Sebelumnya, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, mengatakan Putin akan hadir langsung di KTT G20, akhir 2022 ini. "Sejauh ini dia (Putin) mau datang ke KTT G20. Tapi tergantung pada situasi," katanya.
Terbaru, setelah Rusia menerina undangan dan melakukan konfirmasi untuk hadir di Bali, maka Amerika Serikat (AS) bersikeras nenolak Putin dan mengancam akan memboikot sejumlah pertemuan G20. Ini ini akan dilakukan jika Rusia tidak dikeluarkan dari kelompok itu.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan hal tersebut sudah dijelaskan Presiden Joe Biden. Bahkan Indonesia sebagai presidensi sudah diberi tahu.
Presiden Jokowi harus mengabaikan semua negara yang menolak Putin, alternatif tunda KTT G20, bila Putin tidak hadir, bila disebabkan adanya Perang Rusia-Ukraina, sambil menunggu perdamaian mereka.
Kalau KTT G20 tetap berlangsung tanpa Putin, juga percuma karena Putin sangat bisa mempengaruhi ekonomi global, berarti akan stag juga pembicaraan ekonomi.
Makanya permasalahan Rusia-Ukraina adalah konflik yang berawal dari kebijakan luar negeri sejumlah negara Barat yang dianggap bertentangan ataupun membahayakan permasalahan dalam negeri Rusia.
G20 dibentuk untuk membahas hal-hak yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempermudah akses ke permodalan atau juga meningkatkan kemampuan bisnis masyarakat secara global.
Dukungan tentang pentingnya Rusia di G20 juga disuarakan oleh China, salah satu anggotanya, dengan mengatakan Rusia memegang peran penting. G20 adalah forum kerja sama multilateral, yang terdiri dari 19 negara dan satu kawasan ekonomi - Uni Eropa dan Indonesia menduduki presiden G20 tahun 2022.
Rusia merupakan negara yang banyak mengekspor bahan baku industri stragegis ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia, maka kehadiran Putin sangat penting di KTT G20.
Pasti bagi Rusia tidak masalah baginya bila di tolak hadir, karena yang bermasalah adalah negera-negara importir yang butuhkan Rusia.
Kalau Presiden Jokowi minta Amerika Serikat agar menerima Rusia, pastinya Presiden Biden mendengar Presiden Jokowi, mungkin bisa melalui Obama sebagai mediator, antara ke dua presiden tersebut.