Mohon tunggu...
Inovasi

Tafsir Ganda dalam Kajian Desain Poster Film ‘A Thousand Words’

31 Mei 2016   20:41 Diperbarui: 31 Mei 2016   21:06 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film 'A Thousand Words' sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/A_Thousand_Words_(Film)#/media/File%3AA_Thousand_Words_Poster.jpg (diakses pada tanggal 28 Mei 2016, pukul 20.15 WIB)

Sebuah film yang digadangkan oleh aktor kenamaan asal Amerika, Eddie Murphy, bertajuk “A Thousand Words” menceritakan sebuah perjalanan seorang agen penerbit bernama Jack McCall yang talkative, egois dan suka melebih-lebihkan sesuatu. Disatu sisi ia adalah seorang agen yang hebat dengan karir yang menjanjikan, namun disisi lain hubungan keluarga bukanlah suatu hal yang dapat ia tangani dengan baik. Singkat cerita sikap timbul benih-beih permasalahan baik dikehidupan sosial maupun kehidupan keluarganya. Hingga suatu hari sebuah pohon ajaib tumbuh dihalaman belakang rumahnya, anehnya setiap Jack mengucapkan satu patah kata, satu lembar daun gugur dari pohonnya. Jika 1000 lembar daun gugur dan habis, maka Jack akan meninggal. Hal ini memaksa Jack untuk merubah keadaan dan belajar lebih banyak untuk menjadi lebih baik. Jalan cerita film ini seperti memiliki pesan atau makna ganda, selain menyampaikan pentingnya untuk ‘tidak terlalu banyak bicara’, film ini juga mengajak untuk lebih peduli lingkungan dengan menjaga atau merawat pohon.

Ajaibnya poster dari film bergenre drama-comedy ini pun memiliki multi interprestasi yang mendukung penyampaian pesan dalam cerita tersebut.  Dalam poster film “A Thousand Words”, digambarkan Jack McCall berdiri separuh badan menutupi kisaran 2/3 dari luasan poster, dengan posisi medium shoot. Dominasi gambar Jack McCall pada 2/3 luasan poster tersebut membelakangi backgroundposter yang terdiri dari 7 buah panel berupa potongan-potongan scene dari berbagai macam latar belakang cerita. Dibagian bawah diletakkan judul film, sangat simple, berdampingan dengan nama “Eddie Murphy” sebagai pemeran tokoh utama. Diatas judul, sebuah tagline bertuliskan “He only has 1000 words left to discover what matters most” seperti memberi sinopsis singkat mengenai garis besar cerita.

Jika dikupas satu per satu, desain poster film ini tidak sekedar desain yang berupa nilai estetika visual belaka, banyak aspek dan makna yang dapat digali lebih dalam lagi. Jika dikaji lagi,positioning figure seorang Jack McCall medium shoot dan mendominasi hampir 2/3 dari luas poster, di ikuti dengan background yang seperti melatar belakangi alasan mengapa jack berpose menutup mulut dengan kedua tangan dan memasang ekspresi mata terbelalak seperti orang yang panik. Melalui pendekatan body language, ekspresi mata terbelalak dengan kedua alis terangkat di ikuti perilaku menutup mulut dengan kedua tangan dapat diterjemahkan sebagai sikap panik atau kecemasan yang timbul karena salah bicara atau keceplosan. Hal ini sesuai dengan inti cerita, dimana Jack seakan dilarang untuk tidak bicara namun dalam usahanya Jack masih sering latah atau kelepasan. Uniknya kedua tangan Jack ketika menutup mulut itu sama-sama mengacungkan ibu jari, seolah ingin memberi tahu bahwa “diam itu emas”.

Sulit memang ketika Jack dipaksa untuk tidak bicara, sedangkan rutinitasnya menuntut ia untuk berkomunikasi dan bersosial dengan orang banyak. Jack McCall, seorang ‘Agen Jasa Penerbit’ yang memiliki karir bagus dan rutinitas yang luar biasa sibuk, tercermin dari bagaimana Jack mengenakan style fashion-nya, tampak pada poster Jack yang berpotongan rambut cepak rapih mengenakan tuxedo warna hitam, dengan dasi simpul bermotif garis-garis diagonal berwarna hitam dan kelabu. 

Jika diperhatikan tampak pada kedua sisi tuxedo, seperti ada elemen balancingdimana masing-masing lengan memiliki 4 buah kancing yang apabila di-flip atau di-mirror, maka posisi kancing tersebut terletak pada grid yang sama antara bagian kiri dan kanan. Begitu juga dengan kedua saku pada kiri dan kanan perut tuxedo. Pose yang demikian bukanlah kebetulan belaka, entah disengaja atau tidak hal ini sejalan dengan set yang dipilih pada backgroung poster.

Set pada background poster berupa 7 panel berisikan 7 potongan scene cerita dari latar belakang yang dijalani Jack sehari-hari, mulai dari kehidupannya dengan istrinya, anak dan ibunya, dengan rekan kerja dan kehidupan sosial diluar lingkungan kerja sampai pada sisi spiritual yang dimiliki jack ketika ia mengunjungi seorang guru spiritual. Panel tersebut terbagi dua bagian, sebelah kiri terdiri dari 4 scene merupakan scene cerita mengenai kehidupan kerja dan sosialnya, pada dan sebelah kanan terdiri dari 3 scene yang merefleksikan kehidupan keluarganya. 

Relasi antara background dengan teori balancingyang telah dibahas sebelumnya ialah terdapat pesan terselebung yang menjelaskan bahwa manusia harus seimbang dalam menjalani kedua sisi kehidupan tersebut, yaitu antara kehidupan sosial dengan hubungan keluarga. Jika diperhatikan lagi, kehidupan keluarga Jack diletakkan pada panel-panel sebelah kanan, dapat diartikan bahwa keluarga adalah prioritas utama yang harus diutamakan terlebih dahulu. 

Hal ini seperti ungkapan, “dahulukan yang kanan”. Namun kembali lagi pada teori balancing, bahwa tidak ada yang boleh timpang sebelah dari kedua sisi kehidupan tersebut, baik kehidupan sosial maupun kehidupan didalam keluarga.

Secara garis besar, kesuluruhan makna dari cerita tersebut sudah sangat tersampaikan melalui penjabaran interprestasi  deskripsi diatas. Hal tersebut dilengkapi lagi dengan pemakaian judul film pada poster tersebut. Pada poster tersebut judul film diletakkan di tengah sebelah bawah, berdampingan dengan nama pemeran dari tokoh utamanya, Eddie Murphy. 

Eddie Murphy sendiri selain berperan sebagai tokoh utama juga merupakan brand dari film tersebut. Sebagai aktor komedi ternama, namanya cukup dapat mengangkat film tersebut. Inilah mengapa namanya diletakkan berdampingan dengan judul film “A Thousand Words”. Font judulnya memakai jenis san serif, san serif adalah jenis font yang tegak tanpa ekor, tipe font yang sekalipun memiliki bentuk meliuk namun tetap mengesankan ketegasan didalamnya.

Warna dari font putih dan dilengkapi dengan stroke warna hijau muda seakan-akan menegaskan pentingnya peduli lingkungan sesuai dengan cerita di film tersebut yang notabenenya mengandung pesan terselubung yang mengkampanyekan Go Green. Inilah alasan mengapa outline font-nya berwarna hijau. Sedangkan font yang berwarna putih menggambarkan makna suci dan kebaikan yang diharapkan yang dapat dicapai si tokoh utama setelah bertemu dengan pohon ajaib tersebut.

Diatas judul terdapat tagline yangseolah memberi spoiler mengenai garis besar dari cerita tersebut. Tagline tersebut berbunyi “He only has 1000 words left to discover what matters most” yang artinya “dia hanya memiliki 1000 kata yang tersisa untuk mencari apa yang paling menjadi masalah”. Satu kalimat ini adalah gambaran secara garis besar keseluruhan cerita yang mana intinya si tokoh utama harus mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya dan belajar darinya hanya dalam 1.000 kata saja. Jenis font yang dipakai adalah San Serif, tegas, tegak, dan tak berekor. Warna fontnya diberi warna putih. Tujuannya dipilih jenis font tersebut agar jelas untuk dapat dibaca secara tegas. Diberi warna putih karena menyelaraskan dengan backgroundnya yang hitam.

Kesimpulan

Inti dari desain poster “A Thousand Words” bukanlah hal yang dapat diterjemahkan dengan interprestasi tunggal saja. Melalui deskripsi-deskripsi detai dari desain poster film diatas, terdapat banyak sekali hint yang tersembunyi dibalik beberapa elemen desain dan simbol-simbol perilaku. Dalam penggalian makna pada desain poster tersebut dapat kita temukan dua inti pesan, yaitu mengenai pentingnya “bicara yang baik-baik saja atau lebih baik diam”, kemudian himbauan untuk menjaga bahkan walaupun hanya satu buah pohon, dengan kesungguhan seolah nyawa yang dimiliki pohon adalah nyawa kita juga. Hal ini sesuai dengan jalan cerita yang apabila pohon tersebut menggugurkan keseribu daun yang dimilikinya, maka Jack McCall pun akan menghembuskan nafas terakhirnya. Hal ini merupakan analogi bahwa tanpa disadari jika kita menjaga lingkungan (baca: pohon) maka hubungan kita dengan manusiapun akan lebih lancar dan terkendali, sebab keduanya memiliki kolerasi yang kasat dan tidak langsung namun pengaruhnya dalam hidup sangat besar.

Daftar Pustka

  • James, Judy 2010, The Body Language, Ufuk Press.
  • Sanyoto, Sadjiman ebdi 2005, Nirmana : Elemen-elemen Seni & Desain, Jalasutra, Yogyakarta.

Webtografi

Sumber (diakses pada tanggal 28 Mei 2016, pukul 20.15 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun