Ritual pagi mahasiswa tingkat atas seperti ku adalah bangun pagi cucimuka dan berwudhu dilanjutkan shalat shubuh, pagi dingin memang tetapi tidak menyurutkan semangatku untuk beraktifitas ditemani segelas cofimix dan satu batang djisamsoe renfil sambil membaca buku.
Tak lama setelah itu bro-ku sangpemenangpembelajar tiba-tiba nongol dikost, suatu kejutan yang tak biasa, dan yang terlintas dalam pikiranku, ia menjemput buku-bukunya yang ku bawa kabur untuk bahan-bahan skrpisi ku, ehh rupanya dia baru pulang dari padang dalam rangka memberikan seminar motivasi di UBH. Setelah ngomong kesana kemari seputar percaturan dunia mahasiswa dan pendidikan dan gagasan pendidikan idealnya vesri kami sendiri, tiba waktunya hingga aku harus kuliah hingga sore. Malamnya kami melakukan perjalan singkat dengan si-vebi, perjalanan yang menyenangkan ditambah lagi dengan gemerlapcahaya lampu yang menghiasi malam dikota payakumbuh menambah indahnya kota tersebut dalam suasana malam apalagi ini adalah kota 24 jam setelah padang, dan aku bermalam disana.
[caption id="attachment_271372" align="aligncenter" width="300" caption="dok.pribadi (muhammad yunus bergaya disamping si-vebi)"][/caption] [caption id="attachment_271375" align="aligncenter" width="300" caption="mak aguih dengan sate gendoang nya"]
Paginya perjalanan ku kembali ke batusangkar via barulak masih dengan si-vebi yang setia menemani perjalananku, cintaku pada vebi seberat badannya,, haha ia lah salah satu saksi bisu hidupku selama 11 tahun ini.
Setelah masuk daerah sungai tarap, tepatnya sungai leman ada suatu hal menarik yang mengingatkan ku pada cerita kawan-kawan kost ku, sate gendoang mak aguih. Tanpa pikir panjang aku pun langsung berhenti dan memesan satu porsi. Sate ini menjadi pembicaraan kawan-kawan kost dkarenakan keunikannya yaitu penjualnya mak aguih tidak memakai gerobak dalam menjajakan satenya tapi dengan dipikul.
[caption id="attachment_271377" align="aligncenter" width="300" caption="jalan lurus sungai tarap"]
Nah, karena dipikul inilah menjadi unik, mungkin ini biasa didaerah lain tapi disini, hanya satu-satunya sate dengan memakai pikulan ditambah lagi mak aguih hanya beroperasi dalam menjajakan satenya hanya dari pagi sampai tengah hari itupun hanya sepantaran daerah sungai leman. Nah akupun membawa mak aguih ngobrol sambil makan sate dari mulai kapan ia memulai dagang sate ini, rupanya sate dengan gaya pikukan ini adalah gaya dagang sate aliran lama yang dilanjutkan tradisinya oleh mak aguih. Walaw hanya dipikul atau digendoang sate ini masih bisa mengantarkan anak-anak mak aguih dalam memasuki dunia pendidikan.
[caption id="attachment_271378" align="aligncenter" width="300" caption="BACK to kost"]
perjalananku setelah itu dilanjutkan kembali ke kost untuk kembali ke aktivitas ku, yaitu kuliah..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H