Mohon tunggu...
Humaniora

Setelah Lulus SMK Mau Kemana?

7 Mei 2017   21:09 Diperbarui: 7 Mei 2017   21:16 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali para pembaca masih ingat, tulisan harian Kompas beberapa waktu yang lalu,  bahwa lulusan SMK merupakan penganggur terbesar melebihi lulusan SMA. Memang data yang diungkapkan Kompas, sangat mengejutkan para pemerhati pendidikan, namun data diperoleh berdasarkan hasil penelitian, maka tidak bisa terbantahkan, kecuali ada data yang baru yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, memiliki data hasil penelitian yang berbeda.

Seperti diketahui bahwa tamatan/lulusan SMK merupakan prioritas utama, untuk mengisi lapangan kerja tingkat menengah, karena itulah pemerintah melalui kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengalokasikan dana yang besar setiap tahun, baik di tingkat pusat maupun di masing-masing daerah. Kebijakan ini bisa dimaklumi, mengingat SMK adalah harapan utama, untuk mengatasi  pengangguran pada tingkat menengah di nusantara, tetapi SMK membutuhkan biaya yang jauh lebih besar daripada SMA, kalau dibandingkan membangun 1 Unit SMK,  bisa untuk 3 sampai 4 unit SMA. Kemudian kebijakan pemerintah untuk menyamakan jumlah SMK dengan SMA, karena pada waktu itu jumlah SMA jauh lebih besar daripada SMK.

Dengan kebijakan itu, maka berlomba-lomba masing-masing daerah untuk membangun SMK baru, baik Negeri maupun swasta, karena dana disediakan oleh pemerintah pada waktu itu. memang rencana itu terealisasi, hanya beberapa tahun saja jumlahnya sudah sama, hampir di setiap Kecamatan berdiri SMK  baru, baik itu negeri atau swasta. Akan tetapi timbul permasalahan baru,  bagaimana untuk memenuhi SDM yang memenuhi syarat, sarana prasarana, peralatan praktik/laboratorium, ketersediaan  industri  di daerah tersebut, hal ini tidak diprediksi pada awalnya, karena mengejar target kuantitas.

Ternyata membutuhkan biaya yang tidak terduga besarnya, baik untuk memenuhi sarana prasarana dan biaya operasional.  Karena biaya tidak ada, maka banyak SMK yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), terutama di daerah-daerah dengan fasilitas dan SDM yang minim. Dapat dibayangkan kalau sebuah SMK dengan fasilitas dan SDM apa adanya, tiap tahun meluluskan siswa, apa yang akan terjadi.  saya tidak bermaksud mengaminkan hasil penelitian Kompas tempo hari, tapi indikator-indikator ke arah sana ada benarnya.

Tahun ini siswa SMK sudah lulus, barangkali ijazah pun sudah diterima, sekarang timbul pertanyaan, para lulusan lulusan SMK mau melanjutkan atau untuk bersaing mencari lapangan pekerjaan. Kita berharap para lulusan SMK tahun ini,  lebih baik daripada yang lalu, sebagai indikatornya, lulusan SMK harus lebih sedikit yang menganggur, sehingga program pendidikan SMK yang  menelan biaya yang sungguh besar, tidak sia-sia. semoga bermanfaat Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun