Para pendekar dan prajurit pilihan dari Semenanjung Dataran Biru kemudian menyusun siasat atau strategi tempur secara bersama-sama. Mereka sekarang bahu membahu di bawah komando Xaverius, pendekar ternama dari negeri Andalusia.
Yang menarik adalah mereka akan menggunakan taktik barisan pendam dimana sejumlah prajurit ditempatkan di bawah tanah di atas medan pertempuran dan bila prajurit musuh datang melintas maka mereka akan terjatuh karena jebakan dan prajurit yang berada di bawah tanah akan segera menghabisinya. Taktik yang sedikit kejam.
Mereka juga akan memanfaatkan keunggulan mereka yang berada ditengah hutan dengan membuat berbagai macam jebakan. Mirip jebakan harimau dimana di dalam lubang jebakan dipasang jerat berupa tombak runcing yang terbuat dari dahan pepohonan. Tujuannya agar pasukan musuh yang terjebak akan langsung mati.
Sungguh kompak mereka dalam merencanakan pertempuran, maklum mereka enggan dipermalukan lagi, apalagi sekarang mereka berada di Negeri orang.
Sepasang burung elang saling bercuitan panjang di atas langit, mengiringi perjalanan pasukan Negeri ANTAH BERANTAH yang sedang mengejar pasukan Xaverius.
Rombongan prajurit yang dipimpin oleh Panglima Kebosora dan 4 senopati pinilih (baca: pilihan) yakni Elang Biru, Jalasutra, Kembara dan Raditya (baca: Mentari) merangsek secara perlahan. Sekarang posisi mereka sudah semakin dekat dengan yang dikejar.
Dari laporan prajurit sandiyuda, rombongan Xaverius yang mereka kejar sudah bergabung dengan rombongan si Vasco dan Bartolomeuz. Itu artinya akan terjadi perang terbuka dan mereka harus menyiapkan strategi bertempur yang jitu. Kenapa?, mereka berpikir musuh sudah pasti menyiapkan lokasi pertempuran yang terbaik bagi mereka untuk menang.
‘Lapor Panglima Kebosora….’, tiba-tiba datang prajurit sandiyuda.
‘Cepat laporkan situasi terkini prajurit…’, sambut Kebosora.
‘Jumlah prajurit musuh kurang lebih 500 orang dengan sebagian dari mereka kemampuannya rata-rata di atas prajurit biasa, mereka memilih lokasi pertempuran di lembah bukit’, jawab prajurit sandiyuda. Setelah prajurit itu berlalu panglima Kebosora dan 4 Senopati pilihan membicarakan taktik dan siasat tempur yang akan mereka gunakan.
‘Menurut hemat saya, karena kita menang jumlah, sebaiknya kita serang dari 3 penjuru mata angin dengan membentuk tapal kuda, Panglima’, usul senopati kembara.