Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Corona Tidak Melirik Orang Gila?

9 April 2020   02:15 Diperbarui: 9 April 2020   11:41 9096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Subahanallah, sungguh Allah Swt Maha Suci dan Bijaksana dalam menata kelola serta memelihara dan menjaga segala ciptaan-Nya. Dan setiap ciptaan-Nya dilengkapi dengan pengawal masing-masing.

Kenapa Tuhan menciptakan penyakit atau sakit Gila, ya agar manusia-manusia sempurna dapat bersyukur atas nikmat-Nya dan memahami ke'Esa'annya. Bersyukurlah, akan kutambahkan nikmat kepadamu, begitu janji Allah kepada hamba-Nya.

Kategori "gila" dalam opini ini sebatas pada sakit jiwa atau sakit gila, untuk alat banding dengan Covid-19. Karena pada prinsipnya sakit gila itu adalah bukan gila yang sesungguhnya, tapi hanya sebuah musibah saja. Seperti gila harta, jabatan, gila hormat, gila sex dan seterusnya sama saja dengan orang sakit jiwa atau sakit gila yang ada di RS. Jiwa itu.

Baca Juga: Si Corona Tamu Terhormat Tanpa Pilih Kasih

Kenapa disebut musibah, bukan disebut gila yang sesungguhnya ? Ya berdasar pada penjelasan Rasulullah SAW sebagaimana tersebut adalah,

"Orang gila yang sesungguhnya gila (al-majnun haqqul majnun) adalah orang yang berjalan dengan penuh kesombongan; yang membusungkan dadanya; yang memandang orang dengan pandangan yang merendahkan; lalu berharap Tuhan akan memberinya surga; padahal ia selalu berbuat maksiat kepada-Nya"

Selain itu orang-orang yang ada di sekitarnya, tidak pernah merasa aman dari kelakuan buruknya. Dan di sisi yang lain, orang juga tak pernah mengharapkan perbuatan baiknya. Nah, orang semacam inilah yang disebut sebagai orang gila yang sebenar-benarnya gila (al-majnuun haqqul majnuun).

Dari apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW tersebut, maka dapatlah kita simpulkan; Bahwa orang gila yang sesungguhnya gila atau (al-majnuun haqqul majnuun) adalah orang-orang yang sehat jasmani dan ruhaninya; yang tetap memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan hukum agama yang dibebankan kepadanya. Namun dalam kehidupan masyarakatnya mereka memiliki  kesombongan.

Baca Juga: Jauhkan Si Corona dengan Syukuri Keberadaannya

Corona Bukan untuk Orang Gila

Pada opini ini, penulis hanya membatasi pada orang sakit jiwa raga saja (sakit gila yang diketahui secara umum). Untuk merefleksikan kenapa si Corona tidak menghampiri orang sakit jiwa atau gila (jiwa raga).

Tapi si Corona hanya mampir pada orang sehat raga tapi sesungguhnya sakit jiwa karena materi dan kekuasaan menjadi target dalam hidupnya. Menghalalkan segala cara demi memenuhi syahwat materi dan kuasanya. 

Penulis hanya mencoba memberi batasan, bahwa ada sakit gila karena memang tidak sadar jiwa dan ada yang sakit jiwa alias gila dalam kesadarannya karena semata mengejar duniawi. Atau mungkin bisa disebut kategori serakah atau sombong dalam kehidupannya.

Sedikit ajaib, bahwa sampai hari ini belum pernah kita mendengar ada orang gila yang terjangkit virus corona atau Covid-19. Padahal mana mereka peduli, orang-orang yang mengalami gangguan jiwa itu, abai terhadap social distancing atau physical distancing. Mana mereka peduli apa itu jaga jarak aman.

Imbauan untuk #diRumahAja pun tidak akan pernah bisa mereka atau si orang gila itu mau dan mampu menerima dan lakukan, kecuali di pasung ditempat khusus. Tidak ya kan ??? Tapi mereka tetap seperti biasa dan bergaul tanpa jarak. Bisa dikatakan bahwa orang gila itu tetap sehat dan bebas dari Covid-19.

Padahal bandelnya bukan main. Manusia bandel pada Covid-19 adalah para orang gila khususnya yang berada di Rumah Sakit Jiwa. Mereka tetap bersenda gurau sebagaimana biasanya. Duduk dan tidur tanpa jarak. Tapi tentu sikap liar dan bandel mereka itu, bisa diterima atau dimaklumi. Itulah keadilan dan Maha Kuasanya Allah Swt.

Baca Juga: Corona, Momentum Perubahan Hidup Kehidupan

Corona untuk Orang Sadar 

Si Corona hanya mendatangi orang-orang yang berakal (bukan orang syaraf) yang tidak menggunakan akalnya pada hal-hal yang diamanatkan oleh Tuhan. Manusia tersebut lalai atas penciptaan-Nya. Sebagai khalifah tapi tidak menjalankan fungsi khalifah sebagai pelayan dan menjadi panutan bagi diri, keluarga dan orang banyak.

Kenapa si Corona hanya mampir pada manusia normal atau malah menghampiri para dokter-dokter yang memiliki ilmu kesehatan atau memahami penyakit ???

Disanalah letak pembelajaran bagi orang-orang yang berpikir atau menggunakan akalnya. Bahwa pesan yang dibawa si Corona sangat luar biasa untuk merubah perilaku dan perikemanusiaan yang lalai dijalankan oleh manusia.

Corona membuat lumpuh ilmu pengetahuan itu sendiri. Faktanya obat jitu si Corona belum ditemukan dan bisa jadi tidak ada obatnya kecuali atas kesadaran untuk perubahan sikap agar tidak konsumsi makanan kotor atau makanan bukan haknya alias korupsi serta tidak angkuh dalam bermasyarakat.

Baca Juga: Suka Cita Sambut Ramadhan dalam Suasana Darurat Covid-19

Corona memang sepertinya sudah dan akan merubah perilaku manusia, perilaku dunia. Dari cara manusia memperlakukan sesamanya, lingkungan serta keluarganya, dan dirinya sendiri baik dalam menghadapi pekerjaan maupun menghadapi rumah tangganya.

Sebenarnya si Corona sudah hampir pulang alias mudik ke habitatnya, bila semakin ketahuan bahwa corona virus mudah dicegah. Disamping tugasnya sudah hampir selesai.

Semoga tidak menyimpan masalah saja sepeninggal si Corona yaitu masalah korupsi dana-dana yang digelontorkan pemerintah, swasta dan lainnya. Karena sesungguhnya korupsi lebih ganas dari Corona virus itu sendiri.

Sudah mulai banyak yang menjadi peduli, menjadi tenang, berubah bersih, dan suasana pelan-pelan damai. Tapi, oh... sungguh betapa mahal harga penebusan Corona virus tersebut, sebab semua harus ditebus dengan ribuan nyawa, materi dan air mata. 

Tapi ada pula yang menikmati hasil dari bisnis dalam pemenuhan prasarana dan sarana pengobatan dan pencegahan penyebaran Covid-19. 

Siapa yang salah dengan adanya Covid-19 ? Ya kita semua umat manusia yang harus bertanggung jawab untuk memulangkan cepat si Corona ditempatnya semula, yaitu pada Tuhan Ymk. Tuhan mengirim si Corona karena permintaan kita sendiri. Mari ikhlas dan sabar menerima dan ikhlas pula melepaskan, untuk selanjutnya kita berubah pada yang lebih baik lagi ke depan. Insya Allah. 

Surabaya, 9 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun