Mohon tunggu...
Muthya
Muthya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis,membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mencari Malam Lailatul Qadar

2 Desember 2024   12:31 Diperbarui: 2 Desember 2024   13:52 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di malam ketiga itikaf, Robi bertemu dengan seorang pria tua bernama Pak Usman. Pak Usman adalah jamaah tetap masjid yang dikenal sangat tekun beribadah.  

"Robi, mengapa kau memutuskan untuk itikaf tahun ini?" tanya Pak Usman di sela-sela obrolan mereka.  

Robi terdiam sejenak, lalu menjawab, "Pak, saya ingin merasakan kedamaian yang selama ini saya cari. Saya juga berharap bisa memperbaiki hubungan saya dengan Allah."  

Pak Usman tersenyum. "Bagus, nak. Ingatlah, itikaf bukan sekadar tinggal di masjid. Itikaf adalah momen untuk mendekatkan diri kepada Allah, meminta ampunan, dan mencari ridha-Nya."  

Perkataan itu semakin membakar semangat Robi. Ia merasa bahwa perjalanan spiritualnya baru saja dimulai.  

Namun, itikaf Robi tidak berjalan tanpa rintangan. Di malam keenam, ia merasa lelah dan mulai digoda untuk pulang. Rasa kantuk dan keinginan untuk beristirahat di rumah terus menghantui pikirannya.  Saat itu, ia teringat hadits Rasulullah SAW:  

"Barang siapa yang menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).  

Robi pun bangkit dari sajadahnya. Ia mengambil air wudhu, lalu melanjutkan ibadahnya. Ia sadar, perjuangan untuk mendekatkan diri kepada Allah memerlukan kesabaran dan pengorbanan.  

Pada malam kesembilan itikaf, suasana masjid terasa berbeda. Udara terasa lebih sejuk, dan hati Robi dipenuhi ketenangan yang sulit ia gambarkan. Malam itu, ia menghabiskan waktu dengan membaca Al-Qur'an dan berdoa.  
"Ya Allah, jika malam ini adalah Lailatul Qadar, kabulkanlah doa-doa kami. Ampunilah dosa-dosa kami dan bimbinglah kami menuju jalan yang lurus," bisiknya dengan penuh harap.  

Ia merasa bahwa malam itu adalah momen yang sangat istimewa. Hatinya dipenuhi rasa syukur karena diberi kesempatan untuk merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta.  

Setelah sepuluh hari berlalu, Robi pulang dengan hati yang lebih tenang dan jiwa yang lebih kuat. Ia merasa seperti seorang yang baru lahir, penuh dengan semangat baru untuk menjalani hidup.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun