Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pandemi Plastik Sekali Pakai dan Pandemi Corona

11 April 2020   10:31 Diperbarui: 12 April 2020   04:08 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kondisi kemasan makanan dalam masa darurat Covid-19 doubel kemasan plastik, Surabaya 11/4. Sumber: Pribadi ASRUL HOESEIN

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera-bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan (suburkan) bumi sesudah mati (kering)-Nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; (pada semua itu) sungguh terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berakal." Quran Al-Baqarah ayat 165.

Corona atau COVID-19. Adalah pandemi yang mirip flu, hal tersebut dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) pada 12 Maret 2020. Corona, pasti semua orang tahu dan mengenalnya sejak 2019. Baik masyarakat desa sampai pada kaum urban milenial.

Bahkan setelah perginya Corona, dipastikan tidak akan hilang begitu saja dengan mudah di benak atau alam pikiran manusia. Bila Corona hendak dibandingkan musibah lainnya yang pernah melanda dunia sebelumnya. Corona tiada taranya dalam makna sebagai pembawa pesan dari Tuhan untuk kebaikan manusia.

Istilah pandemi menurut KBBI dimaknai sebagai wabah yang berjangkit serempak di mana-mana meliputi daerah geografi yang luas. Dalam pengertian yang paling klasik, ketika sebuah epidemi menyebar ke beberapa negara atau wilayah dunia.

Sebagaimana pesan atau pidato Presiden Jokowi yang dirilis di medsos per tanggal 10 April 2020 (baca atau klik di SINI), sudah 209 negara yang dikunjungi oleh si Cantik Corona.

Coba cermati dan lakukan identifikasi atau mencatatnya, untuk mengetahui hasil ahir misi Corona. Negara apa saja yang dikunjungi dan bagaimana penghuni rakyat atau warga negara tersebut dalam mengelola dirinya secara lokal, nasional dan internasional.

Kenapa demikian? Karena penulis sangat yakin bahwa Covid-19 membawa pesan khusus tentang keadilan dan kemanusiaan serta perlunya ada perubahan drastis atas perilaku secara signifikan dalam keluarga, masyarakat dan bernegara atau hubungan lintas negara.

Tentang perilaku sosial, budaya, agama, bisnis dan ekonomi, keamanan, politik, kesehatan, pemerintahan, kemasyarakatan, kehidupan pada lingkungan lokal, nasional dan global. Sampai si Corona masuk pada sendi-sendi kehidupan terkecil di keluarga. Semua pesan tersebut dikemas dalam satu judul saja yaitu #diRumahAja atau #JagaJarakAman

Penulis telah urai dan buktikan dengan beberapa judul tulisan sejak merebaknya pandemi Covid-19 yang mengaitkan Corona dengan makanan kotor dan kesombongan.

Umumnya penulis hanya menyorot dan menggali pesan non medikal yang dibawa oleh Corona. Setidaknya hanya sedikit bergeser pada munculnya karakter aseli dadakan dalam berbisnis dan bersosial, memanfaatkan masa Covid-19 tanpa jeli dan kontrol bisnis yang rasional. 

Sama Pandemi, Corona dan Sampah

Sebagai pemerhati dan penggiat di sampah nasional, jujur merasakan bahwa si Corona ini menyorot keras para pemerhati pengelola "bisnis" sampah secara substansial. Hanya pebisnis sampah yang tidak waras menafikkan fenomena si Corona.

Sudah terlampau banyak bukti yang bisa mendukung argumen termasuk solusi dari penulis kepada masyarakat, pengusaha, lembaga swadaya, pemerintah dan pemda selama ini, tentang ketiadaan sistem dalam tata kelola sampah atau waste management Indonesia.

Karena memang Corona sangat membenci "makanan" dan "tempat atau makam" serta "jiwa" manusia yang kotor, maka Corona  datang pada tempat-tempat yang kotor tersebut agar menjadi bersih. 

Secanggih apapun ilmu pengetahuan diabaikan oleh si Corona. Seakan hanya mencari akal dan rasa manusia itu sendiri, untuk meminta tobat pertanggungjawaban atas ulah manusia itu sendiri yang berbuat seenaknya diatas bumi

Corona Menjadi Penengah Perdebatan PSP

Secara khusus Corona menegur beberapa pengelola negara termasuk Indonesia, dimana negara atau pemerintahnya telah melarang penggunaan plastik sekali pakai (PSP) seperti Kantong Plastik, psfoam atau styrofoam dan sedotan plastik.

Sebuah fakta sejarah, setelah Amerika Serikat dikunjungi si Corona. Maka beberapa negara bagian di Amerika mencabut aturan larangan penggunaan PSP. Karena plastik sekali pakai sangat banyak dipergunakan dalam membantu korban Corona dan termasuk dipakai dalam pencegahan penyebaran Virus Corona.

Sebagaima berita yang dirilis pada laman Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) baca di Lawan Covid-19, Amerika Cabut Aturan Pelarangan Single Use Plastic.

Indonesia dan negara-negara lain yang sudah dan/atau menyusul akan melarang PSP seperti Kanada, Perancis, Jerman, Inggris, dan Italia, bersama dengan Uni Eropa lainnya. Segera sadar dan bangun dari "tidur" yang tidak waras dalam kebijakan pelarangannya.

Semua negara termasuk Indonesia keliru besar selama ini atau salah dan sangat memalukan  melarang penggunaan kantong plastik atau PSP lainnya dengan tujuan "katanya" go green atau penyelamatan bumi. Jangan menutup fakta dan data yang tertuang dalam regulasi sampah. 

Karena justru plastik PSP merupakan alat atau bahan penyelamat manusia dan bumi. Pahami bahwa plastiklah yang ramah lingkungan, bukan kertas dan lainnya. Plastik akan menjadi musuh bila akal dan rasa tidak dipergunakan. Bagaimana seh Anda semua ini ? 

Maka dengan hadirnya si Corona, sangat jelas membawa pesan untuk memberitahu sekaligus menegur manusia "pemikir" untuk berhenti memutar balik fakta tentang kemanusiaan serta kaitannya pada pelarangan PSP yang tidak masuk akal kewarasan.

Dalam fenomena sampah dan PSP, orang bodoh bermental hedonis yang banyak berbicara dan ikut memutuskan kebijakan, sementara orang pintar diam saja dan malah mengamini keputusan yang merugikan masyarakat Indonesia dan bahkan diri dan kelompoknya sendiri ikut dirugikan atas ulahnya yang tidak manusiawi. 

Termasuk kaum intelektual akademisi dan ahli agama agar ikut berbicara jujur apa adanya. Sesuai riset akademis dan telaan agama yang dimiliki. Janganlah mengaburkan dan mengorbankan spirit atau semangat intelektual demi "rakyat" Indonesia. Jangan menyandera diri demi sesuap nasi. 

Juga pada mahasiswa tentunya harus ikut bertanggung jawab sebagai calon intelektual dan calon cendekiawan dalam mengawasi sistem pemerintahan. Dimana kritismu pada saat sampah melanda Indonesia yang disebabkan oleh ulah tangan-tangan kotor.

Kebijakan pelarangan PSP, semua menjadi atau dijadikan sebuah basis alasan klize dalam penyelamatan bumi, karena hanya merupakan akal-akalan bisnis saja untuk monopoli ekonomi barang atau plastik tertentu saja. Sehingga berani bohongi diri, masyarakat dan Tuhan.

Mari semua pemangku kepentingan atau stakeholder, pemerintah dan pemda seluruh Indonesia termasuk para artis atau publik figur yang diikutkan kampanye "non waras"
agar kembali sadar dan pulang mudik kepada kebenaran sehingga pandemi Corona bisa segera kembali pula ke habitatnya.

Segera kembali berpikir waras ?! Dari ruang isolasi mandiri penulis #diRumahAja untuk kesekian kalinya menyampaikan pesan kepada sahabat "penguasa dan pengusaha" pengelola sampah Indonesia agar setop korupsi sampah. Hayati dan cerna kehadiran Corona. Salam sehat selalu.

Surabaya, 11 April 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun