Mohon tunggu...
Hasbi MustopaKamil
Hasbi MustopaKamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - good

BE BETTER, DO ACTION, WE ARE EXCELLENT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksistensi Santri untuk Perubahan Negeri

20 Oktober 2021   08:53 Diperbarui: 24 Oktober 2021   05:30 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemerdekaan Republik Indonesia baik sebelum dan sesudahnya, tidak lepas dari peran para ulama dan para santri, yang ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka rela mengorbankan harta, meninggalkan keluarga, bahkan mempertaruhkan nyawa demi terwujud negara Indonesia yang merdeka, karena para ulama dan para santri sudah meyakinkan bahwasanya mencintai tanah air merupakan sebagian dari iman, sehingga salah jika masih ada orang yang berpikir bahwasanya santri tidak memiliki rasa nasionalisme, berkecenderungan hanya pada agama, kurangnya jiwa patriotisme, karena hal itu sudah dibuktikan dari dahulu kala sampai sekarang perjuangannya terhadap tanah air, karena mereka sadar bahwasanya bukan hanya duniawi saja yang diutamakan tapi ukhrowinya juga sebab kemerdekaan ini terjadi bukan hanya karena perlawanan saja, akan tetapi karena doa dan kehendak Allah SWT. Maka dari itu, dalam rangka menghargai perjuangan para ulama dan para santri tepat pada tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional sebagai wujud mengenang Resolusi Jihad para santri akan kecintaannya terhadap tanah air.

Penetapan Hari Santri Nasional ini dimulai pada tahun 2015 oleh Presiden Joko Widodo pada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 20 Tahun 2015 yaitu pada tanggal 15 Oktober 2015 dalam rangka mengingat kembali perjuangan para ulama dan para santri dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sehingga jika dihitung dari tahun 2015 sampai sekarang (2021) berarti sudah 6 tahun negara Indonesia sudah memperingati Hari Santri Nasional.

Sedikit mengingat kembali sejarah perjuangan para ulama dan para santri dalam kemerdekaan bangsa Indonesia. Ketika itu NICA membawa tentara Sekutu atau Inggris, pada saat ingin menguasai kembali Indonesia ketika Agresi Militer Belanda setelah Jepang kalah oleh Sekutu. Nah, dari kedatangan NICA dengan membawa sekutu tersebut, membuktikan bahwasanya  setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan pembacaan teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno bukanlah akhir perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah dan mempertahankan Indonesia, justru setelah pengumuman kemerdekaan tersebut, perjuangan bangsa Indonesia tidak mudah bahkan lebih sulit karena harus mempertahankan Kemerdekaan ditengah-tengah upaya Kolonialisme yang masih tetap ada. Dari hal ini, justru para ulama pesantren yang sudah mempersiapkan jauh sebelum hal tersebut jikalau terjadi lagi peperangan, gencatan senjata setelah Jepang Menyatakan kekalahannya pada Sekutu.

Setelah kekalahan Jepang oleh Sekutu, Jepang dengan sekuat tenaga membuat cara agar pertahanan mereka tetap bertahan, sehingga Jepang melakukan pelatihan militer kepada para pemuda Indonesia untuk membantunya melawan Sekutu, para pemuda yang dimaksud di sini adalah para santri. Namun, karena sudah melakukan kesepakatan dengan KH Muhammad Hasyim Asy'ari di mana pada saat itu beliau sebagai Ketua Jawatan Agama yang diwakilkan oleh KH Abdul Wahid Hasyim, Jepang menyampaikan pendapatnya kepada KH Hasyim. Namun, setelah melakukan berbagai pertimbangan sehingga KH Hasyim menyetujui pelatihan militer tersebut dengan syarat para pemuda atau para santri yang dilatih militer bukan bagian dari tentara Jepang. Nah, dari sinilah awal awalnya Laskar Hizbullah. Pembentukan Laskar Hizbullah ini pada bulan November 1943.

Perlu diketahui bahwasanya KH Hasyim Asy'ari ini sangat pandai dalam strategi perang. Ketika beliau menyetujui permintaan Jepang mengenai pelatihan militer terhadap para pemuda ada sebagian orang yang menganggap bahwasanya KH Hasyim Asy'ri mulai tunduk kepada Jepang. Namun, justru hal tersebut merupakan strategi beliau dalam rangka mempersiapkan para santri baik secara militer dalam melawan penjajahan apabila terjadi ke depannya, dan apa yang menjadi pikiran KH Hasyim Asy'ari tersebut benar terjadi dengan datangnya Belanda (NICCA) dengan membawa sekutu pasca kemerdekaan. Pada saat itu para pemuda sudah siap menghadapi sekutu  dengan bekal yang dilakukan Jepang tersebut yaitu pelatihan militer pada tahun 1943 melalui Laskar Hizbullah.

Awalnya latihan Laskar Hizbullah ini dilakukan di daerah Cibarusa, Bogor dengan diikuti oleh 150 pemuda, namun latihan ini dilakukan secara sederhana. Melihat kondisi tersebut KH Wahid Hasyim justru risau dengan pelatihan yang minim tersebut, karena pada saat itu Jepang mulai mencurigai tujuan dari Laskar Hizbulloh ini, maka dari itu laskar tersebut sangat dikejar waktu sebagai mempersiapkan ketika Jepang mulai tahu tujuan dari Laskar Hizbullah ini. Namun, ayah KH Abdurrahmad Wahid ini terus berpikir, karena bagaimanapun perjuangan kemerdekaan ini harus tetap disiapkan baik secara kekuatan militer ataupun kekuatan politiknya.

Sehingga pertempuran mencapai pada puncaknya di Surabaya (10 November 1945) di mana banyak para pahlawan yang mati pada pertempuran ini dan diperingatilah 10 November ini sebagai Hari Pahlawan. Momen tersebut tidak terlepas dari Resolusi Jihad para santri di mana pada 22 Oktober 1945 KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwanya, seluruh bangsa termasuk para santrinya harus ikut turun untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dalam melawan agresi militer Belanda II yang memboncengi Sekutu.

Di samping itu juga, 19 September 1945 mengenai penyobekan warna biru bendera Belanda di Hotel Yamato, para santri merasa bahwasanya akan terjadi peperangan kembali setelah terjadinya hal tersebut, maka dari itu para ulama langsung mendiskusikan kembali, mereka terus berpikir strategi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia jika benar akan terjadi peperangan setelah adanya kejadian penyobekan warna biru bendera Belanda tersebut. Pada tanggal 21-22 Oktober 1945seluruh cabang NU Jawa dan Madura berkumpul  di Surabaya dan mereka mengungkapkan kesiapannya untuk memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia  sebagai bukti jihad mereka terhadap tanah air, sehingga dari pertemuan tersebut lahirlah  Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang menjadi latar belakang Hari Santri Nasional ini.

Resolusi Jihad ini memberikan dampak yang sangat besar bagi bangsa kita untuk mengikuti perang 10 November 1945. Dengan di dorong semangat jihad yang disampaikan oleh KH Hasyim Asy'ari melalui Resolusi Jihad ini, kesadaran akan kemerdekaan untuk anak cucu kita di masa mendatang, bahkan ulama NU juga menyampaikan untuk tetap memegang Islam untuk kedaulatan negara kita karena mempertahankan tanah air merupakan suatu kewajiban yang harus kita wujudkan.

Dari Resolusi jihad tersebut juga menegaskan bahwasanya pemerintah harus bisa menentukan sikap dan tindakan yang sama akan seluruh ancaman yang akan membahayakan negara dan agama khususnya pihak belanda dan tangan-tangannya. Karena apa menurut KH Hasyim Asy'ari bahwasanya keadaan penjajahan tersebut dapat membahayakan dan menyulitkan penegakan syariat Islam dan perjuangan ini merupakan bentuk kecintaan terhadap tanah air di mana mempertahankan kemerdekaan sebuah negara  dan kedaulatannya merupakan tanggung jawab agama.

Nah, menarik bukan Resolusi Jihad para santri ini, hal tersebut yang menjadi alasan mengapa para santri memiliki peran penting di negara kita tercinta ini. Peran yang dibangun oleh para santri ini sangat berimbas pada kedaulatan negara kita ini, sehingga dapat kita buktikan hari ini, santri mampu tampil ke dapat membawa perubahan negara kita ini. Karena di pondok pesantren santri bukan hanya belajar mengenai ilmu-ilmu agama saja tapi belajar juga kehidupan, sebab apa yang dilihat, apa yang dirasakan, apa yang didengar adalah sebuah pendidikan. Sehingga jika masih ada yang berpikiran hal-hal negatif mengenai para santri, yang menganggap pesantren sebagai sarang terorisme, coba dikaji ulang mengenai peran yang diberikan santri untuk  negara kita tercinta ini, dan wujud buktinya diperingatilah Hari Santri Nasional pada 22 Oktober sebagai wujud cinta para santri dan ulama terhadap tanah air. Bahkan di masa pandemi sekarang hanya pesantrenlah yang bisa mewujudkan pendidikan di Indonesia.

Akhlakul karimah merupakan hal penting yang meliputi dalam segala aspek. Maka dari itu para santri belajar akhlak baik agar mereka senantiasa memiliki akhlak yang baik. Karena kita dilihat bukan hanya mumpuni secara ilmu saja namun harus dibarengi dengan akhlak yang baik. Seperti yang kita tahu bahwasanya para pemuda semakin hari penurunan akhlaknya semakin menjadi menjadi, adab, tatak rama, sopan santun tidak lagi diperhatikan, sehingga tampilah santri sebagai wujud nyata pergerakan untuk perubahan akhlak yang semakin hari semakin menurun. Seperti yang kita tahu bahwasanya Rasulullah SAW bisa menyebarkan agama Islam hingga penjuru dunia dengan bekal akhlakul karimah. Maka dari itu akhlak menjadi hal penting yang harus kita tanamkan pada diri kita, pemuda yang baik adalah pemuda yang berakhlak baik.

Maka dari itu, Santri merupakan aset yang paling berharga yang dimiliki negara kita, yang perlu kita jaga bukan dihina, yang perlu kita banggakan bukan diacuhkan, karena santri merupakan estafet perjuangan para ulama, pengganti para ulama, yang akan membawa dan memberi perubahan untuk Indonesia, dari santri untuk negeri.

SELAMAT HARI SANTRI NASIONAL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun