Rangkaian Acara Baritan
Acara Baritan dimulai sejak pagi hari dengan persiapan sajen yang dilakukan oleh masyarakat. Sajen yang telah disiapkan kemudian dibawa menuju tepi laut dalam sebuah prosesi yang khidmat. Prosesi ini biasanya diiringi dengan doa yang dipimpin oleh sesepuh desa.
Setelah prosesi pelepasan sajen ke laut, acara dilanjutkan dengan karnaval yang mengelilingi desa. Karnaval ini menampilkan berbagai kesenian dan budaya lokal, seperti tarian tradisional, dan berbagai kostum unik yang dikenakan oleh para peserta. Masyarakat, baik tua maupun muda, turut berpartisipasi dalam karnaval ini, menjadikannya sebagai ajang silaturahmi dan perayaan kebersamaan.
Pada malam harinya, diadakan pengajian di halaman TPI Tanjungsari, yang menjadi puncak acara Baritan. Pengajian ini menghadirkan beberapa ulama setempat yang memberikan Mauidhoh Hasanah tentang pentingnya menjaga alam, bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan, serta meningkatkan kebersamaan dalam masyarakat. Pengajian ini dihadiri oleh ratusan warga, termasuk para mahasiswa KKN yang juga turut serta dalam kegiatan keagamaan ini.
Refleksi dan Harapan
Acara Baritan di Sugihwaras, Pemalang, bukan hanya sekadar tradisi tahunan, tetapi juga sebagai sarana untuk merefleksikan nilai-nilai kehidupan, kebersamaan, dan rasa syukur. Melalui tradisi ini, masyarakat diajak untuk selalu menjaga harmoni dengan alam dan bersyukur atas segala rezeki yang telah diberikan.
Para mahasiswa KKN dari UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan merasa sangat terkesan dengan semangat gotong-royong dan kebersamaan yang ditunjukkan oleh masyarakat Sugihwaras. Mereka berharap pengalaman ini bisa menjadi pelajaran berharga yang akan mereka bawa ke kehidupan kampus dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, mereka juga berharap tradisi seperti Baritan ini bisa terus dilestarikan dan dikenalkan kepada generasi muda, sehingga nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya bisa terus hidup dan berkembang.
Acara Baritan tahun ini di Sugihwaras berjalan dengan lancar dan meriah, berkat kerjasama antara masyarakat setempat, pemerintah desa, dan para mahasiswa KKN. Semangat kebersamaan dan kekompakan ini diharapkan bisa terus terjaga dan menjadi modal bagi masyarakat dalam menghadapi tantangan di masa depan. Tradisi seperti Baritan bukan hanya sekadar upacara adat, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya menjaga kearifan lokal dan nilai-nilai kehidupan yang diwariskan oleh leluhur.
Melalui partisipasi dalam acara Baritan, para mahasiswa KKN UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan tidak hanya mendapatkan pengalaman berharga tentang tradisi dan budaya lokal, tetapi juga mendapatkan pelajaran tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan memperkuat solidaritas antar sesama. Ini menjadi bukti bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada ruang kelas, tetapi juga bisa diperoleh dari interaksi langsung dengan masyarakat dan alam sekitar.
Penulis : Prisma Fransiska, Fatimah Athaullah SunnyÂ
Â