Allah s.w.t. berfirman kepada dunia dan memanggil dengan menempatkannya sebagai orang yang berakal: “ Wahai dunia! Berkhidmatlah kepada orang yang telah berkhidmat kepada-Ku, dan perbudaklah orang yang mengabdi kepada-Mu” (Hadits Qudsi)
Allah s.w.t. memerintahkan dunia untuk berkhidmat atau melayani dan meladeni orang yang suka meluangkan atau menghabiskan waktunya untuk beribadah dengan sungguh-sungguh kepada Allah s.w.t. dengan memperbanyak amal kebajikan karena Allah semata dalam mencari dan menggunakan dunia, menjauhi larangan-Nya, menggiatkan diri untuk ta’at kepada-Nya, baik yang berhubungan dengan khalik maupun amalan yang bertalian dengan kepentingan masyarakatnya. J
ika orang tersebut betul-betul berkhidmat kepada Allah s.w.t. maka dunia ini atau alam ini pasti akan berkhidmat kepada-Nya. Kalau ia seorang petani, sawah ladang maka hasil buminya akan subur dan melimpah dan mudah rezekinya, begitu pula pengusaha, pedagang, pegawai negeri/swasta. Kalau ia seorang pedagang/pengusaha, akan mudah mendapatkan keutungan dalam berdagang,/berusaha dan usahanya akan maju, ia mudah mendapatkan rezeki yang halal.
Demikianlah orang yang berkhidmat kepada Allah senantiasa akan menikmati sehat badan, kesenangan hidup dan kesejahteraan rumah tangga, menikmati bermasyarakat dengan baik dan lain-lain. Meskipun ia hidup sederhana, akan tetapi hidup dan kehidupannya itu benar-benar mendapat dukungan dan pelayanan dari seluruh kehidupan dunia sekitarnya. Allah s.w.t. telah menundukkan dan menyerahkan dunia ini dengan segala yang ada padanya, bahkan seluruh langit dengan isinya kepada manusia, untuk diusahakan diolahnya, guna memenuhi keperluan hidupnya.
Dengan berpedoman pada tuntunan agama Allah, sebagaimana firman-Nya: “ Tidakkah kalian perhatian bahwa Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) kalian apa yang ada di langit dan di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan bathin…” (QS.31 Luqman 20).
Namun yang sangat diutamakan, ialah keseimbangan kehidupan kelak di akhirat dengan kehidupan kini di dunia sebagaimana Firman Allah s.w.t. : “ Dan usahakanlah apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (untuk kebahagiaan) akhirat dan janganlah kamu lupakan bahagian dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah berusaha berbuat kerusakan di (muka) bumi. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS al Qashash 77)
Keseimbangan hidup ini sangat tergantung pada niat hati, apakah akan menggunakan dunia ini sebagai jembatan bagi kehidupan di alam akhirat ataukah hanya justru bermaksud menghambakan pada dunia. (materi). Niat merupakan suara hati, tiap-tiap amal perbuatan haruslah berlandaskan niat, karena amalan yang dilakukan tergantung pada niatnya, karena itu untuk berkhidmat kepada Allah, agar dunia ini tetap berkhidmat kepada kita niatkanlah seluruh dunia yang kita kerjakan, untuk urusan akhirat. Seorang suami membanting tulang mencari nafkah bagi istri dan seluruh keluarganya, dengan niat agar keluarganya tidak bimbang mengerjakan ibadah dan anak-anaknya tekun menuntut ilmu, maka usahanya itu akan diperhitungkan sebagai amal kebajikan yang akan mendapat pahala.
Sebagaimana ditegaskan dalam beberapa hadits Rasulullah s.a.w. “ Barangsiapa yang menjadikan dunia ini (pusat) cita-citanya, niscaya Allah akan mencerai-beraikan cita-citanya dan menjadikan kefakiran menghantuinya serta tidak akan datang kepadanya keduniaan melainkan sekedar apa yang telah ditetapkan. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat itu niatnya, niscaya Allah menghimpunkan segala urusan serta menciptakan kepuasan dalam hatinya sementara dunia datang tunduk kepadanya”(al Hadits)
Kemudian Rasulullah s.a.w bersabda: “Barangsiapa bertekad hanya menghubungkan diri kepada Allah s.w.t. semata, niscaya Allah menjamin segala keperluannya, dan memberi rezeki dari yang tidak pernah diduganya. Dan barangsiapa yang bertekad menghubungkan diri kepada dunia semata, niscaya Allah menyerahkannya kepada dunia itu” (al Hadits)
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda: “Ada yang berseru kepada malaikat : Biarkanlah dunia itu untuk penggemarnya, biarkan dunia itu untuk penggemarnya, biarkanlah dunia itu untuk penggemarnya! Barang siapa yang mengambil dunia melebihi keperluannya niscaya ia menemui ajalnya dalam keadaan tidak sadar”