"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (Al-Quran: Al-Baqarah Ayat 183)
Masih saja terjadi pro dan kontra tentang adanya himbauan pemerintah dan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), bahwa selama ada virus corona atau COVID-19, shalat Jumat bisa diganti dengan shalat Zuhur di rumah.
Begitupun ditiadakannya untuk shalat Tarawih berjamaah di masjid, pada bulan suci Ramadan 1441 H - 2020 M. Dimana malam ini (23/4) merupakan hari pertama shalat Tarawih yang dilaksanakan di rumah masing-masing.
Sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan lagi, apalagi untuk shalat Tarawih, shalat Jumat saja diganti menjadi shalat Zuhur. Sementara shalat Tarawih dengan mudah dilaksanakan sendiri di rumah atau secara berjamaah dengan keluarga, seumur tidak akan dapat bonus seperti ini.Â
Pemerintah Arab Saudi juga menghentikan sementara aktivitas salat berjamaah di seluruh masjid. Itu dibolehkan ketika situasi mendesak karena wabah. Siapa yang menetapkan itu ? adalah yang ahli, tentunya pemerintah. Karena punya perangkat yang cukup memadai, seperti di Indonesia.Â
Baca Juga:Â Sukacita Sambut Ramadan dalam Suasana Covid-19
Apa yang dilakukan oleh pemerintah dan ulama tersebut sudah benar adanya, demi mencegah penyebaran Covid-19. Artinya lebih utama mendahulukan keselamatan diri dan orang banyak. Manfaatnya lebih besar dari pada mudaratnya meninggalkan shalat berjamaah di masjid.
Kalau kita menyadari semuanya, patutlah kita bersyukur. Anggaplah semua ini merupakan hadiah berlimpah dari Allah Swt. Ataukah sekiranya umat muslim dalam keadaan bersalah, berarti pemerintah dan ulama yang menanggung dosanya. Jadi apa masalahnya ?Â
Jadi semuanya tidaklah menjadi problem dan termasuk pula bahwa dengan ditiadakannya shalat Tarawih berjamaah di masjid, juga tidak mengurangi keberkahan Ramadan. Sedikitpun tidak ada mengurangi kesucian Ramadan.
Baca Juga:Â "Rumah Singgah" Berdampak Psikologis Cegah Mudik
Covid-19 Membawa Pesan Moral
Ingat bahwa ditiadakannya shalat berjamaah - Jumat dan Tarawih - demi kemanusiaan, kelangsungan hidup kehidupan. Karena penyebaran Covid-19 perlu dicegah. Tidak ada bisa menjamin diri kita terbebas dari Covid-19.
Covid-19 merupakan bala tentara Allah Swt yang turun ke bumi. Tentu atas permintaan manusia itu sendiri. Karena sayangnya Allah Swt kepada ciptaan-Nya maka diberilah peringatan atau tanda agar manusia kembali sadar untuk melakukan perubahan kehidupan yang lebih baik lagi.
Pesan moral yang dibawa oleh corona virus ini sungguh lebih substansif dari pada pesan fisik tentang sehat atau sakit. Faktanya sampai hari ini belum ada vaksin atau obat yang ditemukan untuk mengobati Covid-19. Ada apa ?Â
Artinya ilmu pengetahuan lumpuh terhadap Covid-19 dan yang pasti bila ada obat untuk menyembuhkan Covid-19 pastilah murah dan mudah didapatkan. Hanya saja Tuhan belum membuka akal pikiran manusia untuk menemukan obat penangkal Covid-19.
Baca Juga:Â Corona Menanti dan Akan Pulang bersama Ramadan
"Sumber daripada penyakit adalah perut. Perut adalah gudang penyakit dan berpuasa adalah obatnya". (HR Muslim).
Kalaulah ada obat yang ditemukan untuk mengobati Covid-19 pasti bukan obat paten bermerek, tapi obatnya hanya semacam obat generik. Tapi bisa dipastikan bahwa obatnya adalah herbal alias berupa tanaman atau buah-buahan saja. Atau obat Covid-19 adalah puasa.Â
Kenapa obatnya murah? Ya fakta bahwa Covid-19 menyentuh semua kalangan tanpa sekat kaya miskin, tua muda, laki perempuan, lintas agama dan juga si kafis . Tanpa perbedaan negara kaya dan miskin. Semua disambangi oleh si Cantik Corona. Corona benar-benar dahsyat, datang kepada semua manusia untuk sebuah perubahan fundamental.
Namun, sebelum manusia menemukan obat atas kesembuhan Covid-19, manusia terlebih dahulu harus melakukan pertobatan untuk menuju kepada perubahan tata kelola hidup yang lebih manusiawi dan berketuhanan.
Baca Juga:Â Suka Cita Sambut Ramadhan dalam Suasana Darurat Covid-19
Berhentilah mengambil rezeki atau hak orang lain, hal ini yang disebut makanan kotor dalam Al-Quran yang menyentil soal wabah penyakit. Jangan sombong dan pula tidak menggunakan kekuasaan yang berlebihan. Jadilah khalifah yang bijak dan bertanggung jawab kepada kemasyalahatan.
Penulis sepertinya sangat yakin bahwa, Covid-19 akan bersemayam selama Ramadan dan akan pulang meninggalkan bumi seiring berahirnya Ramadan dan datangnya Idul Fitri. Insya Allah.
Marilah kita melaksanakan ibadah puasa Ramadan 1441 H. ini dengan dilandasi iman dan taqwa kepada Allah Swt. Agar bisa dijadikan obat atau vaksin mujarab untuk mengawal kepulangan Covid-19 ke habitatnya.
Surabaya, 24 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H