Sesungguhnya bila kita hayati dengan ilmu dan iman maka pandemi virus Corona atau Covid-19 bukan meluluhlantakkan sendi kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama di negara yang kita cintai Indonesia.Â
Justru Ramadan dalam suasana pandemi Covid-19 akan menata ulang (restart) hidup kehidupan yang lebih baik lagi. Mental berbangsa dan bernegara harus segera direstorasi demi kesejahteraan dan kemasyalahatan bersama. Mari kita bersahabat dengan Covid-19 agar secepatnya pergi dari muka bumi. Â
Termasuk berbagai tradisi kebangsaan, tradisi bernegara, dan tradisi beragama yang banyak kalangan tidak menerima keputusan yang tegas dari pemerintah untuk tetap #diRumahAja untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19.Â
Tapi yakin dan percaya, semua akan membawa berkah, termasuk pandemi Covid-19. In Syaa Allah, kita dan Indonesia akan kembali kepada roh kearifan lokalnya. Karena semua itu juga telah hilang ditelan masa modernisasi yang kebablasan.
Ramadan ditengah pandemi Covid-19 sedapat mungkin dijadikan momentum kebangkitan nasional yang jatuh pada tanggal 20 hari ini, bukan hanya sekedar momentum, tapi kita memang harus bangkit dari permasalahan yang ada di masyarakat dan harus menjadi agen perubahan yang solutif.Â
Kita harus buktikan bahwa apakah kita sudah benar-benar merdeka yang bebas dari penjajahan. Jika kita ingin bangkit dari keterpurukan, maka bersama dengan jiwa nasionalisme yang harus terpatri untuk segera memulainya. Kita harus merubah cara pandang atau mindset untuk menjadi pribadi yang berani bangkit, menjadi manusia kritis, berani untuk melawan penjajah kaum sendiri.
Bulan Ramadan merupakan kesempatan untuk penyegaran terhadap ilmu, emosi dan spiritual. Kita harus menjadi manusia paripurna untuk peningkatan keteladanan dan kesalehan sosial, serta meningkatkan kepedulian kepada sesama manusia. Ramadan menjadi sarana untuk mencapai taqwa, yang merupakan puncak kualitas kemanusiaan dan berketuhanan.
Peristiwa ini menandai bangkitnya kesadaran nasional untuk berubah menjadi bangsa yang berdaulat, merdeka, adil dan makmur serta sejajar dengan bangsa lainnya. Semoga perjuangan kemerdekaan atas bangsa sendiri agar tidak terkotak-kotak oleh sekat perbedaan.
Selama ini kita banyak keluar dari tuntunan agama. Harus kembali lagi karena agama adalah sikap dan perilaku. Semua agama telah mengajarkan kesantunan, belas kasih, dan kepedulian terhadap sesama. Nabi Muhammad Saw. berkata, "sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya" (HR. Ahmad).
Marilah kita jadikan puasa dan kebangkitan nasional sebagai momentum untuk bergerak bersama dalam membantu sesama agar dapat keluar dari krisis yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Prinsip bhineka tunggal ika selalu dipertahankan dan dijaga dengan sikap saling menghormati dan menghargai.
Kenapa Indonesia agak susah bangkit ? Karena sifat sportifitas luntur karena keserakahan materi. Ahirnya tidak ada saling menghargai dan mengakui kelebihan orang lain. Sikap kuasa yang terlalu menonjol, ahirnya lupa dasar kebangkitan yaitu gotong royong.Â