Pasca gempa bumi melanda Lombok pada pertengahan tahun 2018, membuat aktivitas pendakian Gunung Rinjani sempat terhenti dengan alasan keamanan karena banyak longsoran membuat pendakian Rinjani ditutup serta dibuka kembali pada bulan Juni 2019.
Gunung Rinjani dianggap sebagai pendakian bintang 5 yang cantik dan kereen. Juga merupakan tempat persemayaman Ratu Jin Dewi Anjani ini adalah tempat wisata dengan paket super lengkap.
Mulai dari indahnya Desa Sembalun di kaki gunung yang jadi pintu gerbang pendakian Rinjani hingga hamparan padang savana berbukit yang memberikan sensasi berada di dunia Teletubbies.
Belum lagi hutan tropis berkabut nan sejuk di jalur Senaru, panorama senja yang epic bak negeri di atas awan, terdapat kawah sisa letusan dahyat Gunung Samalas di abad ke 13 yang kini berevolusi menjadi danau vulkanis yang misterius, hingga anak gunung bernama Baru Jari yang muncul perlahan di tengah kawah.
Pemandangan Bima Sakti menawan saat langit cerah pada malam hari. Sensasi memancing ikan yang hidup di dalamnya danau vulkanis, deretan pemandian air panas yang mampu meluluhkan lelah, serta pemandangan seluruh Lombok yang terlihat di puncak Rinjani dengan sudut 360 derajat, bisa kita rasakan di sini.
Solusi GiF dalam memasuki area Taman Nasional Gunung Rinjani. Tetap bebas membawa kemasan plastik sekali pakai; botol mineral dan kemasan plastik sekali pakai (PSP) lainnya. Tidak ada larangan membawa dan memakai plastik jenis apapun. Karena sebuah system yang berkelanjutan akan mengawal area TNGR tetap bersih, subur dan indah.
Bagaimana Sampah Gunung Rinjani ?
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pengelola TNGR termasuk pada pemda dimana berada TNGR. Namun kelihatannya belum ada solusi yang berkelanjutan dalam mengelola sampah TNGR tersebut.
Persoalan sampah yang selama ini menjadi masalah di Rinjani juga diharapkan dapat tertangani. Sebab ini merupakan geopark dunia, dimana pengunjungnya sudah berekspektasi tentang destinasi yang berstandar dunia pula.
Green Indonesia Foundation (GIF) melalui Kementerian Bidang Kemaritiman bersama Kementerian Pariwisata memberi solusi penanganan sampah TNGR tanpa harus melarang membawa dan menggunakan kemasan plastik sekali pakai naik mendaki atau memasuki kawasan TNGR.
Barang-barang bawaan para pengguna (wisatawan dan pendaki) hanya perlu diperiksa, dikurangi potensi sampahnya lalu dihitung total harga barang bawaannya. Nilai barang itu menjadi uang jaminan sampah. Setiap wisatawan atau pendaki gunung, tidak seragam nilai jaminan sampah yang dititipkan pada pengelola kawasan melalui bank sampah TNGR yang menyusul akan/harus dibentuk oleh pengelola TNGR bersama masyarakat setempat.