Mohon tunggu...
Hussain Nahumarrury
Hussain Nahumarrury Mohon Tunggu... -

Kembali antusias untuk bercerita...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Final!!!

9 Agustus 2012   14:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:01 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“don’t change the winning team” mungkin filosofi inilah yang dianut Ruud Gullit. Menghadapi Jepang di babak semifinal, Indonesia tak melakukan perubahan. Tetap bermain dengan formasi 4-3-3.

Posisi penjaga gawang masing diisi oleh Kurnia Meiga. Pertahanan digalang oleh  Ronald Prost, Gunawan Dwi Cahyo, Saman Shah, Alfin Tuassalamony. Tiga penjaga keseimbangan di lini tengah adalah Bryan Arya, Ahmad Bustomi, dan Vincent Wattimena. Trio Boaz Solossa, Gabriel Omar, dan Jafar Syafei masih menjadi andalan.

“Tidak kemana – mana Garuda di mana – mana…” chants suporter Garuda yang dikomandoi dirigen Bhapuk dan Yuli Sumpil menemani perjuangan skuad Garuda. Suporter Garuda membanjiri stadion Wembley. Ordo suporter Indonesia semua menjadi satu atas nama Garuda. D’Metropolist dan Bombastis membaur padahal biasanya mereka berkelahi, betigu pula Arek Surabaya dan Pumania.

Pertandingan berjalan menarik dari menit pertama. Jepang mulai membuat serangan di menit ketiga. Otsu memberi umpan tarik pada Sakai, sayang tendangannya masih menyamping. Indonesia langsung membalas serangan. Menit 7, Boaz Solossa melakuan satu–dua dengan Bryan Arya di daerah kotak penalti Jepang, diselesaikan dengan sebuah tembakan keras yang diblok kiper Gonda.

Tempo pertandingan semakin meninggi. Nyanyian suporter kedua negara pun terus membahana. Pendukung Jepang penuh semangat membunyikan Taikonya dengan keras. Tak ingin kalah, pendukung Indonesia memukul beduk yang di bawa langsung dari masjid di Jatim.

Menit 15, Gabriel Omar dijatuhkan, tendangan bebas untuk Indonesia. Bustomi mengambil ancang – ancang, sayang tembakan kerasnya hanya menerpa tiang gawang.

Jepang memainkan tiki taka dengan sempurna. Sementara Indonesia yang agresif bermain lebih rapat. Boaz dan Jafar yang sebelumnya bermain melebar diminta Ruud Gullit merapat ke tengah.

Menit 31, Indonesia memperoleh peluang matang. Vincent melepaskan umpan panjang pada Bryan yang berlari melebar di kiri, sekali kontrol ia sudah mendekat ke pertahanan lawan, bola dipassing pada Boaz yang mengembalikan dengan tumit, Bryan cepat lewati Yoshida sementara Sakai memegang celana Gabriel Omar. Saat sudah berada di posisi yang nyaman, Bryan lepaskan tembakan keras yang diblok Gonda, Jafar cepat menyambar namun sayang melayang ke atas gawang.

Babak pertama berakhir dengan skor kacamata. Ruud Gullit mengganti Gunawan yang mengalami cedera otot. Seftia Hadi masuk untuk menemani Saman Shah di poros pertahanan.

Empat menit babak kedua berjalan Indonesia mendapat peluang emas. Gabriel Omar yang menusuk ke daerah penalti dilanggar di dekat kotak 16 pas. Bryan Arya yang kali ini bersiap mengeksekusi tendangan bebas. 6 pemain Jepang menjadi pagar betis. Dengan teknik curve, bola sulit diantisipasi Gonda dan masuk ke pojok kanan gawang. Gol!!! Bryan Arya membawa keunggulan bagi Indonesia.

Setelah tertinggal Jepang mencoba membongkar pertahanan Indonesia dengan passing cepat ala tiki taka, namun pemain Indonesia bermain rapat tak terpancing keluar wilayahnya. Kedisiplinan skuad Garuda inilah yang membuat pemain Jepang sedikit frustasi.

Jepang akhirnya mendapat peluang terbaik mereka. Menit 61, Jepang memperoleh tendangan penjuru yang diambil Higashi. Bola melambung ke area penalti dan langsung disambar oleh Sakai. Bola tak terjangkau Kurnia. Bola mengarah ke gawang tapi bisa diselamatkan oleh Vincent Wattimena yang berjada di sudut gawang. Aman gawang Indonesia.

Pertandingan yang berjalan seru dalam tempo tinggi ini menghasilkan insiden. Memasuki menit 71 terjadi perebutan bola antara Boaz dengan Yoshida. Mereka kemudian bertubrukan. Yoshida pun pingsan sementara Boaz masih mampu berdiri namun terjatuh kembali.

Kuatir dengan keadaan Boaz, Ruud Gullit meminta Asril Chaniago untuk menggantikan Boaz. Memasuki menit 80, Jepang semakin agresif. Pergerakan Usami di sisi kanan pertahanan memaksa Alfin melakukan tackling keras yang berbuah kartu kuning untuknya. Ini berarti dirinya tak bisa bermain di final.

Di akhir pertandingan, Jepang sempat hampir menyamakan kedudukan saat Sakai berhadapan satu lawan satu dengan Kurnia. Dengan refleks luar biasa Kurnia mampu menghalau bola yang datang. Aksi heroik kiper asal Singosari Malang ini disambut dengan sorak sorai pendukung Merah Putih.

Tak berselang lama, peluit panjang dibunyikan oleh Howard Webb. Dan semua orang Indonesia bersorak sorai menyambut prestasi yang luar biasa ini. Sejarah kembali mencatat raihan menakjubkan Indonesia di cabang sepak bola.

Jika melihat dari satu pertandingan ke pertandingan selanjutnya, grafik permainan Indonesia terus meningkat. Bukan tidak mungkin Indonesia akan kembali mengejutkan publik sepak bola dunia saat jumpa Brazil di final mendatang. Semoga…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun