Makanan secara fisik dalam Al-Quran di situ Allah Swt. menerangkan bahwa makanan apa saja yang boleh dimakan dan dilarang untuk disantap. Juga perlu dipahami makanan haram atau non fisik yang tidak secara langsung di konsumsi, seperti korupsi, menjual barang dengan mencuri takaran dan lain sebagainya.
Hukum memakan makanan halal merujuk pada Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 172. Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah."
Hanya saja manusia sebagai ciptaan-Nya perlu menyikapi setiap masalah (ujian dan cobaan) tersebut dengan akal sehat berbasis iman dan taqwa. Bukan berdasar kepentingan sesaat, misalnya kepentingan bisnis, sosial, politik dan lainnya.
Dalam artikel yang penulis share sejak awal di bulan Februari 2020, selalu saja menyorot bahwa pandemi Covid-19 pada sisi pesan non fisik. Tujuan utama Tuhan menurunkannya bukan tentang fisikly (kesehatan) semata, tapi ada pesan khusus, atau pesan moral. Agar manusia melakukan restorasi terhadap dirinya sendiri.
Siapa manusia itu ? Ya kita semua, apapun jenis usaha atau bidang pekerjaan kita. Virus Corona menyorot agar manusia segera melakukan rehabilitasi terhadap dirinya tentang cara, gaya atau pola peri laku kemanusiaan dan peri laku beragama.Â
Jadikan dasar semua kenapa sampai dianjurkan tidak shalat jamaah di masjid. Sampai pada penutupan sementara pelaksanaan haji dan umrah. Ada apa? Tentu ada yang salah dalam ibadah selama ini. Jangan sampai cuma topeng saja dalam melaksanakan haji dan umrah.
Mulai dari level bawa (rakyat biasa) sampai kepada level tertinggi dalam status sosial dan politik. Suku, budaya, strata, jabatan, agama apa saja tanpa kecuali untuk merenung dan introspeksi atas segala kekeliruan dalam hidup kehidupan.
Perlu ada inovasi terhadap hidup berkeluarga, kelompok, agama, organisasi, pekerjaan dan sampai pada hidup kehidupan antar negara. Semua perlu di restorasi demi kehidupan lebih damai, Â sejahtera dan saling memahami dan menghormati untuk hidup lebih tenteram.
Artinya kita jangan makan hak orang lain dan jangan sombong atas apa yang dimiliki, baik itu harta maupun jabatan. Artinya ada langit diatas langit, ada yang lebih berkuasa... Yaa Tuhan Ymk mempunyai segala-Nya, manusia hanya menjadi tempat titipan Tuhan sementara.
Saran penulis, perlu kiranya Presiden Jokowi memimpin diskusi para tokoh lintas agama dengan pembanding ahli psikologi, ekonom, hukum dan politik yang independen. Jangan biarkan para medis meneliti sendiri, Corona virus ini sarat makna positif non teknis serta lintas ilmu.Â
Mungkin dari hasil diskusi yang di komandoi oleh Presiden Jokowi atau setidaknya diwakili Menteri Agama, bisa menciptakan sebuah hasil atau rekomendasi untuk pemerintah. Agar bisa segera mengambil langkah taktis ke depan agar corona virus ini bisa diselesaikan, pamit dan kembali ke habitatnya di pangkuan Tuhan Ymk. Insya Allah.