Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Di Balik Makna Salam Bersama Anies-Sandi

26 April 2017   13:23 Diperbarui: 14 Oktober 2017   05:49 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anies Rasyid Baswedan- Sandiaga Salahuddin Uno dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 menggunakan tagline atau slogan atau frasa dengan logo Anies-Sandiaga berupa gambar tangan berwarna merah dengan tulisan "Salam Bersama" di sisi kirinya.

Peluncurannya yang lalu dilakukan di sekretariat tim pemenangan Anies-Sandiaga di Jalan Cicurug, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2016). "Logonya tidak berwajah Anies dan Sandi. Ini tentang masa depan Jakarta," kata Anies saat sambutan peluncuran logo Anies-Sandi di Jakarta Pusat. Salam dengan tangan terbuka ini juga dicetuskan Bung Karno saat maklumat Presiden Soekarno pada 31 Agustus 1945.

Makna Internal Salam Bersama

Disamping makna umum mendorong sebuah gerakan bersama, menurut subyektifitas penulis, ada pesan dan makna yang sangat dalam atas kalimat taglin “Salam Bersama” buat mereka berdua (Anies dan Sandi), bahwa Anies-Sandi memilih frasa “Salam Bersama” lebih merupakan atau mengisyaratkan bahwa nantinya dalam mengelola atau menjalankan roda pemerintahan DKI Jakarta bila kelak memenangkan kompetisi Pilkada Jakarta Tahun 2017, Anies dan Sandi bersepakat akan selalu memutuskan sebuah kebijakan taktis secara bersama, sekali lagi KEBIJAKAN SECARA BERSAMA, menjauhkan ego atas posisi masing-masing. Intinya, jangan jadikan Sandi sebagai ban serep, sebagaimana lazimnya.

Kenapa ada kata “bersama” ? Ya, difahami bahwa Anies belakangan hadir (injury time) dalam lingkaran sang panutan utama Prabowo Subianto, Pendiri Partai Gerindra dimana Sandi melabuhkan dirinya dalam cita-cita menuju Jakarta Satu (pada saat itu). Partai Gerindra termasuk yang sejak dini atau sekitar akhir Juli sudah mengumumkan bakal cagub DKI, yaitu Sandiaga Uno. Keputusan itu disuarakan langsung oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Hampir tidak ada menyangka bahwa Sandi akan menjadi Jakarta Dua, semua sahabat Sandi mengharapkan Sandi pada posisi gubernur bukan wakil gubernur. Santer terdengar, sahabat Sandi banyak hengkang akibat posisi Sandi yang berpindah ini.

Sekiranya Prabowo dan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) sepakat berkoalisi (Gerindra dan Demokrat) dengan formasi Sandi-Agus Yudhoyono, kemungkinan besar Pilgub Jakarta 2017 terjadi Head to Head antara Ahok-Djarot versus Sandi-Agus. Tapi ceritanya lain, mungkin SBY tidak menerima formasi ini dan menginginkan Agus-Sandi, kembali jelas Prabowo tidak menerimanya. Maka masing-masing mencari jalan sendiri, Anies-Sandi dan Agus-Sylviana.

Maka dengan terpaksa dan sepertinya atas referensi Sandi juga (tentu dengan sepengetahuan PKS yang sebelumnya punya calon Mardani Ali Sera yang mengalah), Sandi lagi-lagi yang mengajak dan bersama Anies menghadap sekaligus menyakinkan Prabowo Subianto bahwa mereka siap berpasangan dan Sandi bersedia menjadi calon wakil gubernur dibawah Anies sebagai calon Gubernur DKI. Jakarta. Entah kenapa Sandi tidak berani dan tidak bernyali tinggi "bertahan" sebagai calon Jakarta Satu ? Apa karena faktor senioritas, pendidikan atau Anies sebagai mantan menteri ?, karena yang pasti bukan karena faktor materi, sehingga Sandi mengalah dan tidak berani diatas Anies. (malah Sandi lebih dahulu bergerak sosialisasi dan menjaring aspirasi masyarakat Jakarta), sementara Anies adem-adem saja menghadapi Pilkada Jakarta, mungkin Anies juga melirik diam-diam tapi tidak ada meliriknya ?!.

Sandi Dominasi Pembiayaan Pilkada Jakarta

Dalam beberapa pemberitaan, pada putaran pertama Sandi mengeluarkan sekitar Rp. 62,8 miliar dari koceknya, Anies cuma Rp. 400 juta saja. Sementara pada putaran kedua, Sandi malah menanggung semua pembiayaan sebesar Rp. 13,5 miliar. Total fulus yang dikeluarkan Sandi selama Pilgub Jakarta lebih kurang Rp.  76,3 miliar. Perbedaan cukup signifikan dimana posisi Sandi hanya sebagai wakil dari Anies. Disinilah kekuatan dahsyat Sandi atas Anies yang tidak bisa diabaikan begitu saja oleh Anies.

Maka kondisi pengeluaran yang sangat jauh ini, ini penulis prediksi melahirkan kesepakatan awal antara Anies dan Sandi tentang pembiayaan dengan sebuah kalimat “Salam Bersama” taglin ini merupakan signail atau tanda agar konsistesten atau tau diri, Anies harus menyadari diri bahwa apapun yang akan dilakukan bila kelak berhasil memenangkan Pilgub Jakarta 2017, selayaknya “Anies bersama Sandi” memutuskan segala sesuatunya, khususnya yang bersifat taktis. Itulah perikatan "batin" dua anak bangsa ini.

Dalam mengelola Kota Megapolitan Jakarta, mereka berdua telah sepakat, Anies akan berfokus pada berbagai topik yang berkaitan dengan birokrasi dan pembangunan manusia (SDM). Sementara Sandi pada masalah pengembangan ekonomi dan infrastruktur.

Akankah Lebih Cepat Pecah Kongsi

Terdengar sayup-sayup serta terlihat dengan kasat mata Anies dengan santainya bergandeng tangan dengan Erwin Aksa menemui Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Balai Kota (20/4/2017).  Erwin adalah anak kandung dari Aksa Mahmud, pendiri dan pemilik Bosowa Group yang bermarkas di Kota Makassar, adik ipar Wapres Jusuf Kalla. Inipun kedatangan Anies dan Erwin ke Balai Kota dengan mengendarai Helikopter dari Lebak Bulus Jakarta Selatan ke Balaikota Jakarta Pusat banyak menuai pro kontra, termasuk Partai Golkar sendiri meminta penjelasan Erwin Aksa alasan mendukung Anies-Sandi.

Sepertinya, penulis yakin bahwa Sandi kurang setuju atau memang tidak ketahui rencana Anies naik “helikopter” bersama Erwin ini ?! Tapi entahlah..... !!! Tapi Sandi suka naik Ojek lho bila kejar waktu. Sepertinya juga bukan inisiatif Anies naik heli ini, namun Anies tidak bisa menahan diri untuk menolak ajakan memakai moda helikopter ini ke Balaikota. Tapi kenapa yah, Anies begitu luluh naik heli, tidakkah memikirkan dampak glamor yang beresistensi negatif dari publik? Begitupun sebaliknya, ini menuai banyak sorotan di masyarakat. Entah siapa yang punya helikopter itu, ada yang mengatakan milik Bosowa Group ada juga mengatakan Lippo Group.

Bila kondisi ini berlanjut, kemungkinan besar Anies dan Sandi akan pecah kongsi alias perang urat saraf yang lebih cepat dari biasanya, bila Anies sebagai penentu utama kebijakan tidak tahan diri dari pengusaha-pengusaha besar yang ada disekelilingnya. Artinya Anies harus konsisten dengan eksistensinya serta mengingat kesan dan pesan pada taglin “Salam Bersama” tersebut dengan Sandi. Anies harus fahami bahwa Sandi itu adalah pengusaha besar juga. Ini bisa terjadi perseteruan antar kelompok pengusaha internal yang mendukung mereka sendiri, demi “perebutan kue” yang berlimpah ruah di Jakarta.

Apalagi keputusan KPUD belum dan pelantikan masih jauh (oktober 2017), namun Anies sudah menampakkan diri pada publik atas kedekatannya dengan beberapa pengusaha besar pasca putaran kedua. Ini bisa saja membuat Sandi meradang, kesal dan lain sebagainya. Walau sangat dikenal bahwa Sandi yang berkarakter sejuk dan santai, tapi juga sebagai pengusaha besar bisa saja kecewa atas komitmen sebelumnya yang dibangun bersama Anies, dengan melihat kondisi orang-orang yang lalu lalang di sekitar Anies, bagaikan pahlawan kesiangan ditengah pengorbanan besar seorang Sandi ?!

Demi konsistensi atas taglin “Salam Bersama” Anies-Sandi, khususnya pengusaha-pengusaha dibalik Anies minus kelompok Sandi, harus tahan diri dan menyadari eksistensinya. Ingat pembagian tugas Anda. Jelas dalam kesepakatan awal Anies-Sandi sudah bagi tugas. Kenapa Sandi fokus Ekonomi dan Infrastruktur, karena sebagai pengusaha tentu sangat faham kondisi ini dan terlebih pengorbanan materi Sandi jauh lebih besar dari Anies. Ingat taglin dan logo yang Anda buat sendiri, jangan pecahkan komitmen itu demi rakyat Jakarta, demi Indonesia. Jangan hanya pikirkan diri dan kelompok Anda. 

Selamat Datang Pemimpin Baru Jakarta.

Jakarta, 26 April 2017.

H.Asrul Hoesein

#Noted 23 Janji Kerja Anies-Sandiunduh Program DP Nol Rupiah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun