Masa-masa sekolah dan tinggal  di kampung halaman, atau tempat kelahiran Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Pada saat Bulan Suci Ramadan sangat terasa kekerabatan. Baik antar tetangga, maupun teman-teman sekolah. Berkumpulnya menjelang shalat tarawih sampai dini hari sebelum sahur.
Begitupun pada shalat jamaah tarawih pun beramai-ramai dengan teman sekolah dan tetangga di satu mesjid yang sama. Pulang tarawih, rombongan perempuan dan laki-laki yang juga satu sekolah kumpul di satu tempat.
Karena memang sengaja menanti rombongan teman sekolah yang perempuan  tanpa janjian sebelumnya. Ada yang jalan kaki dan ada yang naik motor, saling mencari diantara banyaknya umat muslim yang berbaur jadi satu.Â
Rumah Raja Bone dijadikan Tempat TarawihÂ
Tempat atau kantor tersebut pada foto dijadikan tempat favorit untuk shalat tarawih tahun 1969-1976 di kampung penulis tepatnya di Watampone Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan adalah ex Gedung DPRD Bone, malam digunakan shalat jamaah tarawih. Masa ini penulis sekolah di SD.
Foto ini dikirim Randy tadi siang (12/5), sengaja penulis minta tolong di foto untuk di tampilkan pada artikel ini. Sayang tertutup, jadi bagian dalam tidak sempat diabadikan. Banyak foto-foto Bung Karno disana.Â
Ketika Bung Karno datang ke Bone untuk pertama kalinya mengunjungi Kerajaan Bone diawal tahun 1950 untuk bertemu dengan Raja Bone ke-32 Â La Mappanyukki, Ade Pitu Kerajaan Bone, dan seluruh Rakyat Bone dengan satu tujuan mengajak Kerajaan Bone untuk bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sementara paling berkesan dalam masa Ramadan itu saat sekolah di SMA, terasa kekerabatan sangat kuat dengan teman sekolah, apalagi kalau kebetulan tetangga rumah. Pastilah selalu bersama, mengisi waktu-waktu ibadah, seperti shalat tarawih dan shalat subuh.
Keterangan Video: Kebiasaan bakar ikan di kampung (Bugis Bone) terbawa di kota tempat tinggal saat ini di dua Alamat, Surabaya dan Jakarta.
Sering timbul pertanyaan dalam hati bahwa apakah kekerabatan atau pertemanan tanpa landasan materi atau status sosial identik dengan kampung. Tapi rupanya gejala milenial tersebut sudah merambah ke desa-desa terpencil.Â