Kuliah Kerja Nyata atau yang biasa disingkat KKN adalah suatu program yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa semester 6 ke atas di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Â Seluruh mahasiswa yang mengontrak KKN, nantinya akan dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.Â
Di tahun 2022 ini, ada lebih dari 7,000 mahasiswa yang terbagi lagi dalam 100 lebih kelompok dengan rata-rata 28 mahasiswa di setiap kelompok. Setiap kelompok memiliki satu orang Dosen Pembimbing Lapangan atau biasa disebut DPL.
Untuk program kerja atau yang biasa disebut proker, setiap mahasiswa harus memiliki proker yang berbeda-beda. Bisa dalam bidang pendidikan atau non-pendidikan. Proker ini tentunya harus selaras dengan tujuan KKN yaitu membantu masyarakat dalam memajukan masyarakat, desa ataupun pendidikan.
Penulis yang berkuliah di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) UPI, Hasna Nurfitri, masuk dalam kelompok 54 bersama ke-28 mahasiswa lainnya dengan jurusan yang beragam. Untuk DPL yang bertanggung jawab atas kelompok 54 ini, Dr. H. Warlim Isya M.Pd., adalah seorang dosen dari Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS).
Bersama dengan anggota kelompok yang lain, penulis bergerak di bidang pendidikan dengan target memajukan pendidikan yang berfokus dalam berbicara/speaking dalam Bahasa Inggris dalam tingkat Raudatul Atfal (RA) atau yang lebih dikenal dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).Â
Lokasi yang dipilih adalah Desa Cilengkrang yang berlokasi di Kabupaten Bandung. Akses jalan ke Desa ini bisa dijangkau dengan menggunakan motor ataupun mobil, tidak jauh dari Alun-Alun Ujungberung.
Penulis berkoordinasi dengan pejabat Desa Cilengkrang dan ditempatkan di wilayah RW 05 Desa Cilengkrang. Penulis ditempatkan di RA Fathul Khoer karena bergerak di bidang pendidikan. Sebelum mengajar di RA tersebut, tentunya penulis bekerja sama dengan kepala sekolah RA tersebut, Ibu Mira.Â
Tujuan bekerja sama dengan Ibu Mira adalah untuk memahami bagaimana kebutuhan juga kemampuan anak-anak di RA tersebut. Ternyata anak-anak di RA Fathul Khoer membutuhkan lebih banyak pelajaran motorik daripada yang lainnya sehingga ini menjadi tantangan bagi penulis.
Tantangan ini tentunya memunculkan ide baru untuk penulis. Awalnya, penulis hanya akan mengajarkan bagaimana cara menyebut warna-warna dasar dalam Bahasa Inggris menggunakan poster di atas.Â
Namun, karena anak-anak di RA Fathul Khoer juga membutuhkan pelajaran motorik, maka penulis menyiasati pembelajaran macam-macam warna dalam Bahasa Inggris ini dengan menggunakan kertas lipat berwarna sambil membuat suatu origami yaitu pembatas buku. Dalam pembelajaran ini, anak-anak sangat antusias.Â
Bahkan beberapa dari mereka sangat serius dalam memperhatikan bagaimana cara membuat pembatas buku dari kertas lipat.
Pengurus RA pun merasa terbantu dengan adanya KKN yang ada di RA. Guru-guru di sana kadang merasa kewalahan dalam mengajar anak-anak di sana. Dengan adanya mahasiswa-mahasiswa yang KKN di Desa Cilengkrang, dirasakan sangat membantu masyarakat di sana, terlebih lagi dalam bidang pendidikan.
"Terima kasih, akang teteh, kami jadi terbantu dalam mengajar anak-anak di sini", ucap Bu Mira.
Walaupun dirasa melelahkan, tapi penulis merasa senang bisa membantu masyarakat di Desa Cilengkrang. Apalagi bisa membagikan ilmu dengan anak-anak yang ada di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H