Mohon tunggu...
Ibsah M
Ibsah M Mohon Tunggu... Wiraswasta -

orang biasa yang terus belajar dan berdamai dengan diri dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Jebakan Singa......[bagian akhir]

12 November 2014   21:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:57 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Omong kosong macam apa ini?, tidak mungkin sang Prabu keluar dari istana ini. Sepanjang waktu kami mengintai istana ini', jawab satria Liong Koko dengan sedikit panik.

'Sudahlah anak muda....., pendatang tetaplah pendatang...!!!, kami lebih tahu tiap jengkal tanah negeri ini daripada kalian para pendatang !!!. Jangan kau anggap kami lebih bodoh dari kalian!!!, selamat tinggal anak muda...', jawab sang Patih.

Setelah selesai mengucapkan kalimat perpisahan itu. Sang patih Nirwasita menarik sebuah tongkat yang terbuat dari bahan seperti besi dan menariknya. Otomatis lantai di bawah satria Liong Koko menjadi terbelah. Tak bisa dihindarkan lagi, diapun terjatuh ke dalam jebakan lantai yang telah disiapkan dengan baik. Setelah dia terjatuh, jebakan lantai itu kembali menutup rapat dan rapi. Lantainyapun tetap mulus seperti sedia kala, layaknya tidak terjadi apapun.

Sementara itu di ruang utama istana keluarga, si pendekar kedua utusan satria Liong Koko merasa aneh karena semua penjaga tertidur pulas dan ketika dia coba membuka pintu kediaman keluarga raja, pintu itu tidak terkunci. Sekarang dia benar-benar yakin bahwa ini adalah jebakan. Namun terlambat, sebuah suara dari dalam kamar baginda raja menyebabkan ia mengurungkan diri untuk berkelebat pulang.

'Mengapa terburu-buru pendekar, tidakkah engkau tertarik akan kepiawaianku dalam menghindar dari setiap jurus kanuragan tanpa melawan sedikitpun...., apakah kau tidak ingin mencicipi kenikmatan sebagai pendekar yang bisa memecahkan rekor itu?', suara tantangan itu terdengar halus dari dalam ruang kamar sri baginda.

'Apakah engkau Begawan Sokalima yang terkenal, yang diceritakan satria Liong Koko kepadaku?', tanya pendekar itu. Di sekuel sebelumnya diceritakan bagaimana satria Liong Koko ini berkelana dari satu perguruan ke perguruan yang lain di negeri antah berantah untuk mencari kelemahan ilmu kanuragan negeri ini.

'Iya bener pendekar, saya adalah Begawan Sokalima, silahkan keluarkan semua jurus dan serang saya semaumu, agar rasa penasaranmu terlampiaskan', tantang Begawan Sokalima.

Begitulah para pendekar muda, dimana-mana mereka selalu kalah dalam pengendalian emosi dari para pendekar tua. Pendekar itupun menjadi tersentuh emosinya dan segera  menyerang Begawan Sokalima.

Tak bisa diceritakan dari awal sampai akhir, betapa hebatnya pertarungan itu. Yang jelas dengan jurus tak tersentuh atau bisa disebut juga dengan ilmu kebal sejengkal (silahkan pembaca yang budiman membacanya di sekuel-sekuel awal), begawan sokalima menjadi tidak terkalahkan. Di akhir pertarungan itu diapun berkata:

'Saya mengaku kalah, begawan...!, saya menyerah dan silahkan tangkap saya', kata pendekar itu dengan jantan. Baginya meloloskan diri sama saja dengan bunuh diri. Karena kalau dia sampai gagal menjalankan tugas, itu sama saja memberikan kepalanya untuk dipenggal oleh pangeran Ural. Selain itu, dilihatnya ratusan prajurit negeri antah berantah telah mengepung tempat ini. Tidak ada jalan keluar untuk meloloskan diri baginya.

'Bukan saya yang akan menangkapmu anak muda...., silahkan panglima Kebosora', jawab Begawan Sokalima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun