Namanya juga pertarungan persahabatan, maka tidak ada pemenang diantara mereka. Satu hal yang pasti, Begawan Sokalima akhirnya tahu siapa gerangan musuhnya. Â
‘Kalau engkau masih mencinta Akiko….., engkau datang temui dia. Dia ada di perguruan Bukit Sokalima, Bagaimana satria Hideyoshi?’,  tawar Sokalima yang melihat adanya jalan untuk keluar dari perkara balas dendam dengan bekas kekasih istrinya.
‘Kalaupun saya datang ke sana, bukan maksud hati untuk mencurinya dari tuan Sokalima. Saya hanya ingin memastikan apakah dia BAHAGIA hidup bersama tuan Sokalima’, sambung satria Hideyoshi dengan logat atau aksen negeri Jepun.
‘Syukurlah kalau tuan mengerti…’, jawab sokalima sambil mengundurkan diri dari pertarungan.
-***-
Pesta sudah kelar dan sekarang kedamaian kembali di Negeri ANTAH BERANTAH. Sang Raja kembali memimpin persidangan tertutup kerajaan di Balairung istana yang dihadiri oleh para petinggi kerajaan.
‘Bagaimana Mahapatih Nirwasita tentang keamanan Negeri ini dan Sayembara yang tertunda?’
‘Daulat sang Prabu, untuk sayembara dan kelanjutannya saya pasrahkan kepada Panglima Kebosora karena dia sudah kembali dari pertapaannya’, jawab Nirwasita sambil menoleh kepada Panglima Kebosora.
Yang ditolehipun menyahut: ’Ampun gusti Prabu, Sayembara akan tetap dilaksanakan secara formalitas, mengingat sudah banyak yang mendaftar’.
‘Kenapa formalitas?’, tanya balik sang Prabu dengan mengelus jenggotnya.
‘Menurut hemat saya, ada seorang Ksatria yang cocok untuk gusti putri Dewi Rempah Wangi yakni Satria Gula Kelapa. Dia seorang pangeran, gagah perkasa dan tampan serta kanuragannya tinggi pula, sungguh calon menantu yang ideal buat putri sri Baginda’, jawab Panglima Kebosora.