"Orang akan dipengaruhi oleh apa yang dia baca dan kepada siapa dia berkawan"
Pahami sampah, lalu berbisnis. Ilmu-ilmu alatnya sudah harus matang. Logika harus jalan, bukan dahulukan rasa.
Sebesar 99% bisnis "infrastruktur atau alat" sampah STAG dan gagal total (semua alat yang dipasang pemerintah dan swasta stag), karena tanpa "suprastruktur atau sistem" yang jelas. Karena tidak melalui SWOT dan mempelajari bauran pemasaran atau mix marketing (4P, 6P) dan malah Jepang sudah 12P, lebih fokus dan detail lagi dalam mencapai keinginan konsumennya..... itulah perlunya entrepreneurship dalam setiap jiwa pengelola sampah (hulu-hilir).
Belajarlah dari ahlinya, bukan terpengaruh hal yang salah dan keliru, lalu kemudian ikut menyebarluaskan kebohongan.
Tidak mengetahui sesuatu urusan maka berpotensi berbohong dan fitnah. Maka kita harus belajar untuk memahami apa yang akan dikerjakan.
Baca Juga:Â Titik Lemah Pengelolaan Sampah di Indonesia, Ada Dimana?
Ada 5 aspek dalam urusan persampahan yang umum dikenal dan diketahui di Indonesia dan bahkan di luar negeri, yaitu:
1. Regulasi
2. Kelembagaan
3. Partisipasi Masyarakat
4. Pembiayaan, dan
5. Teknologi.
Namun, berdasarkan sedikit pengalaman saya, baik dalam bisnis sampah (sekitar 10 tahun, 2005-2015) dan maupun belajar dari pengalaman terdahulu dalam merintis usaha-usaha dan pengalan organisasi lainnya.
Terlebih pengalaman sebagai mentor atau instruktur bidang Produktifitas dan AMT di Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) yang dahulu namanya Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), maka aspek persampahan saya tambahkan satu aspek penting yaitu: