Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bukan Hanya Kristen, di Islam juga Terjadi Beda Pendapat Sikapi Covid-19

18 Mei 2020   14:25 Diperbarui: 19 Mei 2020   12:16 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit tertarik menanggapi artikel Sahabat Kompasianer Mas @BorisTokaPelawi dengan judul "Pendeta Kristen Saling Serang karena Corona, Berbahayakah?"

Sebagai sesama kompasianer yang keduanya sama bukan ahli agama. Hanya memberi sedikit perspektif atau pendapat atas fenomena pandemi Covid-19. Memang jadi fenomenal tamu kehormatan Si Corona, bukan hanya di Indonesia bahkan seluruh dunia menjadi heboh dan menghebohkan.

Karena tamu yang bernama Covid-19 alias Corona itu belumlah diketahui wujud rupanya sampai sekarang sejak kelahirannya di dunia, termasuk di Indonesia. Tapi dalam fakta, sepertinya sudah diketahui si Covid-19 itu. Aneh ya ??? 

Malah menurut berita, di Wuhan China, awal mula munculnya si Cantik Corona. Katanya lagi akan muncul Gelombang kedua Covid-19 di China, tapi rupanya banyak membantah. Beritanya bisa baca di "Gelombang Kedua Covid-19 di China & Suatu Kebohongan di Wuhan".

Artikelnya kereen Mas @Boris, Memang benar kita harus hati-hati dalam menulis artikel berbau agama. Namun bagi saya pribadi, suka membaca pendapat orang yang posisinya di luar pada substansi masalah (artinya pendapat diluar pagar), atau pendapat dari orang yang bukan disiplin ilmunya.

Tapi justru bisa memberi pencerah, ya memang harus kita sedikit peduli kepada hal yang bisa membingungkan masyarakat. Tidak ada salahnya memberi pendapat atau tanggapan, sepanjang dalam batas norma. Itu juga salah satu kewajiban sebagai penulis. 

Justru pendapat yang bukan berlatar ilmu yang dibahas tersebut. Biasanya atau sering mencerah daripada ahlinya. Lanjutkan Mas Boris, saya yakin banyak yang baca artikelnya. Cuma memang jarang ada yang berani menulis berbau agama. Tapi bagi saya sangat suka dan apresiasi. Harus menjadi pembeda, yang pasti berimbang dan independen.

Perbedaan pendapat atau penafsiran lumrah terjadi, di kalangan umat Islam juga demikian, sampai ada perbedaan penentuan waktu hari raya Idul Fitri. Pasti pembaca biasa dengar ya antar NU dan Muhammadiyah dan belum lagi banyak aliran dan pendapat berbeda. Biasa sajalah dan semua kembali ke pribadi masing-masing.

Dalam pandangan umat Islam, ada yang setuju arahan pemerintah sikapi pandemi Covid-19, untuk tidak shalat berjamaah di masjid (Shalat Jumat dan Tarawih), namun juga banyak yang kontra dan tetap mereka berjamaah di masjid. Ada yang jaga jarak dan malah tetap biasa saja.

Jadi lumrahlah perbedaan tersebut. Jadikan perbedaan sebagai berkah dan anugerah untuk sebuah pengembangan. Menurut saya tidak ada bahayanya, bila masing-masing pihak tahan diri untuk tidak egois saja. 

Hanya perlu ada yang menjadi penengah atau pendapat pembanding. Biar tidak terjadi mis persepsi. Atau setidaknya pendapat yang berbeda itu, bisa lebih tergali lagi secara mendalam berbasis pedoman kitab yang telah diturunkan Tuhan Ymk. Itulah antara lain pentingnya kehadiran seorang penulis atau media memberi pemberitaan yang seimbang.

Sebagai penganut agama Islam, biasa saya ikuti acara-acara pendeta Nasrani termasuk dari agama lainnya di TV dan Youtube. Tidak ada salahnya untuk belajar memahami sesuatu apa saja dalam hidup kehidupan. Malah saya pernah shalat di Gereja. Saya banyak berteman dari kalangan agama lain. 

Karena bagi kami bukan cuma masjid menjadi tempat ibadah, tapi bumi adalah tempat kamu beribadah dan termasuk shalat. Hanya perlu membaca kondisi, artinya dikondisikan sesuai per kesempatan yang ada atau yang terjadi pada saat tertentu.

Saya banyak teman berbagai agama atau kepercayaan, antara lain Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Cu. Saya suka baca tulisan Mas @Boris itu dan lanjutkan.

Pada artikel Mas @Boris tersebut, menurut saya, pendapat Pendeta Niko Njotorahardjo dan pendeta Yakub Nahuway tidak ada salahnya. Namun memang sangat dalam atau sarat makna yang perlu lebih di kaji lagi dan lagi, karena orang bisa salah persepsi bila hanya memahami atau sepintas bacanya.

Memang para ahli, termasuk ahli agama. Sesungguhnya mereka itu tersembunyi ilmunya. Artinya bila kita ingin memahami lebih dalam, harus banyak diskusi atau bertanya kepada yang bersangkutan. Harus hati-hati mengambil pembanding dari internet atau mbah Google. 

Masalah Corona, mungkin bila dibedah secara mendalam, hampir sependapat dengan pendeta tersebut (walau posisi saya di Islam sama dengan Mas @Boris, bukan ahli), bukan berarti menyepelekan Tuhan, sama sekali tidak. Tapi memang Tuhan menyuruh kita pakai akal. Artinya setiap sesuatu butuh kajian dan analisa berdasar dari beberapa sudut pandang.

Bagi saya pribadi memandang corona ini adalah teguran sekaligus perintah Tuhan melalui Corona (Tanda Zaman) agar manusia (tanpa batas) introspeksi dan merubah sikap dalam perilaku kemanusiaan dan perilaku agama (untuk semua agama). Corona memberi bukti bahwa Tuhan itu Esa, Tuhan itu cinta dan sayang pada hamba-Nya dst.

Beberapa artikel saya sejak feb 2020, sebelum masuk corona di Indonesia, saya punya prediksi dan analisa bahwa Corona lebih fokus atau bertugas membawa "pesan moral" dan jauh daripada pesan fisikly dari Tuhan Ymk. 

Banyak bukti sudah terjadi perubahan atas perintah atau teguran bermuatan moral itu, bagi saya memandang dan membaca bukti yang ada selama masa pandemi Covid-19. Tapi itu pendapat pribadi. Entah pendapat yang lainnya. 

Contoh kecil misalnya biasa kita jauh dari keluarga, sekarang dipaksa didekatkan oleh Tuhan melaui corona agar #diRumahAja. Juga biasa kita hanya menyerahkan pendidikan anak atau keluarga full pada guru, sekarang orang tua ikut dilibatkan dalam memantau dan mendampingi anak, sudah banyak bukti sudah.

Banyak artikel saya hal pandemi Covid-19 alias corona dan hampir 99% hanya bicara tentang pesan moral yang menjadi tugas si Corona dari Tuhan Ymk.

Faktanya sampai hari ini virus Corona belum diketahui wujud rupanya, berarti obatnya sudah pasti belum ditemukan. Artinya Tuhan menutup "Pintu Ilmu" dan membuka "Pintu Tobat" dari kekeliruan dan kesalahan yang telah kita perbuat (lintas agama), agar ke depan bisa lebih baik. 

Bahkan mungkin yang tidak beragama sekalipun tidak luput dari inceran si Corona. Bagi kami di Islam, bukan penyakit yang membunuh, tapi ajal memang sudah tiba saatnya kembali ke Sang Pencipta Tuhan Ymk.

Ketika menghadapi wabah penyakit yang mematikan, Rasulullah SAW mengingatkan, "Tha'un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. 

Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya." (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).

Rasulullah Muhammad Saw juga telah lama menganjurkan untuk isolasi bagi yang sedang sakit dengan yang sehat agar penyakit yang dialaminya tidak menular kepada yang lain. 

Hal ini sebagaimana hadis Nabi Saw. bahwa: "Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Agar penyebaran wabah penyakit menular dapat dicegah dan diminimalisasi.

Paling penting diperhatikan adalah jangan memakan hak orang lain, misalnya korupsi. Itu sama saja mengkonsumsi makanan kotor. Sesungguhnya ini merupakan pesan utama si Cantik Corona bertamu di bumi untuk tidak mendzalimi sesama manusia, bumi dan seluruh isinya. Subahanallah.

KotaPahlawan 18/5/20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun