"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim [14]: 7).
Sebagian masyarakat bersikeras ingin tetap shalat berjamaah di masjid dalam masa darurat pandemi Covid-19, banyak yang protes Pemerintah, Pemerintah Daerah (Pemda) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang imbauan kepada masyarakat untuk tetap beraktivitas di rumah, termasuk anjuran kepada umat muslim untuk tidak shalat Jumat, Tarawih, Itiqaf serta shalat berjamaah lainnya di masjid atau mushalah.
Shalat berjamaah (Baca: di masjid) itu untuk kepentingan pribadi saja, jangan sampai yang dikandung kececeran dan yang dikejar tiada dapat. Ada istilah mengejar sunnah yang wajib tertinggal. Karena jangan sampai mengejar amalan ibadah berjamaah, tapi ahirnya berdosa karena melanggar aturan untuk kepentingan umum yang telah ditetapkan pemerintah (ulil amri).
Pemerintah mengeluarkan protokol Covid-19 untuk jaga jarak aman - physical distancing - atau melakukan jaga jarak fisik antar manusia, sehingga yang dihindari bukan hanya kerumunan orang banyak. Maka masyarakat diminta untuk tetap #diRumahAja work from home dan juga #JanganMudikDulu sebagai langkah antisipasi dan sekaligus bonus.Â
Semuanya bertujuan menghindari penyebaran virus Corona atau Covid-19. Semua untuk kemasyalahatan bersama, peduli kemanusiaan atau saling menjaga antar sesama secara umum (perikemanusiaan). Karena pandemi Covid-19 ini tidak diketahui siapa yang membawanya, atau siapa sehat dan siapa yang sakit. Semua tidak ada yang mengetahui secara pasti.
Sekiranya kita harus menanggung dosa bila tidak shalat berjamaah di masjid, yaa tidak perlu ragu. Karena semua beban dosa itu akan ditanggung oleh ulil amri (pemimpin). Dimana yang mengeluarkan kebijakan itu adalah umara dan ulama, ini merupakan pasangan pemuka masyarakat yang utama.Â
Al-Quran telah menyebut pemegang kekuasan atau pemimpin (ulil amri), terdapat dalam surat An-Nisa sebagai berikut.
"Wahai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasulullah dan mereka yang memegang kekuasaan di antara kamu. Jika kamu berselisih mengenai sesuatu kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, kalau kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Itulah yang terbaik dan penyelesaian yang tepat" (QS 4:59).
Ulil amri adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengurus kepentingan umat. Ketaatan kepada ulil amri merupakan suatu kewajiban umat, selama tidak bertentangan dengan nash yang zahir. Adapun masalah ibadah, maka semua persoalan haruslah didasarkan kepada ketentuan Allah Swt dan Rasul-Nya.
Keselamatan masyarakat tetap harus menjadi prioritas utama. Kebutuhan saat ini sudah pasti berubah untuk mengatasi resiko wabah pandemi Covid-19. Sebuah keniscayaan, itulah yang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru.
Tuhan inginkan sebuah hati yang rela untuk memikirkan keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain, bukan selalu memikirkan kebaikan bagi diri sendiri. Jika kita mencintai Tuhan maka yang akan selalu muncul dalam diri kita adalah rasa tanggung jawab dan bukan mencari hak kita.
Apalagi protokol nasional Covid-19 dengan atur jarak aman, bukan hanya aturan satu desa atau satu kabupaten/kota. Bukan pula hanya di Indonesia, tapi hampir seluruh dunia. Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Arab Saudi atau Masjid Istiqlal di Jakarta saja sebagai masjid rujukan Islam nasional dan internasional, juga tidak melaksanakan shalat berjamaah.
Hal ini perlu sama dipahami agar jangan keliru mengoreksi secara membagi buta yang ahirnya menimbulkan permasalahan baru. Memang manusia milenial sedikit aneh atau manusia tradisional yang ada di zaman milenial atau pula jangan sampai ada manusia milenial yang punya pemikiran konvensional... Entahlah.!!!
Kenapa.???
Mungkin tidak sadar dalam kehidupan sosial, ekonomi dan kemasyarakatan, selalu kita mengejar dan minta dispensasi, bonus, salery, konpensasi, potongan harga bila perlu minta kebijakan atau apalah namanya. Bila perlu minta gratis (memaksa minta TeHaEr) pada manusia, pedagang atau pada pemerintah dan lainnya.
Ingat bahwa, bukan cuma pemerintah punya kebijakan atau hanya pedagang yang memberi diskon potongan harga. Termasuk bukan pula hanya perusahaan yang memberi THR. Tapi pemilik dari bumi beserta isinya yaitu Tuhan Ymk juga memberi diskon atau dispensasi dan bahkan lebih besar dari segalanya, yang tidak bisa dihitung begitu banyak nikmat-Nya.
Bonus apa ???
Ya... salah satunya seperti bonus tidak perlu shalat berjamaah di masjid, tapi diganti dengan shalat berjamaah dengan keluarga di rumah saja. Bukankah itu merupakan bonus besar dari Tuhan Ymk, tertolak oleh kita yang tidak memahami masalah. Bisa jadi dengan shalat berjamaah atau sendiri di rumah, amalannya akan lebih besar daripada berjamaah di masjid.
Sama seperti adanya dispensasi tidak perlu shalat berjamaah tarawih dan shalat Jumat atau itiqaf dan lainnya. Semua itu merupakan bonus dari Tuhan Ymk yang disepelekan atau kita tolak mentah-mentah dengan ngotot ingin shalat berjamaah di masjid.
Bukankah sama dispensasi atau bonus bila kita lagi bergerak dalam perjalanan jauh atau musafir, bisa kita membatalkan puasa dengan mengganti di lain waktu ? Itu semua bonus yang tidak pernah disadari, begitu pemurahnya Tuhan menghargai sebuah perjalanan atau usaha hamban-Nya.
Termasuk Tuhan memberikan bonus atau hadiah bila dalam perjalanan jauh, bisa shalat Jamak atau Qashar. Melakukan shalat dengan meringkas/mengurangi jumlah rakaat shalat yang bersangkutan. Shalat Jamak dan Qashar merupakan keringanan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada yang sedang melakukan perjalanan.
Selain bonus Tuhan Ymk tersebut diatas, banyak bonus lainnya yang diberikan pada manusia, khusus pada umat muslim yang kita tidak sadari. Justru kadang diabaikan kebijakan Allah Swt. Bukankah itu semua bukti kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya yang patut kita syukuri. Subahanallah. Â
Sesungguhnya berprasangka baiklah kepada Allah Swt dengan meyakini apa yang layak untuk Allah, baik dari nama, sifat dan perbuatan-Nya. Begitu juga meyakini apa yang terkandung dari pengaruhnya yang besar.
Seperti keyakinan bahwa Allah Swt sayang para hamba-Nya yang berhak disayangi, memaafkan mereka dikala bertaubat dan kembali pada jalan yang benar, serta menerima dari mereka ketaataan dan ibadahnya.
Kita harus meyakini bahwa Allah Swt mempunyai berbagai macam hikmah yang besar nan agung dan telah ditakdirkan dan ditentukan yang tidak bisa ditawar lagi, sebagaimana pandemi Covid-19 tersebut. Hanya dengan mensyukuri nikmat tersebut, sehingga bisa menenangkan diri dan keluarga sekaligus dapat memperoleh manfaat besar didalamnya.
Tuhan mengajarkan kita untuk melakukan lebih dari yang orang lakukan, itulah sebabnya Tuhan mengajarkan pengajaran melakukan lebih agar dunia tahu bahwa kita berbeda dengan orang lain. Dapatkanlah bonus dari Tuhan Ymk dengan cara mengerjakan tanggung jawab sebelum menuntut hak.
Banyak orang mencari haknya atau menuntut haknya tetapi mengabaikan semua tanggung jawabnya. Tuhan inginkan hamba-Nya untuk melakukan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati, bahkan Tuhan ingin kita melakukan dengan penuh antusias serta inisiatif dan kreatifitas yang tinggi.
Tidak harus jadi pemimpin dulu baru punya jiwa kepemimpinan. Mulai sekarang jiwa itu harus sudah dipupuk karena nyatanya itu sangat penting buat kemajuan hidup. Coba saja bayangkan kalau masih seperti anak kecil yang butuh dibimbing, semua orang yang dekat pasti tidak akan mudah percaya.
Terima dan syukuri bonus dari Tuhan Ymk. Janganlah kita menjadi manusia angkuh dan sombong dalam kebodohan. Karena manusia seperti inilah yang sesungguhnya menjadi musuh besar pandemi Covid-19. Cermati keberadaan Covid-19 yang membawa banyak bonus dari Tuhan Ymk dan raih bonus itu. Â
Sejenak Refleksi
Banyak pula masyarakat yang protes karena Pemerintah dan Pemda menutup shalat jamaah di masjid, sementara pasar tetap terbuka. Benarlah itu karena pasar untuk melayani kebutuhan orang banyak, sementara masjid untuk melayani kepentingan pribadi.
Coba kita berfikir bagaimana kalau Indonesia seperti Korea Selatan, Singapura, Tiongkok, Jerman dan beberapa negara lainnya yang berhasil mengurangi angka kasus Covid-19 ini. Memilih kebijakan yang lebih ekstrem, yakni kunci total (lockdown). Kita bersyukur karena pemerintah masih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan itupun hanya beberapa daerah saja.
Dapat dibayangkan kalau kebijakan lockdown yang diterapkan, tentu kita tidak akan bisa beraktivitas lagi di luar rumah. Semuanya dilakukan dengan ekstra ketat dengan ancaman sanksi yang keras, bahkan setingkat di bawah darurat sipil. Untung Presiden Jokowi tidak menerapkan lockdown atau darurat sipil. Padahal dunia telah mendesak Indonesia untuk menerapkan lockdown. Ini juga sebuah bonus dari Tuhan Ymk kepada rakyat Indonesia.Â
Terima kasih Pak Jokowi.
Surabaya, 2 Syawal 1441 H (25/5)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H