Mohon tunggu...
Hasna Amalia Salsabila
Hasna Amalia Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat

Mahasiswa biasa yang senang mendalami peristiwa dan sesekali menuliskan sudut pandangnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Membangun Paradigma Sehat di Tengah Masyarakat

6 Juni 2022   21:54 Diperbarui: 6 Juni 2022   21:55 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesehatan merupakan komponen dasar terwujudnya produktivitas kerja. Sejalan dengan hal itu, salah satu program dari agenda ke-5 Nawa Cita adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan program berupa Indonesia Sehat. Program ini juga selaras dengan poin ke-3 SDGs (Sustainable Development Goals) yakni kehidupan sehat dan sejahtera. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, sehat merupakan keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Dengan kondisi sehat, seseorang dapat mengerjakan berbagai aktivitas secara produktif dan optimal, sehingga hal ini mampu mendorong tercapainya kemajuan bangsa. Namun, pernahkah terlintas dalam benak kita, mengapa kualitas kesehatan di Indonesia ini masih terbilang rendah? Banyak sekali bukan kita temui tagline bertuliskan "Indonesia menjadi juara" pada kategori angka kesakitan terbanyak pada beberapa kasus, seperti TBC, diabetes mellitus, dan lain sebagainya. Temuan ini berkaitan erat dengan paradigma yang beredar di tengah masyarakat dalam memandang aspek kesehatan. Betapa sering kita jumpai, masyarakat akan berbondong-bondong ke rumah sakit jika dirasa kondisinya sudah parah, sehingga tak mengejutkan apabila penanganan penyakitnya pun menjadi lebih sulit dan seringkali berakhir pada kematian, yang mana meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada penyakit tersebut. Kondisi ini menggambarkan bahwasannya masih banyak masyarakat di Indonesia yang berparadigma sakit, artinya masyarakat berfokus pada upaya penyembuhan dan pemulihan daripada pencegahannya. Tentunya kita semua tidak asing dengan ungkapan "Lebih baik mencegah daripada mengobati," tepat dengan ungkapan tersebut, sudah seharusnya masyarakat beralih pada paradigma sehat, yang mana berupaya mempertahankan orang sehat agar tetap sehat sehingga fokus pada upaya pencegahan dengan tidak mengesampingkan upaya pengobatan dan pemulihan.

Dengan berparadigma sehat, masyarakat akan memiliki kepekaan untuk menjaga kesehatannya secara mandiri, proaktif dan bertanggung jawab, serta tergerak untuk mencegah kesakitan terjadi pada dirinya dengan melakukan upaya-upaya preventif yang tepat, sehingga hal ini sejalan dengan visi Indonesia Sehat, yakni masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Perubahan paradigma ini tentunya juga akan memberikan dampak positif pada banyak hal, seperti masyarakat sadar untuk berinvestasi pada kesehatannya sehingga angka kesakitan dan kematian dapat menurun, terciptanya masyarakat yang sehat sehingga mampu beraktivitas secara produktif dan optimal, tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan semakin terjamin sehingga derajat kesehatan masyarakat pun meningkat, lingkungan menjadi bersih sebab kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan tinggi, serta beban anggaran negara yang diperlukan dalam JKN dapat dikendalikan.

Dalam membangun paradigma sehat di tengah masyarakat, diperlukan tiga langkah utama, yakni pembangunan kesehatan secara holistik dan berkelanjutan, menguatkan pelayanan promotif dan preventif kepada masyarakat, serta menggencarkan program pemberdayaan masyarakat. Pembangunan kesehatan secara holistik dan berkelanjutan berarti melihat masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat serta merumuskan solusinya dengan sudut pandang paradigma sehat, sehingga tenaga kesehatan masyarakat memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif, oleh karena itu, diperlukan peningkatan kualitas atau mutu tenaga kesehatan masyarakat yang menguasai teori dan praktik kesehatan masyarakat secara komprehensif. Kemudian, diperlukan juga penguatan pelayanan promotif dan preventif kepada masyarakat seperti peningkatan kualitas dan pelayanan di puskesmas serta posyandu, hal ini guna menciptakan kenyamanan dan rasa membutuhkan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif, sehingga kejadian sakit dapat dicegah serta kualitas kesehatan meningkat. Langkah terakhir yang tak kalah penting adalah menggencarkan program pemberdayaan masyarakat, diperlukan pendekatan yang strategis, aplikatif, serta menarik sehingga masyarakat mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri dan proaktif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun