Sumber gambar: Dokumen Pribadi
YOGYAKARTA - Sabtu, (22/10/22) Ratusan penonton menyerbu dagangan puluhan pedagang jogja, yang turut meramaikan kejuaraan marching band piala Raja Hamengku Buwono X, di sepanjang Jalan Malioboro.
Sekitar pukul 13.00 WIB, 52 tim dari seluruh Indonesia yang siap berlaga dalam kejurnas marching band piala Raja Hamengku Buwono X, telah memenuhi jalanan Malioboro. Tidak hanya peserta, namun puluhan pedagang dan ratusan penonton yang datang dari berbagai daerah turut serta meramaikan kejuaraan ini.
Adanya kejuaraan ini bukan hanya membawa manfaat untuk peserta dalam berlaga dan sebagai ajang berkompetisi dalam meraih kemenangan, namun juga berdampak pada pedagang sekitar. Alex (25) sebagai penjual Dawet banjarnegara yang berjualan pada saat kejuaraan marching band piala raja mengatakan, bahwa dengan adanya perayaan ini, omzet penjualannya meningkat sampai delapan puluh persen karena pengunjung Jalan Malioboro berkali-kali lipat lebih ramai dibanding biasanya.Â
Sedangkan, Mariam (32) pedagang yang sudah sepuluh tahun berjualan di jalanan Malioboro, mengatakan dengan adanya perayaan ini omzet penjualannya bukannya naik tapi malah menurun. Penurunan omzet tersebut terjadi ketika ada perayaan seperti ini, karena mayoritas pengunjungnya adalah warga lokal yang biasanya sudah makan dari rumah, sehingga tidak berminat untuk membeli sate ayam dagangannya, "kalau orang lokal belinya paling paling ya sepuluh ribu, kan bisa lebih dikurangi, kalau wisatawan kan belinya per porsi dua puluh ribu" ucap perempuan 35 tahun ini. Â
Berbeda ketika hari-hari biasa, jalan malioboro diramaikan turis luar kota, luar provinsi bahkan mancanegara yang seringkali meramaikan dagangannya. "Kalau malam sabtu minggu meski tidak ada perayaan seperti ini kan rame, kalau hari hari biasa mah tidak ada apa apa dek disini" ucap ibu mariam, pedagang sate di Jalan Malioboro.
Namun, beliau juga menyampaikan jika dibandingkan hari-hari biasa, perayaan ini sangat menguntungkan para pedagang karena ketika hari-hari biasa di jalan malioboro sangat sepi karena saat ini pedagang lain telah di relokasi ke teras malioboro 1 dan 2, yang akhirnya berpengaruh pada penurunan jumlah pengunjung jalanan malioboro.Â
Sedangkan, pedagang asongan seperti beliau tidak mendapat tempat jadi mau tidak mau tetap berjualan di jalan Malioboro meski sebenarnya sepi pengunjung dan harus 'kucing-kucingan' dengan petugas karena telah melanggar aturan untuk tidak berjualan di sepanjang jalan malioboro.Â
Event seperti ini selain sebagai ajang berlaga dan berkompetisi meraih kejuaraan, juga sebagai ladang baru pedagang yang menawarkan berbagai peluang dan kesempatan jika dioptimalkan. Terlihat semua pedagang selalu 'dilarisi' oleh penonton maupun peserta lomba. Bahkan sebagian di antara para pedagang, ada yang 'ra ketok bokonge' sebutan orang jawa, saking banyaknya pembeli yang mengerubungi dagangan yang ia jajakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H