Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sampah, Nyata dan Misteri

9 Agustus 2019   00:10 Diperbarui: 2 September 2019   15:17 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Penulis dan TPA Suwung Denpasar Bali. Sumber: Pribadi.

"Hanya manusia-manusia yang berpikir dan berakal sehat, bisa lolos dari jeratan misteri sampah"

Dalam dunia seni pertunjukan dikenal berbagai jenis panggung. Ada jenis panggung arena, panggung proscenium, panggung thrust, panggung tapak kuda, panggung segi empat, panggubg kipas, panggung auditorium dan panggung terbuka.

Begitupun dalam hidup kehidupan sama saja dengan panggung seni pertunjukan tersebut. Berada pada ruang dan waktu yang berbeda. Sama pula halnya lebih khusus pada dunia persampahan. Semua sama saja mempunyai panggung yang ber aneka ragam.

Ada yang memilih panggung dengan pandangan satu arah, separuh atau setengah lingkaran bagai seperti kipas, ada pula yang full satu lingkaran. Panggung paripurna seperti bola kaki, bulat.

Pada berbagai pandangan atau panggung tersebut, kelihatan peran para lakon pentasnya yang tidak bisa membohongi atau pemeren mencoba berbohong terhadap panggung apa tempat mereka berpijak dan panggung apa yang menjadi sandiwaranya.

Asrul "Panggungmu adalah milikmu, tapi panggungku adalah milikmu serta milik masyarakat dan bangsa Indonesia" 

Dalam berbagai bidang, mungkin saja pemeran bisa menyembunyikan model panggungnya. Tapi dalam dunia persampahan, sekalipun dia pemeran utama atau ahli, panggung itu tidak bisa disamarkan. Panggung akan berbicara terhadap pemeran yang akan membohonginya.

Sampah memang benar-benar misterius. Apakah mungkin karena merupakan sebuah produk yang terakhir sebagai titipan dari Tuhan YMK untuk para hambanya yang super majemuk menuju dunia ahir ?

Teringat sepenggal kalimat dari seorang bupati di Nusa Tenggara Barat pada saya sebelum pamit beberapa hari lalu di pendoponya. Saat bertemu mengatakan bahwa "sampah merupakan sebuah urusan yang menginginkan jalan lurus"

Karena karakteristik sampah yang majemuk, maka dibutuhkan pemeran yang berlatar panggung berbeda dari sebuah arena. Tapi jangan berebut panggung, karena panggungmu sendiri yang justru akan menimpamu. Bila ingin atau bernapsu merebut panggung orang lain.

Urusan sampah sangatlah peka pada sebuah kebohongan. Karena sampah sendiri tidak bisa berbohong dengan menyembunyikan dirinya yang misterius. Kecuali tersentuh oleh pikiran, akal dan budi yang paripurna.

Hati-hatilah menjadi pemeran dalam urusan persampahan. Karena diri kita bisa lebih buruk rupa dari pada sampah yang benar-benar sampah. Janganlah karena ambisi duniawi, ahirnya terjerumus menjadi manusia sampah ditengah sampah yang misterius.

Pastinya sampah tetap akan menjadi misteri dan menelan korbannya bila tidak tersentuh oleh pemeran pada panggung yang tepat. Jangan coba-coba menembus batas misteri sampah. Hanya akal sehat yang bisa bercengkrama dengan sampah.

Ingat bahwa dunia akan menertawakan kita bila salah menempatkan peran pada pangung yang tepat.

Jakarta, 9 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun