Bukan hanya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri BUMN Erick Tohir inginkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bekerja maksimal sebagai Komisaris Utama Pertamina. Tapi semua komponen bangsa yang dirugikan selama ini atas kinerja PT. Pertamina (Persero).
Justru lebih kepada publik garis depan yang menaruh harapan pada Ahok untuk membumi-hanguskan mafia migas di PT. Pertamina (Persero) sebagai perusahaan migas berplat merah dan terbesar di Indonesia yang selama ini diduga banyak menguras dana rakyat tanpa rasa berdosa.
Juga Ahok sudah buka-bukaan soal keberadaan mafia migas di Pertamina. Mengungkap bahwa mafia migas yang sering-sering disebut oleh Presiden Joko Widodo memang masih ada.
"Mafia iya, orang dalam dan ngajak orang luar. Tujuannya impor dan komisi, hulu sampai hilir biayanya tinggi," kata Ahok, Senin (06/01/2020).
Menurut Ahok, yang membuat impor minyak tidak efisien adalah karena kontrak impor minyak bukannya langsung dari produsen, kontraknya juga jangka pendek, hanya 3 sampai 6 bulan.
Walau Ahok dengan optimisnya dan merasa tidak takut menghadapi mafia migas. Namun sepertinya Ahok dipastikan akan mengalami depresi. Karena juga mempunyai keterbatasan gerak sebagai komisaris utama. Ada direksi yang menjadi eksekutor kebijakan. Tapi itu bukan alasan untuk mengabdi pada bangsa dan negara.
Selain akan terhalang oleh pengaruh politis. Diduga ada oknum di backup elit yang menjadi makelar impor migas. Hal ini yang berat diatasi oleh Ahok karena basisnya sangat politis.Â
Presiden Jokowi diharapkan konsisten mendukung kerja Ahok dengan dasar pernyataannya sendiri bahwa sudah tidak punya beban lagi di periode keduanya bersama Wakil Presiden Kiyai Ma'ruf Amin.Â
Bila Presiden Jokowi lemah dan tidak konsisten, maka Ahok akan memanjat hujan dan gagal menghadapi mafia migas pertamina?! Karena musuh itu tidaklah terlalu jauh dan sangat dekat. Ahok pasti lebih faham dimana keberadaan dan siapa sesungguhnya mafia migas itu.
Walau sama diketahui, siapa saja mafia migas itu. Tapi pasti tidak mungkin mampu menarik pedati sampai hulunya. Paling bisa di level hilir saja. Karena hampir semua posisi atau jabatan elit itu bermuatan politis. Termasuk posisi Ahok sendiri sebagai komisaris utama, tantangan terberatnya ada dalam ranah politis.
Dilematis memang kerja Ahok kali ini, bukan pucuk pimpinan selaku eksekutor. Maju kena mundur kena. Buah simalakama ahirnya. Jabatan Ahok sebagai komisaris utama sangat rentan masalah.Â