Sejalan dengan itu, konfusius  memandang manusia bukan sebagai individu yang berdiri sendiri secara moral, melainkan sebagai makhluk sosial yang identitasnya dibentuk oleh interaksi dari dan dalam komunitas manusia yang lebih luas. Para konfusianisme menggambarkan rèn sebagai "mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri ". Ini sekaligus menegaskan keutamaan menjaga keharmonisan hubungan dengan orang lain. Oleh sebab itu, rèn juga ditafsirkan sebagai "kebaikan", "kebajikan", dan "cinta".
Memaafkan bukanlah tentang mengalah demi orang lain, melainkan menerima bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan membuat kesalahan. Dengan sifat pemaaf, kita menjadi lebih berluas hati dalam menyikapi perkataan atau perbuatan yang kurang mengenakkan di hati, di mana hal ini dapat berdampak positif pada keharmonisan hubungan dengan sesama. Hubungan yang harmonis dengan orang lain juga dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis individu, seperti perasaan bahagia, kepuasan hidup, dan optimisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H