Mohon tunggu...
Ibsah M
Ibsah M Mohon Tunggu... Wiraswasta -

orang biasa yang terus belajar dan berdamai dengan diri dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dan Misi [pun] Berhasil

4 November 2014   20:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:41 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sekuel sebelumnya diceritakan tentang legenda pendekar berhati menjangan yang kisah kehebatan dan cintanya yang gagal telah berhasil membius pikiran sekumpulan para bocah serta punggawa wasita yang terlihat suntuk dan bingung mendatangi orang tua pelipur bingung di sudut alun-alun kotaraja.

Diceritakan juga sebelumnya bagaimana senopati satria kembara dan ratu copet berkelebat dengat cepatnya, secepat angin menuju kediaman pungawa wasita. Dalam ketergesaannya, dia teringat bahwa masih ada tokoh mumpuni yang turut menjaga kediaman sang punggawa yaitu guru kanuragan si punggawa wasita. Ketika sampai di samping tembok pagar kediaman si punggawa, mereka membuat rencana singkat. Satria kembara meminta si ratu copet untuk mengerahkan mantra sirep yang ia miliki. Dia berharap seluruh penjaga yang menjaga kediaman sang punggawa akan tertidur, meski matahari belum sepenuhnya tenggelam ke peraduannya.

Benar saja, suasana seketika berubah menjadi hening dan sunyi sekali. bahkan dengus nafas jangkrikpun tidak terdengar (lebay deh...). Semua penjaga merasakan adanya kantuk luar biasa yang datang menyergap. Alhasil, para penjaga tertidur pulas termasuk yang menjaga kamar pribadi sang punggawa. Hanya seorang saja yang merasakan keanehan ini yaitu guru sang punggawa. Hal itu sudah diperhitungkan dengan cermat oleh satria kembara. Mereka kemudian berbagi tugas, si ratu copet diminta untuk memancing sang guru untuk keluar dari kediaman si punggawa sementara dirinya akan memasuki kamar pribadi sang punggawa.

Alasannya sederhana, bila dia yang bertarung dengan gurunya punggawa wasita maka kemungkinan besar dia akan dikenali, karena posisinya sudah lumayan tinggi dan banyakkenal wajah dia sehingga akan mengegerkan istana negeri antah berantah. Yang pada akhirnya, misi yang dia emban akan berakibat buruk pada rencana patih nirwasita. Selain itu, sebagai prajurit pilihan dia mengerti betul bagaimana bentuk dokumen rahasia itu dibandingkan si ratu copet.

Singkat cerita, dengan menantang bertarung dan memanas-manasi guru punggawa wasita, siasat itu ternyata berhasil. Si ratu copet terlihat bertarung sambil memancing keluar sang guru dari rumah kediaman si punggawa. Kesempatan itu tidak disia-siakan, diapun langsung mendobrak pintu kamar sang punggawa. Dia agak sedikit terkejut dengan isi kamar punggawa itu. Dilihatnya tumpukan berbagai macam kitab olah kanuragan. Salah satunya adalah kita seni olah kanuragan negeri antah berantah yang dia kenal, yang merupakan olah kanuragan wajib bagi para prajurit istana. Dan juga ada tumpukan kitab sastra dan strategi berperang ala negeri antah berantah, namun itu semua bukanlah yang dia cari.

Dengan waktu yang sedemikian sempit, memaksa dia berfikir dengan cerdas untuk menemukan yang dicarinya. Semua kotak di dalam kamar itu dia sudah buka, namun dokumen itu tidak juga ditemukan. Kira-kira dimana sebuah dokumen rahasia disimpan andai ia menjadi punggawa wasita, begitu benaknya berkata. Instingnya tiba-tiba secara spontan bereaksi dengan mengetok-ngetok seluruh lantai kamar. Dirasakannya ada sebuah lantai yang berbunyi agak nyaring. 'Mungkin di bawah lantai ini dia menyimpannya', bisiknya dalam hati.

Seketika itu dia membongkar lantai dengan kehebatan kanuragannnya. Dia melihat ada beberapa dokumen tersimpan disitu. 'ini dia yang saya cari...', bisiknya dalam hati ketika melihat ada nama pangeran ural dan punggawa wasita tertera di beberapa helai daun lontar. Diapun berkelebat meninggalkan kediaman punggawa wasita sambil mengerahkan tenaga dalamnya diapun bersuit. Suitan itu terdengar keras sekali dan sampai ke telinga si ratu copet. 'Orang tua hebat..., kita lanjutkan pertarungan kita lain kali saja', kata si ratu copet sambil berkelebat menjauhi arena.

Merasa tertipu oleh pancingan si ratu copet, guru si punggawa wasita dengan geramnya bergerak menuju kediaman pribadi muridnya. Benar perkiraannya, kamar muridnya terbuka lebar sementara para penjaganya tertidur pulas.



'Dasar gentong nasi..., bangun kalian semuanya !!!', kata guru itu dengan geramnya. Karena disertai tenaga dalam yang hebat maka seketika itu juga pengaruh mantra sirep si ratu copet menjadi buyar. Para penjaga terbangun dan terkaget-kaget melihat pemandangan di kamar pribadi punggawa wasita.

Guru itu mengomel tidak karuan juntrungannya pada para penjaga. Yang diomeli hanya bisa diam tertunduk. Pada saat itu, berkelebatlah sebuah bayangan. Bayangan itu adalah punggawa wasita.

'Ada apa guru?....', tanyanya dengan heran.

'Kau lihatlah sendiri isi kamarmu, ada pencuri yang masuk ke kamarmu...', jawabnya dengan singkat.

'Kenapa guru tidak menghalanginya?....', tanya sang murid dengan cemas.

'Pencuri itu tidak sendirian, salah satu dari mereka memancing saya bertarung menjauh dari kediamanmu...., cepat kau periksa isi kamarmu, jangan sampai dokumen rahasiamu berhasil dicuri', kata sang guru pada muridnya.

Dengan tergesa ia memasuki kamarnya dan..... 'Celaka guru !!, mereka mencuri dokumen perjanjianku dengan pangeran ural, bagaimana ini guru?', kata punggawa dengan nada cemas. Terbayang dibenaknya, cuma ada dua pilihan yaitu kepalanya akan dipenggal di depan masyarakat negeri antah berantah atau dia beserta keluarganya akan dibuang keluar dari negeri ini. Dan yang menyedihkan bagi dia adalah cap pengkianat yang akan menempel pada seluruh keluarganya.

Sekujur tubuhnya langsung lemah lunglai tiada daya. Tak kuasa dirinya menanggung beban berat ini. Dirinya bisa, tapi bagaimana dengan anak dan istrinya tidak bersalah. Pikirannya bingung tak tahu harus bagaimana. Dia hanya diam termenung, persis arca penjaga.

'Sebaiknya kita segera menemui pangeran ural di penginapannya, dan kita percepat rencanamu untuk menggulingkan prabu keparat itu sebelum sayembara dimulai. Dan ingatlah wahai muridku,  setiap masalah pasti ada jalan keluarnya dan tidak pernah ada kesedihan yang tidak berakhir....', kata sang guru pada muridnya.

Merekapun berkelebat dengan cepat menuju ke arah penginapan pangeran ural bersama penasihat utamanya yaitu pendekar liong koko di kotaraja.

Bersambung....:),

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun