Mohon tunggu...
Hasna Mutia Insani
Hasna Mutia Insani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PGSD UNNES

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang. Berpengalaman dalam organisasi sekolah ataupun kampus selama 4 tahun. Memilki kemampuan dapat beradaptasi dengan cepat, mampu manajemen waktu dan profesional. Ketertarikan dalam mengeksplorasi, mencoba hal baru dan menyukai tantangan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mendigitalisasi Budaya: Peran Teknologi dalam Memperkenalkan Seni Tradisional kepada Peserta Didik di SD

15 Oktober 2024   06:48 Diperbarui: 15 Oktober 2024   06:48 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasna Mutia Insani (Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Semarang) dan Dr. Eka Titi Andaryani,S.Pd., M.Pd.(Dosen PGSD Universitas Negeri Semarang)

Kehadiran tari tradisi disebagian wilayah Indonesia sudah jarang ditemukan, generasi muda pun sudah mulai meninggalkannya, cenderung lebih suka mempelajari budaya dari luar. Pada kondisi saat ini, perilaku budaya masyarakat terutama pada generasi muda sangat memprihatinkan. Banyak remaja di Indonesia yang sudah mulai terserang demam K-POP (Korean POP), mereka sangat fanatik terhadap artis, gaya menyanyi, musik, tariannya, sampai fashion yang digunakan. Maraknya demam korea yang menjangkiti kaum milenial terjadi karena adanya internet dan media massa. 

Budaya merupakan produk masyarakat yang cepat mengalami perkembangan, hal ini terjadi salah satunya karena terjadinya kontak dengan budaya lain. Hantaman gelombang budaya korea mengakibatkan terjadinya proses asimilasi pada budaya Indonesia terutama di kalangan remaja dan dewasa, mempengaruhi pola pikir, prilaku, generasi muda lebih mencintai budaya korea dibanding budayanya sendiri. Akibat dari demam K-POP yang melanda para remaja di Indonesia, berdampak pada kurangnya minat remaja untuk mempelajari tarian tradisi. Tari tradisi merupakan sebuah produk budaya masyarakat yang sudah ada sejak dahulu yang diajarkan secara turun temurun, dari generasi ke generasi, kini dengan berkembangnya teknologi, keberadaan kesenian tradisi hampir dilupakan.

Bagi sebagian orang terutama pada anak-anak, smartphone digunakan hanya sebagai sarana komunikasi dan sebagai hiburan, sementara untuk sarana pendidikan kehadiran smartphone belum secara maksimal digunakan. Kemajuan teknologi di era global belum sepenuhnya dimanfaatkan secara tepat sebagai bentuk media pembelajaran, terutama dalam pendidikan tari.

Pembelajaran tari di sekolah jika tidak memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini, maka akan berhadapan dengan situasi yang kurang menguntungkan, siswa kurang tertarik untuk mempelajari kesenian tradisinya. Pembelajaran tari tradisi di sekolah dewasa ini memang kurang diminati oleh siswa, sudah selayaknya pembelajaran tari di kelas dirancang menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan mengikuti perkembangan jaman. Sajian materi meskipun berbasis pada budaya lokal, dikemas sedemikian rupa dengan memikirkan kearah yang lebih mengglobal.

Mendigitalisasi budaya melalui teknologi dalam pembelajaran seni di sekolah dasar (SD) merupakan langkah penting untuk memperkenalkan dan melestarikan seni tradisional kepada generasi muda. Dalam era digital saat ini, di mana akses informasi semakin mudah, pemanfaatan teknologi dapat membantu siswa memahami dan menghargai warisan budaya mereka dengan cara yang lebih menarik dan interaktif.

Digitalisasi tari tradisi yang dilakukan oleh beberapa peneliti di Indonesia yaitu dengan mengembangkan aplikasi pada android, menggunakan teknologi Virtual Reality dan Augmented Reality. Teknologi ini merupakan teknologi yang menggabungkan antara realitas maya (teknologi) buatan sehingga pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer (computer-simulated environment). Lingkungan yang ditirukan dapat menjadi mirip dengan dunia nyata, pengalaman realitas maya yang representatif dengan mengikutsertakan simulasi kombinasi hasil penginderaan (visual, audio, peraba). Komputer membantu simulasi terhadap suatu objek nyata dengan membangkitkan suasana tiga dimensi (3-D) sehingga membuat pemakai seolah-olah terlibat secara fisik. 

Augmented Reality (AR) adalah variasi dari Virtual Reality (VR). AR mirip dengan VR dalam arti bahwa keduanya menggunakan data yang dihasilkan komputer secara virtual. VR mencoba untuk menghasilkan lingkungan yang lengkap, simulasi atau kondisi sintetis, yang mengelilingi atau menenggelamkan subjek. AR berbeda dari realitas virtual yang tidak mencoba untuk memblokir lingkungan nyata sekitarnya dari pengguna. Sebaliknya tujuannya adalah untuk meningkatkan kondisi lingkungan bagi tujuan tertentu. Haryani (2017:808) menge- mukakan bahwa Augmented Reality (AR) merupakan salah satu bagian dari Virtual Environment (VE) atau yang biasa dikenal dengan Virtual reality (VR). AR memberikan gambaran kepada pengguna tentang penggabungan dunia nyata dengan dunia maya dilihat dari tempat yang sama. AR memiliki tiga karakteristik yaitu bersifat interaktif (meningkatkan interaksi dan persepsi pengguna dengan dunia nyata), menurut waktu nyata (real time) dan berbentuk 3 dimensi.

Siswa dapat belajar tentang gerakan tari dan sejarahnya melalui aplikasi yang memungkinkan mereka melihat dan berlatih secara langsung dari perangkat mereka. Hal ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik tetapi juga membantu siswa mengembangkan rasa cinta terhadap seni tradisional. teknologi tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam pembelajaran, tetapi juga sebagai jembatan untuk menghubungkan siswa dengan budaya mereka. Dengan menggunakan media digital, seperti video dan aplikasi interaktif, siswa dapat mengeksplorasi seni dari berbagai daerah di Indonesia tanpa harus bepergian jauh. Ini memberikan mereka kesempatan untuk mengenal dan menghargai keragaman budaya yang ada, sekaligus memperkuat identitas budaya mereka sendiri

Dalam konteks ini, integrasi teknologi dalam pembelajaran seni di SD bukan hanya relevan tetapi juga esensial untuk memastikan bahwa generasi muda tetap terhubung dengan warisan budaya mereka di tengah arus globalisasi yang semakin kuat. Dengan demikian, mendigitalisasi budaya melalui teknologi dalam pembelajaran seni di SD bukan hanya tentang inovasi pendidikan, tetapi juga tentang pelestarian identitas budaya bangsa yang harus diwariskan kepada generasi mendatang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun