Â
KesimpulanÂ
Â
      Bank Sentral AS (The Federal Reserve) mempertahankan suku bunga dasar pada kisaran level 5,25% hingga 5,5%. Hal ini dilakukan The Fed untuk mencapai keinginan target inflasi yang diinginkan sebesar 2%. Sedangkan, Bank Sentral Indonesia (BI) yang mengacu pada The Federal Reserve mempertahankan suku bunga dasarnya pada level 5,75%. Dari kedua suku bunga acuan Bank Sentral tersebut maka adanya selisih antara kesua suku bunga acuan sekitar 0,25%. Yang dimana pada kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya capital outflow atau keluarnya modal secara langsung maupun tidak langsung dari dalam negeri. Hal ini menyebabkan  Indeks Saham Gabungan BEI dan nilai tukar rupiah melemah. Otoritas Jasa Keuangan dikatakan bahwa suku bunga akan naik pada tahun 2022  karena pemulihan dari pandemi virus corona. Pemulihan ini dapat terjadi relatif cepat dan dapat menyebabkan peningkatan inflasi. Kenaikan inflasi ini akan mempengaruhi kenaikan suku bunga dasar. Dari data IHSG di atas pada tahun 2023 akibat dari penahanan suku bunga acuan membuat IHSG struggle pada tingkat rata-rata harga 7100. Hal ini terjadi karena penahanan suku bunga yang berdampak pada melemahnya IHGS yang membuat para investor ragu untuk melakukan investasi.
Â
Pergerakan suku  bunga acuan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara signifikan. Kebijakan suku bunga acuan sangat berperan penting dalam mengatur tingakat inflasi, IHSG, nilai tukar rupiah dalam mengarahkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Â
Â
Daftar Pustaka
ANALISIS PENGARUH THE FED RATE, INDEKS DOW JONES DAN INDEKS NIKKEI225 TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI). (n.d.). www.nni.nikkei.co.jp
Â