Mohon tunggu...
Hasna NabilahMumtaz
Hasna NabilahMumtaz Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

Guru Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Perangkap Pikiran, Bagaimana Persepsi Menguasai Hidup Kita?

2 Desember 2024   14:36 Diperbarui: 2 Desember 2024   14:40 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perangkap Pikiran: Bagaimana Persepsi Menguasai Hidup Kita

Oleh Hasna Nabilah Mumtaz

Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sepertinya kita semua pernah merasa bahwa dunia ini tidak selalu seperti apa yang kita lihat? Bahwa pikiran kita seringkali memainkan trik-trik yang membuat kita salah memahami realitas? Kita semua memiliki lensa kacamata yang berbeda-beda dalam memandang dunia, lensa yang dibentuk oleh pengalaman, keyakinan, dan bias-bias kognitif kita. Dalam artikel ini, kita akan menyelami dunia yang menarik namun seringkali membingungkan: dunia persepsi.

Persepsi adalah jendela jiwa kita ke dunia. Melalui pancaindra, kita menerima ribuan informasi setiap detiknya. Namun, otak kita tidak sekadar mencatat informasi mentah ini. Sebaliknya, otak bekerja keras menyusun, menyaring, dan memberikan makna pada semua input sensoris yang kita terima. Proses inilah yang kita sebut sebagai persepsi. Bayangkan otak sebagai seorang sutradara yang menyutradarai sebuah film, di mana setiap gambar, suara, dan sensasi yang kita alami adalah adegan dalam film tersebut. Sutradara otak ini akan menyusun adegan-adegan tersebut menjadi sebuah cerita yang koheren dan bermakna, sehingga kita dapat memahami dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.

Persepsi manusia ibarat sebuah film yang diputar di dalam benak kita. Proses pembuatan film ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada tiga tahapan utama yang harus dilalui, yaitu seleksi, interpretasi, dan reaksi. Seleksi adalah tahap di mana kita memilih "adegan" mana yang ingin kita tampilkan dalam film hidup kita. Dari jutaan rangsangan yang diterima pancaindra setiap saat, otak kita hanya akan memilih beberapa yang dianggap penting atau menarik. Interpretasi adalah tahap di mana kita memberikan makna pada "adegan" yang telah kita pilih. Kita menghubungkannya dengan pengalaman masa lalu, pengetahuan, dan emosi kita. Terakhir, reaksi adalah tahap di mana kita merespons "film" yang telah kita buat. Reaksi ini bisa berupa tindakan, pikiran, atau perasaan. Singkatnya, persepsi adalah sebuah proses yang dinamis dan kompleks, di mana otak kita secara aktif membangun realitas kita sendiri.

Persepsi kita terhadap dunia bagaikan sebuah cermin yang memantulkan bayangan diri kita sendiri. Apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan tidak sepenuhnya objektif, melainkan dipengaruhi oleh karakteristik unik yang kita miliki. Sikap kita terhadap suatu hal, misalnya, dapat mewarnai cara kita memandang sesuatu. Jika kita memiliki sikap positif terhadap suatu kelompok tertentu, kita cenderung melihat hal-hal baik pada mereka. Kepribadian juga berperan besar. Seseorang yang optimis cenderung melihat sisi cerah dalam setiap situasi, sedangkan yang pesimis cenderung melihat sisi gelapnya. Motif dan minat kita juga membentuk lensa kacamata yang kita gunakan untuk melihat dunia. Kita cenderung lebih memperhatikan hal-hal yang sesuai dengan minat dan tujuan kita. Pengalaman masa lalu kita, baik yang positif maupun negatif, membentuk kerangka acuan yang kita gunakan untuk menginterpretasi pengalaman baru. Terakhir, harapan-harapan kita juga dapat mempengaruhi persepsi kita. Kita seringkali melihat apa yang ingin kita lihat, bukan apa adanya.

Point intinya, persepsi kita terhadap dunia tidak selalu seperti apa adanya, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Otak kita secara aktif menyaring, menafsirkan, dan memberikan makna pada informasi yang kita terima dari lingkungan sekitar. Proses ini dipengaruhi oleh faktor internal seperti sikap, kepribadian, pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan kita, serta faktor eksternal seperti situasi dan konteks. Dengan kata lain, persepsi kita adalah konstruksi mental yang unik dan subjektif, terbentuk dari interaksi antara diri kita dengan dunia luar. Memahami bagaimana persepsi bekerja dapat membantu kita menjadi lebih sadar terhadap bias-bias kognitif kita dan mengambil keputusan yang lebih baik.

Artikel ini mendorong pembaca untuk tidak menerima begitu saja apa yang mereka lihat dan dengar, melainkan untuk selalu mempertanyakan dan menganalisis informasi yang mereka terima.

* Tulisan ini disarikan dari bahan Ajar Psikologi Organisasi Part Persepsi Dan Pengambilan Keputusan dalam Organisasi dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. A Rusdiana, MM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun