Minangkabau selain dikenal dengan berbagai macam keunikan falsafah hidup yang diajarkannya“seperti alam takambang jadi guru” juga dikenal dengan pendidikan yang unik kepada para anak bujangnya, dengan menerapkan pendidikan dan tidur disurau.
Apa itu surau ? surau menurut kamus besar bahasa minangkabau adalah mushalla atau mesjid pada saat sekarang ini. Bagi remaja laki-laki sudah tradisi untuk lalok (tidur) disurau, tidak tidur atau bermalam dirumah orangtuanya . Seorang anak laki-laki yang beranjak remaja atau dewasa akan malu pada sesamanya apabila masih tidur dirumah orang tuanya. Bagi para orang tua, hal ini adalah suatu pola pendidikan yang positif karna suaru merupakan salah satu sarana pendidikan yang vital kala itu disebabkan oleh sekolah belum ada atau belum seberapa sehingga pendidikan bisa didapat oleh seorang anak hanya disurau. Sejarah mengukir banyak tokoh-tokoh hebat masa lalu sumatra barat yang notabene pendidikannya berasal dari surau.
Disurau para anak bujang tidak hanya diajarkan ilmu agama, tetapi juga berbagai macam hal lain seperti silat, petatah petitih, falsafah adat maupun hal yang menyangkut permasalahan keadaan sosial masyarakat minangkabau. Semua itu bertujuan untuk menyiapkan generasi muda minang untuk kedepannya sebagai generasi yang mampu memimpin dan mengelola anak kemenakan atau masyarakat pada umumnya. Sisi positif lainnya adalah suaru tetap hidup dan terjaga juga berdampak pada perkembangan spritual, moral dan sosial pada generasi muda karna pola pendidikan seperti ini.
Pepatah minang yang lain mengatakan ‘marantau bujang dahulu kini badan baguno balun” maksud pepatah ini menyuruh para generasi muda minang untuk lebih dulu merantau seperti halnya kebiasaan masyarakat minang yaitu hiudp merantau, maka tak heran di berbagai daerah ditemui banyak orag minangkabau. Menurut penulis hal tersebut sangat berkolerasi dengan malam disurau karna malam disurau adalah suatu upaya pendewasaan bagi para generasi muda dalam mempersiapkan dirinya dalam merantau kenegri orang untuk mencari hidup dan mencari nafkah untuk dirinya ataupun keluarganya dirumah.
Tidak ada keterangan pasti kapan pendidikan disurau ini dimulai, yang jelas hal ini adalah suatu tradisi yang sudah mengakar bagi masyarakat minangkabau terutama dibagian pelosok.tetapi pada saat sekarang ini hampir tidak ditemui lagi hal seperti ini yaitu para pemuda nya tidur disurau yang disebabkan oleh perputaran waktu sehingga mengikis tradisi yang ada, hal seperti ini berdampak pada sisi lain dari sendi-sendi kebudayaan minangkabau sendiri seperti sudah semakin langkanya generasi muda yang mengerti adat istiadat dan petatah petitih yang harusnya dilestarikan begitupun dengan mengikisnya moral generasi muda minang pada saat sekarang ini dan pendangkalan pemahaman terhadap nilai-nilai agama, sehingga tidak heran banyaknya timbul berbagai penyimpangan-penyimpangan yang seharusnya tidak terjadi. Bukannya tidak ada kesadaran untuk lebih memamahi semua itu, tetapi hanya segelintir yang mau belajar hal-hal diatas karna hal inilah semua nya menjadi langka.
Bagi kita generasi muda tradisi seperti inilah yang harus dikembalikan lagi, “mambangkik batang tarandam” itu memang susah dan butuh perjuangan berat tetapi untuk dapat menguatkan kembali ikatan yang sudah longgar hal ini sangat dibutuhkan. Usaha lain untuk kembali menggiatkan hal ini bukannya tidak ada tetapi masih kurang optimal baik dari kalangan masyarakat atau pemerintah sumatra barat sendiri khususnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H