Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Air dan Sampah sebagai Sumber Kehidupan

18 Agustus 2019   19:45 Diperbarui: 4 September 2019   14:26 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Manfaat Biopori. Sumber: WidyaSakti

Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. [QS. Al-Furqan:48]

Dalam ayat tersebut diatas, Allah  SWT menyebutkan bahwa hujan turun sebagai Rahmat, "Ma'aan thohuran, air yang sangat bersih", inilah sifat air hujan. Namun manusia seringkali menyebut bahwa hujan itu sebagai pembawa bencana.

Sebenarnya yang membawa bencana bukanlah air hujannya melainkan tindakan manusia yang melampaui batas sehingga membuat keseimbangan alam terganggu yang mengakibatkan ketika turun hujan terjadi bencana banjir. Diperparah dengan tidak terkelolanya sampah. Ahirnya sampah akan menyumbat saluran air atau got yang ada.

Air hujan dan sampah merupakan sebuah keharusan untuk dikelola dan dijaga sepanjang masa hidup kehidupan. Air hujan merupakan sumber kehidupan, sementara sampah adalah material sisa yg dibuang sebagai hasil dari proses produksi atau merupakan efek dari hidup kehidupan itu sendiri yang juga harus dikelola agar memberi manfaat bagi manusia sebagai produsen sampah.

Air hujan dan sampah yang berlebih harus dikelola dengan baik dan bijaksana. Air dan sampah memiliki kesamaan dalam ruang dan waktu untuk mengelolanya. 

Mencegah banjir bukan malah air hujan dialirkan tapi dengan cara menampungnya. Sementara sampah bukan pula dibuang atau dibakar, tapi juga dikelola di sumbernya untuk dijadikan manfaat.

Membendung atau menampung air hujan dengan menggunakan waduk, biopori dan sumur resapan tersebut dapat dilakukan dengan dua hal sekaligus: mengurangi atau mencegah banjir dan menanam air ke dalam tanah untuk menambah cadangan air tanah.

Sambil melakukan dua hal tadi, curah hujan yang tinggi ini dapat juga ditampung  dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Air hujan bersifat 'lunak' karena tidak mengandung logam berat seperti air tanah. Air hujan sangat bersih dan berkah dari Tuhan Ymk untuk mahluk ciptaan-Nya.

Selain air hujan jangan langsung dialirkan ke sungai atau laut. Juga sama halnya sampah. Sampah yang dibuang dan ditimbun di tanah akan mengalami proses pembusukan atau dekomposisi. Selama terjadi proses pembusukan sampah, maka menghasilkan air lindi (air sampah). Apabila tidak dikelola dapat mencemari tanah secara langsung.

Sampah bukan dibawa ke Tempat Pembuangan sampah Ahir (TPA) atau di Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse dan Recycle (TPS3R). Hal itu merupakan paradigma lama. Tapi dengan mengelolanya di sumber timbulan sampah; baik itu pada industri, destinasi wisata, perumahan maupun rumah tangga.

"Membuang atau mengalirkan air hujan ke sungai dan laut sama saja membuang atau mengangkut sampah ke TPA. Keduanya salah dalam pengelolaan dan pengolahan serta akibatnya kita tidak akan memperoleh manfaat dari padanya"

Ilustrasi: Sumur resapan biopori. Sumber: Alamandah
Ilustrasi: Sumur resapan biopori. Sumber: Alamandah
Mengelola Air Hujan

Kota-kota besar atau kota metropolitan lainnya di Indonesia, semuanya diserbu oleh bangunan dan juga jalan-jalan yang sudah dominan ditutup dengan betonisasi. Hampir pasti celah masuknya air hujan ke dalam tanah sangatlah kurang dan susah ditemukan. Maka otomatis pengelolaan air hujan membutuhkan rekayasa teknologi yang bersinergi pada semua unsur utilitas yang ada lainnya.

Khususnya kota Jakarta sebagai kota megapolitan, seharusnya dalam menyikapi tata kelola air hujan. Dibutuhkan pembangunan sumur resapan secara massif dan terukur dengan jumlah debit air hujan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus segera membangun sumur resapan untuk Penampungan Air Hujan (PAH), mengingat sangat susah menambah waduk atau embung yang ada. Karena keterbatasan lahan di ibukota.

Pembangunan PAH ini sangat perlu dipikirkan sejak dini. Seperti memperbanyak sumur resapan, biopori ini perlu dibangun lebih awal oleh kota-kota lainnya di Indonesia. Segera belajar dari Jakarta saat ini yang kerepotan mengelola air hujan, sehingga Jakarta sering diserang banjir. Padahal merugilah satu daerah bila tidak menampung air hujan.

Limpahan air hujan yang begitu banyak membuat kewalahan karena muncul masalah banjir. Padahal bila dikelola dengan baik, air hujan yang berlebih akan lebih bermanfaat, air hujan harus ditampung, diolah dan dimanfaatkan kembali atau disimpan sebagai air cadangan sehingga ketika musim kemarau datang, masalah sulitnya air bersih bisa teratasi dengan baik.

Air hujan agar tidak menuai bencana banjir, maka perlu menampung air hujan itu sendiri untuk dipanen pada musim kemarau. Bukan malah mengalirkannya ke sungai dan laut secara langsung. 

Begitupun dengan pengelolaan dan pengolahan sampah, harus berbarengan dengan pengelolaan dan pengolahan air hujan dan air muka tanah. Sampah yang tidak dikelola akan mencemari air hujan karena berbaur dengan air sampah. Menyikapi kedua masalah ini, air hujan dan air sampah maka pemerintah dan pemerintah daerah (pemda) harus lebih tegas dan kebijakan itu dituangkan dalam regulasi, agar jangan disepelekan tapi dimanfaatkan.

Sumur resapan merupakan sumur penampungan air hujan atau bisa berbentuk lubang biopori pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan dan aliran permukaan agar dapat meresap ke dalam tanah untuk menampung air hujan yang berasal dari saluran air tadah hujan. Semua ini berfungsi untuk meningkatkan daya resap air dalam tanah.

Dalam pembangunan sumur resapan secara massif, pemda perlu membuat sebuah kebijakan stratejik untuk menjadi landasan penanganan dan pembagunan berupa peraturan daerah (perda). Agar bisa ditaati dan diaplikasi secara massif oleh masyarakat sebagai pengelola dan pengguna. Masyarakat harus diikutsertakan didalamnya. Mengatur air hujan dan sampah, masyarakat harus jadi subyek bukan semata jadi obyek saja.

Pemda perlu memberi subsidi atas pembangunan sumur resapan. Setiap perumahan atau kawasan lainnya menyiapkan lahannya dan pemda menyiapkan biaya-biaya yang timbul atas pembuatan sumur resapan. Dalam melaksanakan pembangunan sumur resapan atau lubang biopori harus bersamaan dengan pengelolaan sampah dalam sosialisasi dan edukasi ke masyarakat.

Termasuk pada median jalan, ruang kosong dibawah playover, taman dan hutan kota. Seharunya dibangun sumur resapan, agar menjadi cadangan air dan sekaligus dapat mencegah banjir. Begitu pula sumur resapan yang ada di median jalan, bisa membantu dan efisiensi dalam penyiraman serta pemeliharaan pohon atau tanamannya. Semua pelaksanaannya diserahkan pada masyarakat setempat bersama dalam pengelolaan sampahnya, agar kedepannya bisa ikut menjaga dan merawatnya.

Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan pelajaran. [QS. An-Nahl:65]


Ilustrasi: Manfaat Biopori. Sumber: WidyaSakti
Ilustrasi: Manfaat Biopori. Sumber: WidyaSakti
Air dan Sampah Kawasan

Tidak ada pengendalian air hujan dengan baik tanpa terlebih dahulu mengelola sampah domestik dan industri dengan baik. Karena membangun sumur resapan yang baik itu sangat terkait dengan sampah. Sumur resapan yang baik itu dibutuhkan kompos olahan sampah sebagai bahan pembangunan sumur resapan. Termasuk pada lubang biopori dapat memproduksi kompos.

Sampah dan air hujan semua harus dikelola di kawasan berpenghuni. Baik rumah tangga ataupun pada ruang publik. Membuat sumur resapan yang baik, tentu membutuhkan kompos olahan sampah untuk dijadikan bahan lapisan antara sumur resapan dan tanah aslinya. Jadi ada kompos yang menjadi media perantara, agar mudah terserap oleh tanah. Kompos sesungguhnya media yang mampu menahan air hujan.

Maka tidak ada jalan lain yang harus ditempuh, selain mengelola sampah sekaligus mengelola air hujan agar mendapatkan atau memanen manfaat. Harus dengan membangun massif sumur resapan dan lubang biopori yang melibatkan partisipasi masyarakat sebagai pemilik lahan pembangunan tempat cadangan air tanah yang bersumber dari air hujan.

Masyarakat harus diberi edukasi dan subsidi serta memfasilitasi desain sumur resapan sebagai patron bangunan sumur resapan yang seragam untuk dibangun oleh masyarakat secara serentak atau bertahap. Tergantung kesiapan dana pemerintah dan pemda. Sebaiknya melibatkan perusahaan melalui penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang disinergikan dengan pengelolaan dan pengolahan sampah.

Begitu pula pembangunan instalasi pengolahan sampah domestik dan sampah Industri dalam setiap kawasan atau industri tunggal yang berada di luar kawasan industri. Harus melalui kebijakan pemda dengan tegas dan berkelanjutan. Agar pengelolaan sampah dan air hujan dapat dilakukan dengan melibatkan secara langsung masyarakat. Masyarakat harus dijadikan subyek (eksekutor) sementara pemda menjalankan fungsinya sebagai regulator dan fasilitator.

Jadi bila ingin mendapatkan manfaat dengan sempurna. Pengelolaan air hujan dan pengelolaan sampah harus bersamaan dan bersinergi dengan baik antar stakeholder. Karena antara pengelolaan sampah dan air hujan itu sangat berhubungan erat. Saling terkait dan mempengaruhi antara air hujan dan sampah.

Mari menabung air hujan dengan sumur resapan, biopori serta mengelola sampah kawasan secara massif demi memberi kehidupan sehari-hari serta dapat dinikmati oleh generasi ke generasi. Pemda harus memberi persyaratan kepada setiap pengembang. Baik perumahan, pusat perbelanjaan dan perkantoran, untuk membangun waduk, sumur resapan dan biopori serta menyiapkan area pengelolaan sampah. Menjadi persyaratan dalam memberi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Kehidupan yang berkelanjutan sangatlah membutuhkan air hujan yang tentu dengan memperbanyak bangunan sumur resapan dan lubang biopori untuk menambah daya resap tanah serta mengelola sampah yang benar dan berkeadilan di sumber timbulannya.

Pada perkembangannya peningkatan daya resap air dalam tanah dilakukan dengan membuat sumur resapan atau lubang biopori pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang sumur resapan ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.

Satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dan pemda dalam mengelola cadangan air bersih secara sempurna adalah mengatasi masalah septic tank. Saat ini banyak lubang septic tank yang dibangun oleh pengembang perumahan-perumahan dengan tidak mempertimbangkan jarak antara septic tank dengan sumur atau pengeboran air bersih. 

Sebaiknya mulai dari sekarang, pemda mengarahkan para pengembang untuk membangun septic tank komunal. Agar bisa berfungsi ganda antara lain menyehatkan cadangan air dalam tanah sekaligus bisa mengolah dan memanfaatkan septic tank tersebut untuk berproduksi pupuk kompos dan biogas untuk dipakai kembali pada masyarakat penghuni perumahan dan lingkungan sekitarnya.

Singapore, 18 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun