Bulan puasa Ramadan adalah masa menahan diri, bukan cuma faktor makan-minum dan lainnya. Termasuk umat Islam dituntut untuk hidup efisien atau menahan diri untuk belanja berlebihan.
Meski dituntut menahan hawa nafsu sepanjang Ramadan, ternyata hal tersebut tidak berdampak pada perilaku belanja masyarakat Indonesia khususnya kalangan emak-emak. Malah sepanjang bulan Ramadan, menurut survey minat belanja semakin meningkat.
Satu sisi minat belanja meningkat, juga secara linear dengan kondisi keamanan ikut rawan. Karena pada masa-masa tersebut terjadi kondisi yang sama atas desakan kebutuhan antara si kaya dan si miskin. Jadi otomatis terjadi transisi stabilitas keamanan.
Maka satu-satunya jalan adalah kembali kepada sikap untuk menahan diri berbelanja. Menghadapi bulan Ramadan ini agar benar-benar menahan diri secara total, jangan pamer. Tentu ibadah puasa kita akan lebih berkualitas. Karena mampu menahan nafsu, termasuk dalam berbelanja.
Bagi masyarakat yang harus berbelanja ke toko-toko atau mall tetap waspada dengan memilih waktu-waktu yang aman. Jika berkunjung ke pusat perbelanjaan, banyak tenant seolah-olah berlomba untuk memberikan diskon besar-besaran. Tetaplah bijak untuk menyikapinya. Jagalah nafsu agar tetap terkendali. Bila terpaksa belanja yang nilainya besar, gunakan kartu debit atau kartu kredit. Hindari membawa uang tunai.
Bagi pengguna kartu kredit dan debit, momen seperti ini tentunya akan sangat menguntungkan karena biasanya bank justru akan memberikan promo dan diskon guna merangsang transaksi konsumen dengan kartu kredit.
Menggunakan kartu debit atau kartu kredit, lebih aman dibanding membawa uang tunai. Namun tetap kembali harus waspada, untuk mengontrol emosi atau nafsu dalam berbelanja. Ingat bahwa puasa adalah bulan menahan diri. Sedapatnya tetap efisien dan efektif dalam memenuhi kebutuhan.
Modus Kejahatan Perbankan
Sebagaimana kebutuhan meningkat dalam bulan Ramadan dengan berbagai kebutuhan. Tentu masyarakat akan menempuh segala cara yang dilakukan untuk memperoleh dana atau uang dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Bila kebutuhan memang tidak terelakkan. Tapi kemampuan keuangan tidak memungkinkan tercukupi. Jalan satu-satunya adalah cari dan dapatkan sumber pendanaan yang tidak berpotensi merugikan atau hindari menjadi korban kejahatan praktek perbankan yang ilegal atau hindari rentenir.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam rilisnya menyebut ada sedikitnya empat modus operandi yang paling banyak dilakukan oleh para pelaku kejahatan finansial atau model perbankan dalam menjalankan aksinya.
Paling favorit terkait penyimpangan di bidang perbankan, antara lain adalah kredit fiktif, pengambilalihan kas bank untuk kepentingan pribadi, penempatan dana yang tidak sesuai dan terakhir catatan pengeluaran yang tidak sesuai dengan operasional perbankan yang sebenarnya.
Pastinya tetap menahan diri dalam berbelanja dan gunakan dana seefisien dan seefektif mungkin untuk kepentingan selama Ramadan. Sementara untuk keperluan ekstra, seperti belanja ekstra bisa menggunakan tunjangan hari raya (THR).
Hal demikian inilah bisa terhindar dari kejahatan serta defisit pada saat Ramadan dan bisa menikmati perayaan lebaran Idul Fitri tanpa harus pusing melihat kartu kredit yang membengkak atau kartu debit terkuras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H