Penentuan regenerasi yang tepat akan membawa organisasi ke arah yang lebih baik lagi, tapi sebaliknya bila dalam penentuan regenerasi ada perbedaan visi, kurangnya kekompakan, perbedaan kualitas dan masalah lainnya dapat saja merusak bahkan menghacurkan organisasi.
Partai Demokrat besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lebih cepat meloncat dalam mempersiapkan atau regenerasi kepemimpinan partai dibanding Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) besutan Megawati Soekarnoputri (Megawati).
Mega sebagai Ketua Umum PDIP masih kelihatan belum siap terbuka atau sepertinya malu-malu mendorong Puan Maharani menjadi Ketua Umum PDIP, walau hal itu terbaca dan tersirat bahwa Megawati sangat menginginkan putrinya Puan Maharani untuk menggantikannya sebagai leader di PDIP untuk memuluskan menjadi Calon Presiden 2024.
Sementara SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat telah terbuka dan tegas mempersiapkan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY sebagai putera mahkota. AHY telah terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum Partai Demokrat periode 2020-2025 dalam Kongres V Partai Demokrat, di JCC Jakarta (15/3).
Satu sisi Partai Demokrat bisa dimaklumi bergerak cepat dalam meregenerasi kadernya untuk dipersiapkan menjadi pemimpin masa depan. Partai Demokrat dianggap ketinggalan beberapa langkah dibanding partai lain yang sudah mampu membuktikan diri sebagai partai modern yang menyokong politikus muda. Tentu SBY dan elit Partai Demokrat lainnya ingin menjawab tantangan dankekurangan tersebut.
Baca Juga:Â AHY jadi ketum Demokrat, antara bayang-bayang SBY dan 'ekspektasi yang terlampau besar'
Sejak memenangkan pemilu 2009, capaian Demokrat di perpolitikan nasional terjun bebas. Di pemilu 2014 mereka kehilangan nyaris delapan juta suara dibandingkan pemilu sebelumnya.Â
Sementara pada pemilu 2019, Demokrat berselisih kurang 4% dari ambang batas parlemen. Itulah yang menjadi motivasi Partai Demokrat melalui AHY terus bersafari politik ke seluruh Indonesia tanpa henti.
AHY versus Puan Maharani
Bila berhitung dengan waktu perjalanan politik antara AHY dan Puan Maharani. Seharusnya Megawati lebih dahulu melakukan regenerasi kepemimpinan partai dengan mendorong Puan Maharani sebagai Ketum PDIP, sesuai keinginannya yang tersirat.Â
Tapi kelihatan Puan Maharani tidak secerdas persiapannya atau kesiapan diri dibanding AHY dalam berpolitik menuju RI satu. Walau AHY terhitung singkat merajuk karirnya dalam perpolitikan Indonesia.
Puan Maharani jauh terlebih dahulu terjun di dunia politik mengikuti jejak Sang Bunda. Sementara AHY pertama kali terjun ke politik tahun 2017 saat ia maju dan kalah dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta. Kala itu ia mengorbankan karir militernya dengan memutuskan mundur sebagai perwira TNI (2016).
Keputusan mundur AHY dari TNI dengan pangkat terahir mayor, itu bukan soal mudah, tentu dengan perhitungan matang dengan kalkulasi politik yang cerdas. Terbukti setelah AHY gagal dalam pilkada, terus bergerak bersosialisasi dan bersilaturahmi pada lintas partai dan pemerintah.Â
Membaca gerakan politik AHY, dapat diprediksi bahwa AHY penganut strategi Sun Tzu. AHY nampak mendekati musuh politik SBY, mencoba mencairkan hubungan Cikeas dengan Teuku Umar yang membeku sejak SBY mundur saat Megawati menjabat Presiden, lalu SBY mendirikan Partai Demokrat yang mengantarnya menjadi Presiden dua periode. Â
Termasuk AHY mampu menjalin silaturahim dengan Megawati sekeluarga. Mendatangi rumah Megawati merajut silaturahim, walau diketahui bahwa SBY dan Megawati tidak akur sejak lama.Â
Tapi semua perseteruan itu seakan diabaikan oleh AHY. AHY sudah memberi tanda berbeda dengan Sang Ayah. Karakter dan jiwa kepemimpinan nampak tertanam dalam diri AHY. AHY dalam konteks kehidupan bugis bisa disebut keturunan "Mattola Palallo" artinya melebihi karakter orang tuanya.
Baca Juga: Â AHY Ketum Demokrat, SBY Kembali Jabat Ketua Majelis Tinggi
AHY disamping sebagai Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) dan founder AHY Foundation dan jabatannya dalam Partai Demokrat dan terahir sebagai wakil ketua umum Partai Demokrat terus bersafari politik ke berbagai tempat dan daerah di seluruh Indonesia. Sebelum ahirnya menjadi Ketum Partai Demokrat.
Modal berpolitik AHY selangkah lebih maju dibanding Puan Maharani. Walau saat ini Puan Maharani menduduki jabatan politik sebagai Ketua DPR RI dan sebelumnya pernah menjadi menteri. Tapi semua posisi itu, belum semulus menuju Calon Presiden 2024 bila belum menduduki posisi sebagai Ketum PDIP.
Megawati tidak mudah mendorong Puan Maharani sebagai pemimpin partai dengan aklamasi bulat para pengurus pusat partai sampai ke daerah dibanding SBY mengarahkan AHY menjadi Ketum Partai Demokrat.Â
Karena di PDIP banyak kader muda yang bisa menggantikan Megawati sebagai Ketum PDIP. Tentu hal ini menjadikan Megawati belum menentukan sikap terhadap putri mahkotanya.
Selamat kepada AHY telah terpilih menjadi Ketum Partai Demokrat 2020-2025 menggantikan SBY. Semoga apa yang dicita-citakan dapat terwujud.Â
Juga kepada Puan Maharani, ditunggu strategi politiknya menuju Pilpres 2024, jangan mau kalah dengan AHY. Anda berdua menjadi generasi muda milenial penerus perjuangan bangsa. Ayo berkompetisi dengan sehat demi pencerdasan bangsa dalam demokrasi.Â
Surabaya, 24 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H