Mohon tunggu...
Rifki Hasbullah
Rifki Hasbullah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sedang belajar menyuguhkan kata-kata dalam sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Titipan Rindu dalam Sebuah Kotak bermotif Batik

18 Oktober 2012   12:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:42 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam 06.30, seperti biasa di hari kerja ku ambil kunci kendaraanku diatas meja kerjaku serta sebuah helm di ruang tamu. Lalu kulangkahkan kakiku ke halaman depan rumah sembari membawa sepatu hitam pekat dan mengkilat. Setelah dirasa sudah siap (safety riding), ku nyalakanlah kuda bertenaga mesin 125cc. “Pagi Pak, Pagi Bu” sapaku tiap kali aku lewat sekumpulan orang di gang rumahku ini.

Tak kurang 5 menit dari rumahku sampailah di jalan utama yang padat dengan kendaraan para pencari nafkah. Hampir tiap hari kerja jalanan ini macet terutama tiap dipersimpangan jalan, “kapan ya jalanan ini bisa lancar?” pikirku.

Cukup menghabiskan waktu 20 menit sampailah di tempat kerjaku, dan langsung bergegas menuju ruanganku. Tak lama aku duduk, tiba-tiba ada sebuah kotak bermotif batik dibawah meja kerjaku dan secarik kertas yang bertuliskan,

Good morning,

Don’t be shock and May it will be useful for you!

Have a great day

Tanpa pikir panjang lagi segera kubuka kotak bermotif batik itu. Dan ternyata hanya sebotol minuman yang mempunyai kandungan oxygen, “It’s my favorite” gumamku. Tak lama kemudian seorang pekerja pantry lewat didepanku lalu kuhentikan langkahnya sejenak.

“Bang, tau gak kotak ini dari siapa?”tanyaku.

Tanpa ada jawaban, dan dia malah balik nanya,

“Oh..itu kan kotak yang ada dibawah meja mas toh?” Tanya si abang itu.

“Iya bang” jawabku.

“Saya gak tau mas” jelasnya.

“OK, thanks bang” kataku sambil berdiri dan memandang tulisan di secarik kertas itu.

Lalu kutanyakan sama semua rekan kerjaku dan jawabannya “ndak tau mas”.

Kulangkahkan kakiku kembali ke meja kerjaku dan kuhentikan rasa penasaranku untuk mencari tau. Sedangkan, kotak bermotif batik dan secarik kertas itu hanya kusimpan dalam laciku.

Hampir setiap hari kerja kutemukan hal serupa di bawah mejaku ini, entah siapa orangnya?. Dan selalu kusimpan baik-baik dalam laci, bahkan selama seminggu ini sudah hampir memenuhi mejaku. “siapa sih sebenarnya?dan apa ya maksudnya?” gumamku.

Tepatnya hari sabtu, aku ditugaskan untuk mengikuti sebuah pelatihan di kota kembang. Sebelum meninggalkan ruanganku, ku tulis dalam selembar kertas. Lalu ku tuliskan,

To: anonymous

May Allah bless u,

Don’t do it again, please!

Lalu ku letakkan kertas itu tepat diatas tumpukan kotak-kotak bermotif batik itu.

Tiga hari sudah kulalui di kota kembang, hari ini saatnya ku kembali ke tempat kerjaku. Dengan tergesa-gesa, aku ingin segera berangkat ke kantor. Setibanya di kantor, ada seorang laki-laki gagah memanggilku,

“Mas Fatir…” sautnya.

“Iya…ada yang perlu saya bantu mas?” Tanyaku.

“Nih, ada titipan buat mas” mas itu berkata.

Dia langsung ngasih sebuah kotak bermotif persis sama seperti yang sebelumnya disertai sebuah surat.

“Dari siapa ini mas?” tanyaku.

“Coba aja nanti buka mas, di surat itu tertera nama pengirimnya kok” tegasnya.

Tak lama kemudian si mas tersebut langsung pamit.

Tanpa berpikir lama, aku segera buka kotak tersebut dan ternyata isinya masih sama yaitu sebotol minuman ber-oxygen. Lalu, segera ku buka isi suratnya,

To: You

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Pagi yang cerah, secerah hati ini yang selalu ingin melihatmu selalu tersenyum.

Maaf, mungkin beberapa hari ke belakang, saya sering mengganggu aktifitas kamu dengan kotak-kotak bermotif batik itu. Tak ada niatan sedikitpun buat ganggu aktifitasmu.

Saya gak tau harus berkata apa sama kamu. Hanya itu yang sementara ini saya bisa lakukan buat kamu.

Semoga kotak-kotak bermotif batik isi sebotol minuman ber-oxygen itu bisa mengobati rasa rindu ini sama kamu.

Tq ‘Bubu’ ^_^

Kaget, ketika aku membaca isi surat itu. Ternyata, dia adalah seorang sosok yang aku sayangi (belahan jiwaku). Kebetulan dia sedang bertugas diluar kota (sebenarnya sih, kotanya gak jauh dari tempat tinggalku saat ini). Dengan sengaja dia menyuruh seorang kurir buat ngelakuin semua ini, hanya sebatas buat mengobati rasa rindunya.

NB: Cerita seorang teman yang saya tuangkan dalam sebuah tulisan. Ketika cinta sudah melekat dalam hati, apapun pasti bakalan dilakuin demi sebuah kebahagiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun