Masa pandemi COVID-19 yang telah berlangsung sejak tahun 2020 awal hingga saat ini cukup banyak berdampak terhadap aktivitas serta perubahan perilaku masyarakat. Berbagai kegiatan dilakukan dari dan dalam rumah hingga para siswa harus belajar secara daring. Hal ini merupakan salah satu metode alternatif demi keberjalanan pendidikan di Indonesia dan siswa terhindar dari penyebaran virus COVID-19.
Kini kabar baik akhirnya datang. Pemerintah mulai memperbolehkan aktivitas secara tatap muka di awal menuju pertengahan tahun 2022. Berbagai aktivitas mulai kembali berjalan normal. Sebagian masyarakat sudah tidak memakai masker lagi dan sebagiannya terdapat pula yang menjadi terbiasa memakai masker. Dampak dari pandemi ini juga terlihat di dunia pendidikan. Terdapat sebagian tenaga pendidik yang meninggalkan sekolah dan lebih memilih pekerjaan lain sehingga sekolah kekurangan SDM (Sumber Daya Manusia) untuk mewujudkan pendidikan berkualitas bagi bangsa Indonesia. Selain dampak yang dialami tenaga pendidik, terdapat dampak yang juga dialami para siswa. Salah satunya ialah penurunan perkembangan psikis anak-anak serta usia mental yang tidak berkembang, yang mana siswa menjadi terlihat seolah-olah mereka masih ada di masa dua tahun yang lalu. karena tidak terjalinnya interaksi sosial secara langsung yang berjalan secara rutin selama dua tahun ini.
Mengetahui permasalahan tersebut, mahasiswa UPI yang sedang melakukan KKN di bulan Juli hingga Agustus pun beraksi turun ke masyarakat untuk membantu pemulihan serta pembangunan masyarakat akibat pandemi COVID-19. Salah satu bagian dari mereka adalah keempat orang mahasiswa yang memilih SDN Karyawangi sebagai tempat untuk memulihkan serta meningkatkan pendidikan yang berkualitas. Mereka adalah mahasiswa PGPAUD, Psikologi, Ilmu Keolahragaan, dan Pendidikan Bahasa Arab yang berasal dari fakultas yang berbeda-beda.
Salah satu kegiatan pemulihan dan peningkatan pendidikan berkualitas yang mereka tetapkan ialah kegiatan Tadarus Buku dengan konsep Mindful Reading atau membaca dengan penuh perhatian dan konsentrasi penuh. Kegiatan Tadarus Buku merupakan kegiatan berupa membaca buku sambil mendengarkan instrumen musik. Kegiatan ini dilakukan bersama kelas 6 SDN Karyawangi selama satu bulan penuh. Siswa kelas 6 dipilih karena tujuan lain dari kegiatan ini ialah sebagai bekal bagi mereka agar pembiasaan literasi ini berlangsung hingga mereka duduk di bangku SMP dan seterusnya.
Kegiatan Tadarus Buku bisa dikatakan merupakan kegiatan pengadaan kembali Gerakan Literasi Sekolah. Pengadaan kembali kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan kembali minat baca para siswa sebagai generasi penerus bangsa. Sehingga persentase literasi masyarakat Indonesia pun dapat meningkat dari tahun sebelumnya dan Indonesia memiliki generasi bangsa yang cerdas yang anti kena hoaks.
Jika banyak orang yang mempersepsikan bahwa membaca itu membosankan, melalui kegiatan ini membaca akan dipersepsikan sebagai hal yang menyenangkan. Karena kegiatan ini tidak hanya sekadar membaca saja, namun para siswa diperkenankan memilih buku yang sangat mereka sukai untuk dibaca. Mereka akan membaca sambil mendengarkan instrumen musik.
Mendengarkan instrumen musik dapat membuat fokus para siswa dalam membaca meningkat. Hal ini telah dibuktikan oleh sejumlah penelitian. Secara psikologis, musik memiliki pengaruh menciptakan suasana nyaman bagi para pendengarnya. Instrumen musik tanpa vokal atau nyanyian dapat mengurangi gejala kecemasan dan depresi serta menurunkan tekanan darah. Stimulus yang diterima oleh telinga berproses menjadi sebuah perasaan penerimaan berupa emosi tenang dan bahagia. Dengan adanya kedua emosi tersebut, pikiran menjadi fokus dan otak dapat bekerja secara efektif dalam mengolah setiap kata-kata atau isi buku sehingga tersimpan dalam memori otak dengan baik.
Setelah membaca sambil mendengarkan instrumen musik, para siswa diminta untuk menuliskan bagian buku yang telah dibaca. Ketika para siswa menuliskan kembali isi buku yang telah dibaca, mereka sedang melatih memori otak agar isi buku dan berbagai kosakata di dalamnya tersimpan dalam memori jangka panjang otak. Hal ini tentunya dapat berpeluang menjadikan para siswa sebagai generasi yang memiliki kecerdasan berbahasa serta berpengetahuan luas.
Kemudian setelah itu, para siswa diminta untuk menceritakan kembali isi buku yang telah dibaca. Tahap ini ternyata bukanlah hal yang mudah. Mayoritas siswa merasa malu dan takut untuk maju ke depan. Adanya dorongan berupa afirmasi bahwa mereka berpeluang bisa dan kata semangat, tidak adanya penghakiman serta hadiah sebagai apresiasi membuat mereka berani maju ke depan. Terdapat dua orang dari kelas 6C, seorang dari kelas 6A, dan empat orang dari kelas 6B yang memberanikan diri menceritakan isi buku yang telah mereka baca. Diantaranya ada yang menceritakan kembali kisah novel sejarah, misteri, bacaan ringan, hingga komik. Mereka juga menyampaikan perasaan mereka setelah membaca buku tersebut. Ada yang merasa senang, sedih, heboh, hingga ada juga yang merasa biasa saja namun merasakan ketenangan saat membaca karena adanya instrumen musik.
Perlakuan tidak menghakimi, penuh apresiasi dan motivasi terhadap siswa merupakan metode pendidikan karakter yang dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri dan keberhargaan. Sehingga seiring waktu dan bertambahnya usia, mereka akan selalu termotivasi untuk berupaya keras, terus maju, hingga menjadi generasi bangsa berkualitas yang selalu ingin mempelajari hal-hal yang baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H