Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sampah sebagai Pendukung Utama Pertanian Organik Indonesia

18 April 2018   01:00 Diperbarui: 18 April 2018   09:46 2357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau Kementerian Pertanian sudah menyentuh atau menggelar Program 1.000 desa yang terdapat di 22 provinsi dengan 160 Hektar lahan disiapkan tahun 2017. Tapi senyatanya belum maksimal, terkesan hanya seremoni, dan sangat terlambat dari ukuran masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

Faktanya belum menyentul total perbaikan tanah pertanian secara substansif. Belum memanfaatkan sampah organik dan limbah pertanian sebagai bahan baku utama produksi pupuk organik. Masih bertaut pada pola lama dengan mengandalkan kotoran hewan (kohe) sebagai bahan baku utama. Ini keliru besar.

Kohe benar sangat dibutuhkan dalam produksi pupuk organik, tapi bukan menjadi bahan utama, hanya pelengkap (namun itu penting). Kekeliruan Kementerian Pertanian adalah produksi tidak akan banyak bila mendahulukan kohe, sementara dalam melaksanakan pengelolaan lahan pertanian organik membutuhkan pupuk organik yang sangat banyak pada tahap awal, lalu menurun dari tahun ke tahun sampai lahan pada posisi stabil.

Maka bila mengandalkan kohe pasti gagal mencapai jumlah area pertanian yang terjangkau. Juga dalam produksi pupuk organik, pedoman dalam SNI Pupuk Organik sangat jelas sampah lebih besar volumenya dibanding kohe. Seharusnya Kementerian Pertanian mengendorse prasarana dan sarana pengolahan pupuk organik berbasis sampah yang benar.

Bukan hanya sekedar memberi mesin cacah atau traktor saja. Semoga diperhatikan, demi mewujudkan program Nawa Cita atau Visi Misi Jokowi dan Jusuf Kalla pada halaman 37 tersebut. Ayo serius wujudkan pertanian organik Indonesia demi kesejahteraan petani dan rakyat seluruh Indonesia.

Info untuk Petani Indonesia:

Bila para petani ingin mengelola sampah menjadi pupuk organik dalam mendukung pertanian organik di seluruh Indonesia. Green Indonesia Foundation Jakarta, siap memberi solusi dengan gratis. 

Berita Terkait:

  1. Presiden Jokowi Belum Sentuh Program 1000 Desa Organik
  2. Kemtan menggelar program 1.000 Desa Organik
  3. Aneh Menteri Pertanian Tidak Dilibatkan Dalam Jaktranas Sampah
  4. Petani Tangguh Sebagai Solusi Kestabilan Kebutuhan Pokok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun