Mohon tunggu...
Hasni Yana Fajria
Hasni Yana Fajria Mohon Tunggu... -

a woman with incredible spirit to reach an incredible dream

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

"Ambil Kanan, Kiri, atau Lurus?"

20 September 2013   02:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:39 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi kami (saya Yana dan teman karib saya yang bernama Ayu), mendapatkan tiket promo untuk berlibur adalah suatu kepuasan. tentunya untuk berlibur dengan biaya yang minim. kami memesan tiket dari Surabaya menuju Denpasar 2 bulan sebelum rencana berlibur kami. Singkat cerita, pada 10 Maret 2013, pukul 07.30 Wita, mendaratlah kami di bandara internasional Ngurah Rai, Denpasar. Kami putuskan untuk menggunakan jasa shuttle menuju ke hotel Bali Surgawi di jalan Legian. Setelah check in dan membersihkan diri, kami mulai liburan singkat 2 hari kami di Pulau Dewata ini.

Karena ini adalah liburan dengan biaya murah, kami menyewa sebuah kendaraan roda dua yang tersedia di hotel tempat kami menginap dengan tarif 50.000/24 jam. Dengan berbekal peta dan rasa percaya diri yang besar, saya melajukan kendaraan mengikuti petunjuk yang ada di setiap persimpangan jalan. Salah satu ketertarikan saya berkendara di Bali. Karena semua orang merasa tahu jalan jika berada di sini, hehehe..

Ayu yang berada di belakang saya harus rajjin melihat peta, untuk memastikan bahwa jalan yg kami ambil benar. Tujuan pertama kami pagi ini adalah ke Kintamani. Sepanjang jalan adalah pemandangan yang menarik bagi kami, sesekali kami berhenti untuk melihat Ogoh-Ogoh yang dipajang di balai adat. Kadang-kadang hingga membuat macet jalanan saja, tapi itu adalah satu kesempatan kami untuk menikmati budaya Bali.

Ujian pertama yang kami temui adalah persimpangan jalan, dengan satu bundaran di tengah-tengahnya dan tanpa petunjuk. Baiklah, ini hanya persoalan persimpangan jalan, kami bertanya dengan seorang bapak yang kebetulan ada di dekat kami berhenti saat itu. Sayangnya, si bapak memberi arahan yang terlalu membingungkan. Terlalu banyak belok kanan dan belok kiri. Beruntung ada sebuah bus antar kota dalam propinsi yang melewati kami. Tanpa pikir panjang, kami ikuti saja bus tersebut. Tetapi kami kehilangan jejak karena kami terhenti oleh kemacetan arakan Ogoh-Ogoh di desa setempat. saya melajukan lagi kendaraan mengikuti kata hati saja hahaha...

Setelah berjalan lumayan jauh, kami memutuskan untuk bertanya saja kepada seorang bapak tua yang sedang mengumpulkan rumput di tepi jalan. Beliau menyarankan kami untuk melewati jalan alternatif menuju Kintamani. Kami menurut saja, karena sejauh pandangan mata kami, jalan ini lumayan ramai. Jalannya bagus, jadi saya masih sempat mengambil gambar melalui ponsel dengan tangan kiri saya. Kanan kiri sawah hijau yang menghampar luas. Sesekali kami temui kebun kelapa, semakin tinggi jalanan, semakin  sering kami menemui perkebunan jeruk di sisi kanan dan kiri. beberapa kilometer sejak kami berjalan dari tempat bapak tadi, kami mulai bertemu dengan rombongan-rombongan wisatawan mancanegara yang mengendarai sepeda-sepeda downhill. Dengan diikuti sebuah mobil bak terbuka di belakang mereka. kami menerka, mereka mengikuti tour pedesaan dengan sepeda. Benar saja, semakin ke atas, kami sering melihat basecamp tempat wisman-wisman tersebut beristirahat. Kebetulan sekali waktu liburan kami di Bali bertepatan dengan masa kampanye Pilkada Bali dan mendekati Hari Raya Nyepi. Setidaknya, ada bonus pemandangan yang tidak biasa bagi kami, yang tinggal di Jawa, yaitu, persiapan upacara adat yang akan dimulai pukul 14.30 Wita. Sejak pagi, sudah banyak terlihat warga memakai baju adat untuk persiapan upacara pada siang harinya. Pemandangan lainnya adalah banyaknya baliho bergambar calon Gubernur yang diletakkan di sepanjang jalan, sedangkan yang ukuran terbesar berada di dekat pura desa, tempat berkumpulnya warga. Tim suksesnya cerdas sekali bukan, gumam kami.

Tak terasa, sudah hampir 2 jam kami berkendara, sampai akhirnya bertemu dengan pertigaan lagi. logika harus selalu jalan, jika tidak, maka kita akan rugi waktu dan tenaga yang terbuang untuk kembali lagi ke jalan yang benar hahahaha.... Tidak lupa juga, bertanya kepada siapaun yang kami temui pertama di sekitar pertigaan, untuk memastikan jalan kami benar. 15 menit setelah mmencapai jalan utama yang besar, kami sampai di obyek wisata Kintamani.

Setelah puas menikmati keindahan danau Batur dan berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan berikutnya. Bedugul. Sebelumnya kami sudah melihat dan memperkirakan jarak dari Kintamani menuju Bedugul. kami harus kembali ke Gianyar, karena itulah jalan trayek umumnya. Sepertinya musthail untuk dapat menikmati matahari terbenam di Pantai Kuta sore harinya. Bagaimana kalau kita cari tahu saja jalan alternatif lagi? hehehe...

Bapak tukang parkir tempat kami bertanya apakah jalan ke utara ini bisa sampai ke Bedugul pun ragu akan jawabannya sendiri. Dia bilang bisa saja, tapi mesti lewat pedesaan, bukan jalan umum.. huft...

Nekat sajalah, yang penting masih ada orang yang bisa ditanya dan tentunya sinyal ponsel tersedia, untuk berjaga-jaga dalam keadaan darurat. Yang selalu kami ingat adalah pesan Bli pemilik kendaraan yang kami sewa "jika ada apa-apa, hubungi saya. Selama masih ada di Pulau Bali, jangan khawatir!"

Jalan yang kami lalui begitu menakjubkan. Kami ada di atas dataran tinggi, diantara 2 jurang dan lembah. Banyak-banyak istighfar yaa.. hehehe..

Sesekali kami temui kendaraan dari arah yang berlawanan, tapi tidak banyak. Paling-paling Bli yang mengangkut hasil bumi, mungkin untuk dibawa pulang. jalanannya semakin ekstrim saja, turunan yang curam yang dipadu dengan tikungan tajam membuat kami agak deg-degan juga. Kami ini perempuan, berdua, tidak tahu jalan, di pelosok Bali, di jalanan yang bukan trayek umum. Banyak sekali ketakutan dan pikiran jelek yang melintas di kepala. Sampai akhirnya kami tiba di perkampungan. Sedikit lega ketika melihat orang-orang berjalan kaki membawa sesaji di kepala. Ternyata sudah hampir pukul 14.30, persiapan upacara adat menjelang Nyepi. Daaan... Jalan utama ditutup dan dialihkan! Perasaan lega lenyap seketika. Kami terpaksa masuk ke kampung-kampung, dan kebun yang jalanannya rusak. Tidak ada pecalang yang berjaga atau petunjuk jalan yang disediakan. Lagi-lagi kami mengikuti kata hati, setiap persimpangan jalan kami bimbang antara ambil kanan, kiri atau lurus?? Sampai ketemu jalan utama lagi, senangnyaa... Dari kejauhan kami melihat hamparan kuning. Semakin dekat, kami lihat ternyata kebun Bunga Gumitir, bunga berwarna kuning biasa dipakai masyarakat Hindu Bali untuk persembahan atau sembahyang. luas sekali.. Kami pikir mungkin daerah ini pemasok utama bunga Gumitir ke seluruh Bali. Hanya bunga Gumitir yang kami liat sepanjang  jalan. Indahnyaaa....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun