[caption id="attachment_361626" align="aligncenter" width="338" caption="Logo KAA Ke-60 Tahun 2015"][/caption]
Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika. Peringatan KAA ke-60 akan dilangsungkan di Jakarta dan Bandung pada tanggal 18-24 April 2015. Sedikit kita merefleksi (napak tilas) KAA yang pertama kali diselenggarakan di Gedung Merdeka 18-24 April 1955. Lima negara pencetus KAA antara lain; Indonesia, India, Myammar (dahulu Burma), Sri Langka (dahulu Ceylon) dan Pakistan, serta dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario saat itu.
KAA diadakan usai Perang Dunia II, ketika kondisi keamanan dunia belum stabil dan terjadinya Perang Dingin antara Amerika Serikat (pemimpin Blok Barat) dan Rusia (pemimpin Blok Timur). Kedua kekuatan besar yang saling berlawanan dan mencari dukungan dari negara-negara di Asia Afrika tersebut juga saat itu terus mengembangkan senjata pemusnah massal sehingga situasi dunia selalu diliputi kecemasan terjadinya perang nuklir. Dari sinilah negara-negara yang baru merdeka menggalang persatuan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia.
Pemerintah Indonesia, melalui saluran diplomatik melakukan pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika demi meredakan ketegangan dunia. Ternyata umumnya mereka menyambut baik dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah konferensi. Termasuk pula dukungan dan desakan dari Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India yang berharap segera melaksanakan konferensi setelah melakukan pertemuan langsung dengan Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo.
Demi menggagas konferensi, pada 28 - 29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Indonesia, India, Pakistan, Birma, Ceylon) mengadakan pertemuan di Bogor pada 28-31 Desember 1954 untuk membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika. Pertemuan di Bogor berhasil merumuskan kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada Konferensi Asia Afrika, termasuk persiapan penyelenggaraan KAA.
Lima perdana menteri yang hadir dalam pertemuan di Bogor adalah: Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo dari Indonesia, Perdana Menteri Jawaharal Nehru dari India, Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah dari Pakistan, Perdana Menteri Sir John Kotelawa dari Srilanka, dan Perdana Menteri U Nu dari Myanmar. Kelima tokoh itulah yang kemudian dikenal sebagai Pelopor Konferensi Asia Afrika dengan hasil kesepakatan yang kemudian dikenal sebagai Konferensi Panca Negara dan Indonesia dipilih menjadi tuan rumah konferensi tersebut dimana Presiden Soekarno sebagai pemimpinpertemuan menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya konferensi.
KAA Ke-1 ini dibuka oleh Presiden Soekarno. Para pemimpian negara yang hadir adalah: Jawaharlal Nehru dari India, Sir John Kottalawala of Srilanka, Muhammad Ali dari Pakistan, Norodom Sihanouk dari Kamboja, U Nu dari Myanmar, Abdel Nasser dari Mesir, Zhou En lai dari China, dan lainnya.
Pertemuan tersebut, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Pada KAA Ke-1 (pertama tersebut dihadiri 29 Negara yang baru merdeka) antara lain:
Asia : Afganistan, Kamboja, Vietnam, Iran, Iraq, Jepang Yordania, Laos, Libanon, Nepal, Tiongkok, Filipina, Arab Saudi, Vietnam Selatan, Suriah, Thailand, Turki dan Yaman. Dan 6 Negara Afrika antara lain: Mesir, Ethiopia, Ghana, Liberia, Libya dan Sudan. Meskipun saat itu Sudan belum merdeka dibawah pemerintahan Mesir, Indonesia (Bung Karno) menunjukkan dukungan kemerdekaan Sudan dengan menyediakan meja yang terpisah dari Mesir.
KAA tersebut merupakan ajang pertama mempertemukan Asia dan Afrika, ini pula merupakan cikal-bakal berdirinya Gerakan Non Blok tahun 1961 di Yugoslavia. KAA Ke-1 di Bandung berhasil meraih kesuksesan baik dalam merumuskan masalah umum, menyiapkan pedoman operasional kerjasama antarnegara Asia-Afrika, serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia. Hasil dari pertemuan tersebut kemudian dikenal sebagai "10 Dasasila Bandung" dimana di dalamnya memuat cerminan penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia. Berikut adalah isi Dasasila Bandung.
1.Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB.
2.Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.
3.Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4.Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
5.Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif.
6.Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7.Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.
8.Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
9.Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
10.Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
KAA Untuk Perdamaian Dunia
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Tujuan KAA adalah :
-Menciptakan kerjasama ekonomi, sosial dan budaya negara-negara Asia-Afrika.
-Mengakui kedaulatan negara-negara Asia-Afrika.
-Menolak kolonialisme, imperialisme dan rasisme barat.
Pada KAA Ke-1 tersebut (ahir pidato Ir.Soekarno) mengatakan : Asia dan Afrika hanya bisa makmur jika kita bersatu dan keamanan dunia takkan bisa terjaga tanpa bersatunya Asia dan Afrika. Pada KAA Ke-50 di Bandung dan Jakarta, dihadiri oleh Sekjen PBB, Koffi Annan; Menghasilkan kerjasama strategi Asia-Afrika yang baru (NAASP), tujuannya membawa Asia-Afrika menuju masa depan yang lebih baik.
Konferensi Asia Afrika juga mengilhami beberapa konferensi dunia terlahir seperti:
-Konferensi Wartawan Asia-Afrika
-Konferensi Islam Asia-Afrika
-Konferensi Pengarang Asia-Afrika
-Konferensi Mahasiswa Asia-Afrika
KAA Ke-60 Tahun 2015
Momen bersejarah KAA ke-60 pada 2015 ini. Peringatan konferensi yang sangat berpengaruh terhadap perdamaian dunia, pemerintah Indonesia sebagai tuan rumah akan mengundang 109 wakil negara dan 25 organisasi internasional untuk berpatisipasi dalam acara tersebut. Tema yang akan diusung adalah "Penguatan Kerjasama Negara Selatan-Selatan". Peningkatan kerja sama negara-negara di kawasan Selatan, kesejahteraan, serta perdamaian.
Rangkaian kegiatan yang direncanakan meliputi pertemuan internal antarwakil negara pada 19-23 April 2015 di Jakarta. Rencananya dimulai pertemuan tingkat pejabat tinggi, diteruskan dengan pertemuan tingkat menteri, dan diakhiri dengan pertemuan tingkat kepala negara dan pemerintahannya.
Sementara itu, acara puncak peringatan akan berlokasi di Bandung, tepatnya di Gedung Merdeka yang sekarang disebut sebagai Gedung Asia Afrika. Gedung tersebut adalah lokasi dimana Konferensi Asia Afrika dulu dilaksanakan pada 1955.Selain itu, ada beberapa acara besar lainnya yang akan digelar di Bandung seperti Asia Afrika CarnivaldanAsia Afrika Forum Bisnis.
Akan ada parade lebih dari 100 negara peserta yang tampil dengan kostum nasional disertai musik masing-masing negara, mereka akan menampilkan budaya sendiri. Peringatakan Konferensi Asia Afrika tahun ini diwarnai banyak musik dan warna, pasti akan sangat berkesan.
Semoga tidak sekedar seremoni belaka....... Mari mengambil hikmah dari KAA sebagaimana yang telah diperjuangkan oleh Bung Karno, dengan satu kalimat “Kerja sama bila hendak kuat”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H