‘Itu bagus, dengan begitu mereka akan terdesak ke tengah hutan yang asing bagi mereka……’, jawab Kebosora dengan kegirangan.
Senopati elang biru yang terkenal karena kejeliannya mengajukan usul. ‘Panglima, sebaiknya jangan menggunakan strategi tapal kuda. Alangkah lebih baiknya bila kita mengepung mereka. Kenapa? ada 2 hal yang mendasari strategi ini. Yang pertama mereka sudah pasti menyiapkan jebakan untuk kita karena ketika kuda-kuda kita berpacu menuruni lembah maka akan sulit untuk dikendalikan. Yang kedua kita memiliki kelebihan perbekalan dan akses terhadap sumber perbekalan yakni pedesaan yang dekat adalah wilayah kita sendiri sedangkan mereka tidak. Jadi buat apa bersusah payah bertempur, bila dengan tidak bertempur kita akan menang’.
Burung-burung prenjak hutan berkicau dengan riangnya membentuk nada-nada yang merdu yang disambut dengan semilir angin, seakan ingin mengurangi ketegangan mereka yang sedang berfikir untuk memenangkan pertempuran.
‘Sepertinya kita pakai strategi kedua untuk meminimalkan jumlah korban di pihak kita’, jawab Kebosora sekaligus memberi komando untuk membagi seribu prajurit mereka menjadi 4 kelompok. Tiap kelompok dipimpin oleh seorang senopati pilihan.
Kemudian Kebosora berkata lagi:’ Elang biru, engkau yang tahu goa persembunyian sang Prabu, tengah malam nanti engkau berangkat dan mengepung musuh dari arah belakang atau hutan Dandaksa sekalian membawa sang Prabu kesini’, perintah Kebosora.
‘Taktik yang cerdas Panglima, sekali jalan 2 tujuan tercapai’, jawab Elang biru dengan mata berbinar.
Keesokan harinya Panglima Kebosora mengirimkan utusan yang meminta pasukan dari semenanjung Dataran Biru untuk menyerah. Xaverius, Vasco dan Bartolomeuz tertawa mengejek utusan tersebut.
‘Hai utusan, bilang pada Panglimamu, jauh-jauh dari negeri Dataran Biru datang kesini, kami tidak takut  mati….’, seru Xaverius disambut gelak tawa Vasco dan Bartolomeuz.
Panglima Kebosora sudah mengira hal tersebut. Dia mengirim utusan sekaligus untuk melihat sejauh mana persiapan mereka dari sisi persenjataan, perbekalan dan pasukan. Akhirnya Kebosora memberi komando agar 2 kelompok pasukan bergerak secara perlahan dari sisi kiri dan kanan. Sedangkan 1 kelompok yang dipimpin senopati Elang Biru sudah bergerak secara rahasia semalam sebelumnya.
Kebosora memerintahkan kepada senopati Kembara dan Mentari agar pergerakan pasukan mereka bisa terlihat oleh pasukan Xaverius, Vasco dan Bartolomeuz. Dan benar adanya apa yang diinginkan oleh Kebosora, mereka tertawa terbahak-bahak dengan strategi seperti itu.
‘Lihat kawan-kawan, mereka melakukan siasat tapal kuda…, kita sudah siapkan pemunahnya, Hahahahaha…sebentar lagi kalian akan aku tumpas semuanya’, begitu pongah si Xaverius yang disambut gelak tawa kemenangan dari mereka.