Yang ada hanya estimasi atau meraba saja dan lebih kepada hanya berkemungkinan saja, bahwa ini dan itu. Tidak ada hasil laboratorium, ya jelas karena yang mau diobati tidak dikenal secara nyata. Beberapa dokter dan perawat yang sudah jadi korban meninggal tersebut, juga "katanya" terdampak virus Corona. Benarkah ? Ayo siapa yang bisa jawab.
Pertanyaannya; dari/dan bagaimana cara mengetahui bahwa si korban itu terdampak Covid-19, sementara si Virus Corona saja belum diketahui dimana berada dan siapa itu si Corona ?
Coba kita analisa secara mendalam, dokter dan perawat "katanya tertular" tapi kurang bersih apa ? Tertular, dari siapa ? Pasien... Pasien siapa ? Semua ini menjadi pertanyaan yang mungkin susah terjawab dengan obyektif.Â
Juga dari beberapa artikel penulis yang ada di media cetak dan online, termasuk keterangan pada wawancara TV lokal dan nasional. Selalu mengatakan bahwa yang berpotensi terdampak Covid-19 adalah para pejabat dan pengusaha artinya orang kaya dan/atau pejabat bukan rakyat biasa.Â
Pernah penulis usul, agar semua pejabat eksekutif, legislatif dan yudikatif di periksa. Cuma pertanyaannya, diperiksa pakai apa? Alatnya pasti tidak ada, karena yang mau dideteksi si Corona itu belumlah diketahui. Jadi yaa sudahlah, kita kembali ke agama sebagai jalan terahir.Â
'Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun' terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 155-156: "Dan Sesungguhnya Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut dan rasa lapar, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembiranya untuk orang-orang yang bersabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rojiun (sesungguhnya kami itu milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Allah SWT)." (Al-Quran: Surat Al-Baqarah [2]: 155-156)
Hanya agama menjadi salah satu medium yang dapat dijadikan sandaran bagi setiap individu untuk mengeliminasi rasa kepanikan dan kekhawatiran yang berlebih. Bahwa pandemi Covid-19 ini tidak bisa di tolak, harus diterima dengan sabar dan ihlas. Hanya dengan cara prasangka baik kepada Tuhan Ymk, maka solusi bisa ditemukan.
Pintu Ilmu vs Pintu Tobat
Benar-benar Tuhan Ymk menutup "pintu ilmu" dan mungkin hanya membuka "pintu tobat" untuk selanjutnya berbenah dan kembali ke jalan yang benar dalam hidup kehidupan. Oleh para oknum penguasa dan pengusaha" yang suka "bermain curang" agar hentikan geliatnya mendzalimi rakyat (baca: konsumen produk kapitalis) yang lemah.
Kenapa demikian,
Penulis membaca dari sudut pesan moral berbasis agama dari beberapa ayat dalam Al-Quran. Antara lain ketentuan makanan halal dan haram disebutkan dalam Al Qur'an Surat Al Maidah ayat 3. Estimasi pula bahwa pesan agama tersebut ada dalam kitab lain yang semua tentu untuk mencerah umatnya.