Melihat geliat dikampus selama beberapa waktu belakangan ini membuat diriku semakin panas kenapa tidak,persiapan untuk wisuda yang kesekian kalinya mulai terlihat dari pemasangan spanduk, tenda dan berbagai hal. Hal yang lumrah terjadi paling tidak sekali dalam tiap semesternya. Bagaimana tidak membuat ku semakin panas hal ini dikarenakan yang wisuda sekag adalah angkatan yang tepat diatasku dan eberapa darinya adalah teman-teman kolegaku semasa sekolah dulu.
[caption id="attachment_268471" align="aligncenter" width="300" caption="STAIN BATUSANGKA"][/caption]
Wisuda identik dengan toga, butuh 6-8 semester untuk bisa mendapatkannya bahkan lebih dengan mahar skripsi. Skripsi hal yang paling menghantui tapi entah mengapa tidak bagiku, yeps walau sedikit tertekan tapi sekarang tidak karna aku pun dalam proses menjalaninya, jadi enjoy aja.
[caption id="attachment_268472" align="aligncenter" width="300" caption="para togawan prawisuda"]
Kompetisi saat sekarang ini tidak hanya mementingkan pada skill saja tapi juga harus dibuktikan dengan berbagai macam sertifikat lulus uji, untuk mendapatkan suatu pekerjaan. Kalau dulu tingkat jenjang pendidikan hanya sampai sekolah menengah atas saja sudah bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, tapi untuk saat sekarang ini tidak berlaku lagi. Yang dibawah akan dilindas yang diatas bagaikan predator yang melahab habis mangsanya dengan tanpa pandang bulu, kompetisi semakin ketat. Yang mangango ataupun mangangak akan tingga yang dibutuhkan sekarang adalah orang yang besertifikat dan melek pada segala macam informasi dan peluang-peluang yang ada tentunya hanya untuk satu tujuan yaitunya survive.
Itulah salah satu tujuan kuliah adalah untuk mendapatkan pekerjaan, contoh realistis untuk sekarang ini, kalau untuk mendapatkan ilmu ya tidak harus kuliah. Ilmu bisa didapat dari mana saja. Tetapi selain pekerjaan banyak harapan dan nilai-nilai yang terkandung pada dalam toga tersebut,. Sebagai salah satu bagian agent of change diharapakan para pemangku toga untuk dapat merubah diri dan lingkungan sekitarnya menjadi lebih baik.
Bagi “sebagian” orang tua suatu kebanggaan anaknya dapat menjadi sarjana, begitupun bagi si anak adalah suatu kebanggaan pada dirinya, jerih peluh orang tua terbayar disaat momen-momen tersebut. Hahaha inilah salah satu penyemangatku untuk segera membayar dan memenuhi keinginan orang tu tak terkecuali untuk aku, selain aku merupakan anak tertua yang nantinya menjadi tumpuan harapan bagi adik-adik ku. Ataupun menjadi contoh, yups contoh yang tidak baik mungkin karna dibanding adik-adik ku, aku adalah orang dengan kepintaran dibawah rata-rata ini kalau aku bandingkan dengan adik-adik ku.
Bagi para togawan ini nantinya akan melanjutkan kompetisinya kehidupan masih panjang yang harus dilalui oleh para togawan ini, masa keemasan sudah berlalu titik aman dan tantangan pertama sudah terlewati dan saatnya untuk terjun kelapangan kedunia nyata karan manusia tidak pernah mengerti yang namanya puas. Hasrat alamiah pada diri manusia adalah tidak mengenal kata yang namanya puas setelah satu kebutuhan terpuaskan maka kebutuhanlain pun segera harus bisa dicari pemuasnya. Karna setelah kuliah harapan bagi togawan adalah untuk tidak tergantung lagi pada orang tua.
Semua berburu lowongan pekerjaan yang menanti mereka apalgi tujuan hampir sebagian besar togawan adalah untuk menjadi PNS dengan situasi saat sekarang ini. Tetapi dibalik semua itu harapan yang paling besar terkandung adalah para togawan jangan sampai melupakan perannya sebagai seorang agent of change yang akan menyelamatkan nasib berbagai pihak dan diharapkan ikut dalam menjalankan fungsinya sebagai penerus dan penegak karakter bangsa dan pencerah bagi masyarakat tempat ia terjun dan membaur nantinya, jadilah individu yang mempribadi dan menjadi suri yang baik dan sebagai orang yang pantas sebagai penyandang toga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H