?.
Nah apa relevansinya Musra membahas Capres-Cawapres dan kenapa bukan evaluasi Program Nawacita 1 dan 2 yang masih banyak bolong bolong, khususnya urusan sampah, kelangkaan pupuk dan pertanian organik.
Baca juga:Â Kala Relawan Jokowi Hendak Musyawarahkan Nama Capres, tapi Hasilnya Tak Akan Diungkap ke Publik
Menurunkan Wibawa Jokowi
Utamanya bagi relawan yang sudah atau sementara masih menikmati posisi atau pemerintahan dan BUMN atau lainnya, selama dua periode Presiden Jokowi, mungkin lagi panik ingin menciptakan bargaining pasca Pilpres 2024?!.
Atau jangan sampai pula Presiden Jokowi yang panik karena berbeda sikap dengan Megawati dalam menentukan capres yang ingin mendorong Puan Maharani.
Sangat jelas terbaca bahwa Ketua Umum PDI-P Megawati berbeda keinginan dengan Presiden Jokowi untuk endorse Ganjar Pranowo sebagai suksesor.