Allah ta'ala berfirman "Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap (di dalam perut ikan) Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". (Al-Anbiya' : 87).
Ingat marah, ingat marahnya Nabi Yunus sehingga ujungnya ditelan ikan. Yakin rasa marah itu pasti akan hilang. Karena salah satu pamungkas "rasa marah" adalah menjemputnya atau "menahan" dengan doa Nabi Yunus "Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimin (QS. AlAnbiya': 87).
Bulan puasa atau bulan Ramadan merupakan medan latihan perang, perang melawan hawa nafsu. Bulan Ramadan juga merupakan bulan karantina kesabaran. Bulan yang melatih manusia dalam bentuk fisik atau jasmani maupun psikhis atau bentuk kesabaran jiwa atau rohani menahan godaan setan.
Hasil dari pada latihan-latihan tersebut akan menciptakan sebuah landasan kesabaran. Artinya akan menahan diri dengan tidak mengeluh atas kesusahan maupun kesedihan kepada orang lain, kecuali hanya kepada mengeluh kepada Allah Azza wa Jallah.
Sebagaimana ucapan Nabi Ya'qub a.s. :"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku...". (Q.S. Yusuf (12) : 86).
Orang yang sabar, pasti akan mendapat cobaan dan ujian yang lebih dahsyat lagi dari Allah Swt. Bukanlah sabar bila tidak di uji-coba oleh Allah Swt pada tingkat atau kelas yang tinggi derajatnya. Hanya jiwa yang sabar bisa meredam ke"marah"annya.
Maka semakin tinggi tingkat kesabaran seseorang, maka ujian dan cobaan yang memicu bisa timbulnya rasa marah akan semakin besar pula yang dihadapinya.
Menjaga kesabaran yaitu selalu disertai dengan rasa syukur. Syukur dalam arti berterimakasih atas rezeki dari Allah SWT dan berbagi atas rezeki itu pada sesama.
Seberat apapun ujian dan cobaan yang kita terima, sesakit apapun luka yang kita rasakan, pastikan untuk senantiasa sabar dan jangan pernah merasa geram dan marah apalagi dendam. Karena hanya sabarlah yang mempunyai kekuatan yang maha dahsyat.
Karena semua yang datang dan dialami itu adalah dari Allah Swt. Maka tidak ada gunanya untuk marah apalagi dendam. Marahnya orang beriman adalah diam yang disertai introspeksi.