RRT sebuah negara dimana berasal atau terlahir seorang petani bernama Sun Tzu ahli strategi ulung dunia yang sangat terkenal. Penemu strategi China kuno. Nah tentu RRT tidak kehilangan strategi diplomasi cerdas seorang Sun Tzu untuk meraih sesuatu. Pasti mereka menganut strateginya sendiri yang banyak digunakan oleh para pemimpin bangsa dan pengusaha sukses di luar bangsa China sendiri.
Makanya melawan RRT, siapkan saja pelobby ulung Indonesia yang bisa menaklukkan atau menggunakan strategi Sun Tzu. Cukup dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk menghadapi Natuna.Â
Mari berdiplomasi dengan sehat, agar bisa tetap bersahabat dengan China dalam membangun peradaban bersama menuju kesejahteraan rakyat kedua negara.
Sebaliknya diyakini bahwa RRT tidak sebodoh untuk bersitegang dengan Indonesia, apalagi mau perang terbuka dan jauhlah itu. Mari kita miliki sepenuhnya Natuna dengan cara cerdas berdiplomasi.Â
Indonesia sangat dibutuhkan oleh RRT. RRT tidak bisa hidup tanpa Indonesia, namun Indonesia bisa hidup tanpa RRT. Kenapa? Â Karena Indonesia adalah pasar terbesar bagi RRT itu sendiri disamping negara-negara industri lainnya, sangat butuhkan Indonesia.
RRT juga merupakan salah satu mitra strategis Indonesia di kawasan ini dan sudah menjadi kewajiban bagi kedua belah pihak untuk terus meningkatkan hubungan yang menghormati satu sama lain dan membangun kerjasama yang saling menguntungkan kedua negara berpenduduk besar ini.Â
Paling penting kita harus pikirkan, bagaimana bisa jadikan RRT sebagai pasar produk Indonesia. Jangan hanya biarkan RRT menjadikan Indonesia sebagai pasar produk mereka.
Usulan Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal untuk meminta pemerintah pusat membentuk provinsi khusus di Natuna dan Anambas, Kepulauan Riau. Rasanya tidak dibutuhkan sampai saat ini, kalau hanya dengan alasan meningkatkan kemampuan mengawal keamanan wilayah pantai dan laut di Natuna.
Kita di Indonesia memang selalu disibukkan atau menyibukkan diri pada hal-hal sepele. Soal kapal nelayan RRT yang ada di Natuna itu tidak perlu disikapi berlebihan sampai mengirim 3 kapal perang KRI segala. Coba hitung berapa biaya logistik yang dikeluarkan hanya datang parkir atau menghadapi berapa biji saja kapal nelayan RRT.
Belum lagi mobilitas Presiden Jokowi dan tim, serta menteri-menteri dan lain sebagainya. Begitu terkuras pikiran, biaya dan tenaga. Seakan Indonesia dan RRT akan melakukan perang terbuka. Indonesia hanya perlu menjalankan dan menegakkan aturannya sendiri, dunia pasti segan pada Indonesia.
Mari kita gunakan akal sehat menyikapi masalah rakyat dan kebangsaan, termasuk hubungan Internasional. Jangan baperlah, nanti dikira ada pencitraan atau pengalihan issu kasus-kasus yang ada.