Mohon tunggu...
M HasnanAtlandi
M HasnanAtlandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjadjaran

Saya merupakan seorang mahasiswa Prodi Sosiologi FISIP Unpad yang memiliki ketertarikan pada bidang kepeulisan dan pengkajian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Lari Ada Wibu!" Sebuah Konstruksi Sosial Masyarakat bagi Para Japanofilia

9 Desember 2022   12:42 Diperbarui: 9 Desember 2022   13:17 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wibu pada Event Cosplay. Sumber: Kompas.com

Berger mengungkapkan bahwa masyarakat adalah produk manusia dan masyarakat pada akhirnya kembali memengaruhi manusia, sehingga manusia pun merupakan produk masyarakat. Maka penciptaan kenyataan sosial pada manusia terjadi secara dialektis yang simultan di mana, menurut Berger terdapat tiga proses yang meliputi, 

1. Eksternalisasi

Proses pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia baik dalam kegiatan fisik maupun mental. Pada tahap ini masyarakat merupakan produk manusia di mana, manusia berekspresi untuk menguatkan eksistensi mereka dalam masyarakat. Artinya terdapat proses penyesuaian manusia dalam masyarakat. Penciptaan realitas sosial pada wibu di tahap ini terjadi ketika para wibu mulai mencurahkan dirinya ke dalam hal-hal yang berbau Jepang, mereka mulai mengenal dan menyukai budaya Jepang. Sedangkan, proses eksternalisasi pada masyarakat terjadi saat masyarakat melihat dan menyadari keberadaan wibu. Pada tahap ini anggota masyarakat mencoba menyesuaikan diri dengan realitas sosial yang di dalamnya terdapat para wibu.  

2. Objektivasi

Objektivasi merupakan proses hasil yang telah dicapai dari kegiatan eksternalisasi berupa realitas objektif atau fakta yang berada di luar diri manusia. Pada tahap ini terjadi proses interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan. Pada kasus penciptaan realitas sosial wibu, proses ini terjadi ketika mereka mulai menganggap budaya Jepang adalah hal yang terbaik akibat dari proses eksternalisasi yang telah dilakukan yaitu, mengenal dan menyukai budaya Jepang. Namun, hal tersebut belum mampu memengaruhi wibu secara internal akibat hal tersebut dipandang sebagai realitas sosial yang berada di luar diri. Selanjutnya, terjadi proses interaksi intersubjektif diantara para wibu dan menciptakan suatu kelembagaan dalam bentuk komunitas-komunitas yang berhubungan dengan budaya populer Jepang. Lain hal nya dengan masyarakat, pada tahap ini mereka melihat keberadaan wibu dalam realitas sosial sebagai bagian dari luar diri masyarakat. Proses intersubjektif yang terjadi pada individu anggota masyarakat yang non wibu pada akhirnya menciptakan in group di dalamnya dan melahirkan stigma dan streotipe kepada para wibu.  

3. Internalisasi

Proses Internalisasi diartikan sebagai suatu proses penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran, sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Melalui internalisasi manusia menjadi produk dari masyarakat (Man is a social product). Pada penciptaan realitas sosial para wibu proses ini ditandai dengan masuknya pandangan bahwa budaya Jepang yang terbaik ke dalam kesadaran dirinya dan akhirnya terbentuk fanatisme. Sedangkan, pada masyarakat proses ini terjadi ketika secara tidak sadar masyarakat selalu memberikan atensi pada hal yang dilakukan oleh wibu walaupun atensi yang diberikan bertujuan negatif namun, beberapa individu anggota masyarakat memanfaatkan hal tersebut untuk memperoleh popularitas. Saat ini dapat ditemukan di media sosial orang -- orang yang mulai menggunakan identitas wibu baik dari nama, cara berpakaian maupun cara berbicara dan berhasil mendapatkan atensi serta popularitas.  

Baik wibu maupun anggota masyarakat non wibu memiliki prosesnya konstruksinya tersendiri terhadap suatu realitas sosial akibat perbedaan stock of knowledge yang dimiliki. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita dapat menghargai bagaimana cara orang lain untuk mengekspresikan diri sesuai dengan apa yang mereka minati dan sukai. Namun, dalam mengekspresikan diri pun kita tetap perlu memerhatikan nilai, norma dan kebiasaan yang ada serta berkembang di masyarakat guna tetap menciptakan kenyamanan pada masyarakat.

Daftar Pustaka

Afiudin, M. C. (2019). FENOMENA GAYA HIDUP REMAJA WIBU PADA BUDAYA POPULER. 

Luzar, L. C. (2015). Teori Kontruksi Realitas Sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun