Ramah Tamah Bukan Ramah Lingkungan.
Dalam komentar Om Willy, disebut atau menyorot dua bagian kantong plastik. Yaitu Kantong atau kemasan dari BioPlastik Biodegradable yang terbuat dari sumber biomassa seperti minyak nabati, amilum jagung, singkong, klobot jagung, amilum ercis atau mikrobiota.Â
Serta Kantong atau kemasan lainnya yang disebut "ramah tamah" adalah Oxodegradable (oxidatively degradable), dimana suatu bahan plastik bisa terdegradasi akibat kontak dengan cahaya, panas dan udara. Teknologi ini pada prinsipnya adalah melakukan penambahan zat aditif atau dengan kata lain ada tambahan zat tertentu yang akan menyebabkan proses penguraian menjadi lebih cepat dibandingkan dengan plastik biasa.Â
Beberapa produk oxo yang beredar di Indonesia adalah : EPI, Clariant, Oxium, P-life, dan lain-lain. Perlu dipahami bahwa fungsi dari teknologi ini hanyalah sebatas memecahkan dan menghancurkan bentuk plastik, bukan menguraikan secara penuh dan tetap mengandung mikroplastik. Para ahli menyebutnya bahwa jenis oxo ini sangat berbahaya masuk ke laut karena bisa tenggelam dan tetap mengandung unsur mikroplastik.
Circular Economy Tanpa Lupa Economy.
Penulis sependapat dengan Pembina Adupi tersebut, bahwa kedua produk berjenis "Biodegradable dan Oxodegradable" itu bukanlah ramah lingkungan tapi lebih merupakan hanya ramah tamah saja.Â
Karena solusi berkedok ramah lingkungan ini tanpa memikirkan dari sudut pandang circular economi yang sesungguhnya, yaitu dari sudut ekonomi, sosial budaya, tenaga kerja, ketersediaan bahan baku dll. Jadi benar Om Willy bahwa solusi pemerintah saat ini hanya seputar "cyrcular atau lingkaran" tapi jauh melupakan nilai "economy" dan lainnya.
Kantong plastik jenis Biodegradable sendiri itu tidak ekonomis, karena berbahan baku yang masih bisa dikonsumsi langsung oleh masyarakat. Jadi jelas harganya mahal dan sangat susah di produksi massal karena ketersediasn bahan baku yang berbenturan dengan konsumsi (pangan) langsung manusia.Â
Setiap bahan baku memiliki nilai tertentu yang mesti ditentukan jenisnya, baik berdasarkan nilai ekonomis maupun ketersediaan dan kemampuannya dalam menghasilkan sebuah produk massal.
Keniscayaan Kantong Plastik Konvensional.
Sementara kantong plastik konvensional ini merupakan kebutuhan primer dalam setiap aktifitas, khususnya pada aktifitas perdagangan di pasar tradisional dan modern serta pasar lainnya. Maka untuk memenuhi secara massal kebutuhan primer atas aktivitas "jual-beli" ini dibutuhkan jenis plastik yang pada umumnya dipakai sekarang (plastik konvensional) yang berasal dari minyak bumi.